Pages

Sunday, July 30, 2017

Dunia Pendidikan, I'm Coming!

Dulu, pas zaman masih anak-anak sampai remaja menjelang dewasa, saya anti banget punya cita-cita jadi guru. Apa pasal? Sederhana! Terlalu banyak anggota keluarga besar yang bekerja di dunia pendidikan. Waktu itu pengen jadi yang lain aja, asal bukan guru dan profesi lain dalam bidang pendidikan.

Sewaktu kuliah, lalu bekerja saya mulai merasa agak ganjil. Hehe... ganjilnya karena ternyata justru saya ingin jadi guru, tepatnya guru TK. Mulai suka dengan dunia pendidikan dan sempat beberapa kali memiliki lintasan pikiran untuk bekerja di dunia pendidikan. Dan mungkin ke dunia itulah saya akan menuju :)

Miris rasanya kalau baca atau nonton berita zaman sekarang, banyak kerusakan sosial terjadi di mana-mana. Orang dengan mudah mengambil hak milik orang lain, tak terbatas pada harta benda, melainkan juga kehormatan dan nyawa. Terkadang hanya untuk alasan yang receh. Tawuran, bunuh diri, perselingkuhan, pembunuhan, pemboman, penyiraman air keras. Kejahatan dengan jutaan rupanya. Dan sangat sering pelakunya justru orang-orang yang ada di lingkaran terdekat. Horor! Saya sampai mengurangi kadar baca ataupun nonton berita. Banyakan yang negatif sih. Hal-hal semacam ini juga mulai menjalari lini masa media sosial saya. Huft, ngurangi main medsos juga deh :( Menyinggung soal medsos, banyak juga hal yang bikin saya jadi agak jengah. Di medsos, setiap orang bisa jadi profesor ahli bidang tertentu yang membodoh-bodohkan orang lain. Besoknya berganti rupa menjadi profesor di bidang yang lain lagi yang masih gemar merasa paling pintar. Padahal ilmunya? Mungkin baru saja didapat dari judul berita situs-situs tak jelas kredibilitasnya. Hal-hal tersebut yang membuat saya ingin nyemplung di dunia pendidikan. Yah... walau saya juga masih kurang banyak belajarnya. Masih kurang rajin membacanya. 

Di dunia pendidikan, saya kelak ingin berfokus dengan wanita dan anak-anak. Al ummu madrasatul ula, katanya. Ibu, adalah di mana tempat peradaban bermula. Lalu anak-anak? Sepuluh sampai dua puluh tahun lagi, merekalah yang kelak akan mewarnai dunia. 

Ide yang ingin saya angkat adalah bagaimana saya bisa menjalankan bisnis kreatif di dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas diri wanita dan anak-anak melalui ilmu. 

Kenapa harus bisnis? Nyari untung dong?
Iyalah nyari untung, Kakak! Melakukan kegiatan yang sifatnya sosial justru membutuhkan lebih banyak uang. Oleh karena itu, saya ingin membuat bisnis yang juga bisa sekaligus menyelesaikan isu-isu sosial di atas. Supaya ide ini bisa dijalankan terus secara berkelanjutan. Supaya ide ini terealisasi tanpa mandeg di tengah jalan. Supaya ide ini bisa menjadi solusi yang menjangkau banyak orang. Mengingat di dunia ini nggak ada yang gratisan, hehe... Beli tanah, pakai uang. Bangun gedung, pakai uang. Meminta bantuan orang, pakai uang. Masak sih nggak ada yang mau bantu cuma-cuma. Ya adalah mungkin... Tapi kalo minta bantuannya ke dokter, perawat, guru, arsitek, psikolog dan berbagai profesi lainnya sekaligus, apa iya cuma dibayar terima kasih dan doa? Helloooo...udah 2017 ini, hihi :D

Bentuknya bisnisnya seperti apa?
Saya membayangkan sebuah pusat belajar untuk ibu-ibu dan anak-anak. Tempatnya luas, ada daycare, ruang-ruang kelas untuk kajian-workshop-diskusi-tahfidz-pelatihan bisnis-dan sebagainya, fasilitas penunjang perpustakaan dan toko buku, entah apalagi. Ada banyak wanita yang akan menjadi guru di sana. Mengajar lebih banyak wanita lainnya, juga anak-anak dengan wajah polosnya. Tentu saja konsepnya tidak seperti yang sudah ada. Misalnya nih, kalo biasanya ibu-ibu nunggu anak sekolah saling ngobrol di kantin atau tempat lain. Di pusat belajar itu, anak-anak belajar... para ibu juga belajar. Maisng-masing belajar hal-hal yang menarik dengan menyenangkan sesuai usia mereka. Anak-anak sedari kecil akan belajar mengenai agama dan akhlak (mungkin mirip-mirip yang pernah saya baca tentang sekolah TK di Jepang), juga hal-hal yang sifatnya kemampuan dasar. Di tingkat selanjutnya tidak perlu diajarkan semua materi seperti di sekolah kebanyakan saat ini. Mereka bisa ikut kelas pengenalan terhadap beberapa bidang untuk mencari tahu di mana minatnya, lalu langsung sedari kecil diarahkan pada pembelajaran yang sesuai dengan minatnya. Biar jadi para ahli di bidangnya. Seru deh pokoknya kalo di bayangan saya, hehe... 

Agar lebih mudah, saya tuangkan dalam bentuk tabel seperti ini...

NHW 9 Saya untuk Kelas Remedial Matrikulasi IIP Batch 4 

Tapi teteplah ya... Mulainya dari diri sendiri dulu. Semoga bisa mewujudkan impian ini, segera :)

Misi Hidup dan Produktivitas

Setelah berpikir keras mengerjakan NHW #7 tentang Tahapan Menuju Bunda Produktif yang saya belum lama saya posting, kali ini masih harus berpikir keras untuk mengerjakan NHW #8 tentang Misi Hidup dan Produktivitas. Bedanya dalam mengerjakan NHW #8, saya memaksa diri untuk -tidak hanya berpikir keras, tetapi juga- berpikir cepat. Hitung-hitung latihan menenggelamkan kebiasaan buruk saya yang lambat dan suka menunda karena terlalu perfeksionis, fiuuhhh >.<
Sesama perfeksionis, mana suaranya???

Bingung apa itu NHW? Cek di postingan sebelumnya ya :D

Baca : Belajar Menulis Lagi :)

Jadi begini, antara NHW satu dan yang lainnya memang tidak terpisahkan, saling sambung menyambung menjadi satu seperti Indonesia :) Tak terkecuali, NHW #8 yang masih lanjutan dari NHW #7. Dari kuadran di NHW #7, peserta diminta memilih satu aktivitas di kuadran suka dan bisa. Saya pilih belajar (aslinya belajar tematik sih).

Baca: Antara Suka-Tidak Suka dan Bisa-Tidak Bisa

Langkah berikutnya setelah memilih satu aktivitas di kuadran suka dan bisa, maka peserta diminta untuk menjawab pertanyaan BE DO HAVE.

1. Kita ingin menjadi apa? (BE)
Terkait dengan aktivitas belajar, saya ingin menjadi inisiator/penggerak pada bidang pemberdayaan perempuan dan anak-anak melalui pendidikan dan pelatihan.

2. Kita ingin melakukan apa? (DO)
Sudah terbayang beberapa hal di benak saya. Saya ingin melakukan hal-hal berikut:
a. Belajar ilmu utama dan pendukung mengenai bidang tersebut;
b. Melatih kecakapan/skill menulis, public speaking, bahasa asing, dan kecakapan lain yang diperlukan untuk mengkampanyekan bidang tersebut;
c. Melakukan bisnis pendidikan dan pelatihan

Untuk poin 2a bisa cek milestone-nya pada postingan saya sebelumnya.

Baca: Hasil Renungan: Kembali Fokus pada Cita-Cita Semula

3. Kita ingin memiliki apa? (HAVE)
Kalau secara materiil ingin punya bisnis pendidikan dan pelatihan yang kreatif dan solutif. Yang dimaksud dengan solutif adalah bisnis yang saya bangun bisa memecahkan masalah sosial yang ada. Sedangkan yang dimaksud dengan kreatif adalah bisnis model ini belum pernah ada sebelumnya. Bentuknya seperti apa, sedang saya pikirkan. Salah satu yang sedang saya jalankan saat ini adalah toko buku online (silakan mampir ke sini). Dengan berbisnis buku (yang kontennya bagus tentu saja) sambil gencar mengampanyekan pentingnya membaca buku, saya berpikir akan lebih banyak orang yang membaca buku >>> ilmu bertambah >>> kualitas diri meningkat >>> berdaya minimal bagi dirinya sendiri. InsyaAllah kriteria solutif sudah, tapi kriteria kreatif belum terpenuhi. Nampaknya ini perlu sesi brainstorming lanjutan.


***

Pertanyaan selanjutnya....

1. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu kehidupan kita? (lifetime purpose)
Saya ingin lebih banyak orang yang bisa memperoleh pendidikan berkualitas sehingga bisa memberdayakan diri sendiri sekaligus menebarkan manfaat untuk lebih banyak orang. Supaya lebih banyak orang yang bisa jadi agen multi level marketing kebaikan, bukan agen multi level marketing masalah/keburukan :) Dengan pendidikan yang lebih baik, berharap masalah sosial di Indonesia jauh-jauh berkurang jumlah dan jenisnya.

2. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu 5-10 tahun ke depan? (strategic plan)
a. Resign? Masih menjadi pertanyaan saya juga. Sejujurnya saat ini, waktu saya sebagian besar dihabiskan untuk ngantor menjadi abdi negara. Saya ingin memiliki waktu lebih banyak untuk belajar dan fokus pada cita-cita saya. Ingin totalitas.
b. Mengembangkan bisnis, supaya bisnisnya makin solutif juga kreatif. Karena saya belum bisa mendeskripsikan pertanyaan HAVE dengan detail, jadi agak susah juga mendetailkan bagian ini.

3. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu satu tahun? (new year resolution)
a. Selesai dengan masalah manajemen diri sendiri dan manajemen rumah tangga (sesuai dengan milestone KM 0 - KM 1.
b. Meningkatkan kemanfaatan bisnis toko buku online yang sudah berjalan dengan indikator bertambahnya jumlah buku yang dijual, bertambahnya jumlah pegawai dan membuat bisnis toko buku online memiliki lebih banyak nilai tambah (masing-masing indikator sesuai yang saya targetkan, tapi targetnya rahasia perusahaan ya).
b. Membuat rumah belajar di teras untuk anak-anak tetangga. Minimal sebulan sekali, dimulai dari Agustus 2017.
c. Mulai mewujudkan cita-cita BE dari yang paling mudah, lebih banyak menulis. Target, tiap pekan ada minimal satu update tulisan yang menginspirasi di blog dan menulis satu buku.

Untuk poin 3b sebelumnya juga sudah pernah saya tuliskan.

Baca : Proyek Menggenapi Tahun Menjadi Enam

Meskipun belum atau tidak ikut kelas Institut Ibu Profesional, yuk rumuskan BE DO HAVE sekaligus lifetime purpose, strategic planning, dan new year resolution versimu. Kalau hidup kita bisa lebih bermanfaat untuk banyak orang, kenapa tidak? Sharing di sini ya :)

Saturday, July 29, 2017

Antara Suka-Tidak Suka dan Bisa-Tidak Bisa

Entah kenapa dari dulu sampai sekarang saya senang sekali ikut-ikutan tes semacam tes kepribadian, tes minat dan bakat, atau macam-macam tes psikologi yang sejenisnya. Mungkin karena sampai sekarang saya masih dalam proses pencarian jati diri (tsaaahh! kayak masih abege aja). "Aku siapa? Aku di mana? Kenapa aku ada di sini?" Ini mencari jati diri apa amnesia sih -__-" Tapi memang begitulah adanya, sampai sekarang itu masih bingung kenapa beberapa orang di umur yang bahkan lebih muda dari saya sudah bisa melakukan sesuatu yang berdampak positif bagi banyak orang, sementara saya ya begini-begini aja. Tahun demi tahun yang dilalui tidak ada peningkatan. Stuck! Rasanya gemes dan kadang malah menjadi minder dengan diri sendiri. 

Belakangan ini baru saya sadari, hal utama yang saya geluti selama ini memanglah bukan sesuatu yang saya cintai. Bukan passion saya. Hiks... Setelah menyadari hal itupun saya juga tidak otomatis tahu menahu apa sebenarnya yang bisa saya sebut sebagai passion bagi diri saya.

Katanya sih... katanya... passion itu adalah sesuatu yang kalau kita mengerjakannya nggak ada rasa bosan, nggak gampang mengeluh, dan nggak gampang berputus asa. Katanya juga, kalau sudah mengerjakan passion jadi nggak tahu waktu saking cintanya. Dan apakah sebenarnya passion saya? Entahlah, masih belum begitu tahu. Tapi kalau yang bisa saya simpulkan dari aktivitas-aktivitas saya selama ini, mungkin bisa sedikit terlihat. 

Kuadran ini saya beri nama kuadran kesukaan dan kebisaan, hehe :D

Rencananya... mulai sekarang saya akan memperbanyak kegiatan yang saya suka dibanding yang saya tidak suka. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak disukai akan saya delegasikan kepada orang lain secara bertahap :)
***

Nah, pas ikutan salah satu tes semacam yang saya sebutkan sebelumnya pada web ini. Rasanya U-W-O-W alias Uwoooowww. Kok lumayan matching ya dengan aktivitas yang ada di kuadran kesukaan saya. Check this out!

Hasil tes saya dari temubakat(dot)com

Jadi berdasarkan tes tipe kekuatan diri tersebut (dari 30 tipe), saya punya potensi kekuatan dan potensi kelemahan tertentu. Cara baca hasil tes di atas begini, yang bulet-bulet pink itu adalah potensi kelebihan saya dan bulet-bulet item adalah potensi kelemahan saya. Potensi kekuatan dan kelemahan saya bisa dilihat di tabel ini (warna merah dan hitam). Sedangkan tabel yang pojok ijo itu adalah clustering dari kekuatan saya.


Coba deh lihat tabel strength cluster saya. Ternyata sebagian besar kekuatan saya ada pada generating idea sampai 50%! Kalo dilihat di gambar pertama hasil tes (yang banyak buletan) generating idea itu memaksimalkan fungsi otak kanan. Dan,,, gotcha! Tahulah saya selama ini sudah salah jurusan. Itu mungkin kenapa saya selama ini merasa hidup kurang bersemangat dan -juga- kurang berwarna. Saya memaksa diri saya melakukan pekerjaan yang bukan saya banget.

Saya bahas sedikit ya 6 tipe kekuatan saya.

1. Analyst,
Aktivitas hitung-menghitung, berhubungan dengan angka dan menganalisis data. Bakat ini termasuk ke dalam kelompok cipta (individual cognitive) yang menggunakan otak kiri atas. Mereka yang memiliki bakat ini suka dengan angka dan data, dia kurang yakin akan sesuatu yang sifatnya intuitif. Bakat ini dibutuhkan untuk peran-peran seperti akuntan, analis, engineer, IT programmer, dsb.

2. Creator,
Menggunakan imajinasi untuk menemukan suatu rancangan, produk atau layanan yang terbaru. Bakat ini terkait kelompok cipta (individual generating idea) yang terkait dengan otak kanan atas. Mereka ini banyak idenya baik yang belum pernah ada maupun dari pikiran lateralnya. Bakat ini dibutuhkan untuk peran-peran seperti arsitek, product designer, marketing, business development. dsb

3. Educator,
Mengajar, menyampaikan, melatih ilmu dan atau keterampilan agar bisa dipahami oleh orang lain. Bakat ini termasuk kelompok rasa (interpersonal relating) yang terkait dengan kerjasama dengan orang. Sifat mereka selalu ingin memajukan orang lain dan senang melihat kemajuan orang. Bakat ini dibutuhkan untuk peran seperti guru, manajer, pelatih, mentor, coach, dsb.

4. Motivator,
Mendorong, memberi semangat pada satu atau sekumpulan orang agar bisa lebih sukses. Bakat ini termasuk kelompok rasa (interpersonal relating) yang terkait dengan kerjasama dengan orang. Sifat mereka senang memotivasi dengan berbagai cara: ada yang melalui sifat periangnya; ada yang melalui sifat empatinya. Hal ni karena ingin selalu memajukan orang lain. Bakat ini dibutuhkan untuk peran manajer, leader, pelatih, guru, dan motivator.

5. Strategist,
Memilih atau merencanakan jalan terbaik menuju tujuan. Bakat ini terkait kelompok cipta (individual generating idea) yang terkait dengan otak kanan atas. Sifat mereka ini memiliki intuisi dalam memilih jalan terbaik menuju tujuan. Bakat ini dibutuhkan untuk peran perencana jangka panjang, manajer perencanaan, leader, dsb.

6. Synthesizer,
Mengkombinasikan berbagai elemen, ide, dan informasi menjadi sesuatu yang baru. Bakat ini terkait kelompok cipta (individual generating idea) yang terkait dengan otak kanan atas. Sifat mereka ini senang menggabung-gabungkan beberapa teori atau temuan menjadi suatu temuan baru. Bakat ini dibutuhkan oleh peran peneliti, marketing, business development, dsb.

Hmm... kalau dilihat-lihat ini memang saya banget, hehe. Selama menggeluti pekerjaan terkait hitung-hitungan, saya suka iseng menganalisis hitung-hitungan yang ada walau tidak diminta. Rasanya kayak orang yang mengisi waktu senggang dengan main TTS. Haha... Lalu saya juga seneng banget untuk membuat berbagai macam perencanaan jangka panjang, meskipun nampaknya untuk saat ini juga harus diiringi dengan kemampuan mem-breakdown-nya supaya jadi mungkin dilakukan. Saya juga hepi banget kalau disuruh sharing sesuatu, sayangnya dalam beberapa tahun terakhir saya tidak memiliki sesuatu hal yang bisa di-sharing-kan dengan orang lain. Saatnya belajar, Ren!

Hasil tes tipe kekuatan diri ini setelah saya baca-baca lagi ternyata hasilnya bisa dibilang serupa tapi tak sama dengan hasil tes STIFIn saya, yaitu Intuiting extrovert (Ie) di mana industri yang sesuai untuk tipe ini di antaranya adalah kewirausahaan/investasi, pendidikan/pelatihan, sastra. Jadi makin terlihat pada bidang apa seharusnya saya menghabiskan sebagian besar waktu saya -atau lebih tepatnya hidup saya. Klop lah dengan kuadran kesukaan dan ketidaksukaan saya. Semoga setelah ini bisa lebih produktif, bisa menghasilkan sesuatu yang berdampak (positif) bagi banyak orang.

Jadi mau coba juga kah tes tipe kekuatan diri (strength typologi)-nya?


NB: Maafkan... mungkin judulnya nggak nyambung, bingung mau dikasih judul apa, hehe :D

Monday, July 24, 2017

Belajar Jadi Manajer Keluarga yang Profesional

Posting blog kali ini masih dalam rangka mengerjakan nice homework dari Kelas (Remedial) Matrikulasi Institut Ibu Profesional :) Kalo nggak, manalah mungkin saya akan menulis, hehe :D
Dan sebenarnya ini adalah Pe-eR yang terlambat dikumpulkan, tapi gak papa lah yaa... Lanjut!

Untuk menjadi seorang ibu merangkap manajer keluarga yang profesional, harus bisa fokus dengan tugas-tugas sebagai ibu sekaligus manajer keluarga. Nggak ada lagi kesempatan untuk bingung dengan diri sendiri dan keteteran urusan manajemen diri sendiri. Salah satu godaan terbesar dalam memanajemeni diri sendiri -atau bahasa kerennya self management- adalah manajemen waktu. Salah satu sebab Pe-eR ini telat dikerjain adalah karena manajemen waktu saya yang masih kacau bin amburadul. Butuh waktu lama untuk merenung dan mempraktikkan teori perenungan saya tentang manajemen waktu. Walaupun demikian, walaupun uji cobanya masih belum sepenuhnya berhasil, ya sudahlah... mari kita kerjakan Pe-eRnya. Nanti kalau masih ada yang perlu diperbaiki, ya diperbaiki lagi. Semangat!

Ada dua hal terkait waktu yang saya renungkan cukup lama. Yaitu aktivitas penting dan aktivitas tidak penting. Kendalanya karena suka jadi orang sok sibuk ya, makanya merasa semuanya penting. Ternyata oh ternyata.... Inilah dia daftarnya.

⇒3 Aktivitas Paling Penting
1. Ibadah Harian (solat, tilawah, dzikir, belajar ilmu agama dan -insyaAllah- jadi istri sholihah saya masukkan juga dalam kategori ini);
2. Melakukan hobi (baca buku, menulis, dan mungkin hal lain yang menjadi hobi setelah ini, tapi yang positif yaa :)); dan
3. Bisnis. Menurut saya ini penting banget karena sekarang sudah ada asisten yang kerja di toko buku saya, insyaAllah akan bertambah lagi.. aamiin.. Yaiyalah penting, kalo ga serius bisnisnya darimana mau bayar gaji Mba Asisten :p

Kenapa ngantor kok nggak saya masukkan dalam list di atas? (Ada kok, tenang aja! Di list nomer 5 tapi.... makanya ga kebaca, hehe :p)

⇒3 Aktivitas Paling Tidak Penting
1. Online.. online... biasanya ini stalking akun olshop, kepo hal2 gak penting dari medsos, atau baca-baca artikel ala-ala yang suka bikin penasaran padahal nggak berfaedah juga. Huft!;
2. Tidak melakukan apa-apa alias bermalas-malasan, kadang bisa dalam bentuk kebanyakan tidur. Kata lainnya -yang lebih menenteramkan hati adalah- bersantai. Kadang ini jadi kayak permakluman kalau lagi weekend, lelah setelah lima hari bekerja di kantor. Kadang-kadang juga pelampiasan kalo habis tugas keluar kota; dan
3. Nonton. Nontonnya di rumah sih... Kadang di TV, kadang di yutub, kadang channel2 web tertentu. Ini juga salah satu pembenaran kalo lagi pusing banyak kerjaan atau habis mikir berat. Alibi aja padahal, hehe :p


Dan... lebih sering untuk yang manakah saya menghabiskan waktu? Sayang sekali, selama ini ternyata tiga aktivitas paling penting belum benar-benar menjadi prioritas saya. Sesekali jadi prioritas sih, tapi lebih sering kegodanya. Oleh aktivitas tidak penting dan aktivitas yang prioritasnya di bawah itu. Masih suka terjebak rutinitas. Butuh waktu yang cukup dan tekad yang kuat untuk memutus lingkaran kebiasaan buruk ini.


*****


Inilah jadwal harian yang coba saya buat. Secara garis besar aja sih. Dengan sebagian besar waktu saya Senin sampai dengan Jumat saya habiskan di kantor.

Pagi (sebelum ngantor)
Pagi biasanya saya mengerjakan hal-hal rutin seperti solat subuh, beberes rumah (sebentar), mandi, dan kadang menyiapkan pekerjaan untuk Mba Asisten di bisnis saya.
Ke depannya ingin juga sempat menulis di rumah sebelum berangkat, rutin solat malam, hafalan, dan mengerjakan beberapa kerjaan bisnis toko buku saya.
Oiya, sudah seminggu lebih saya berangkat ke kantor lebih pagi. Supaya kalau di perjalanan selama ke kantor, krl masih sepi dan saya bisa menyisipkan satu-dua aktivitas penting. Biasanya kalau berangkat siang, krl pasti lebih penuh. Selain energi lebih cepat habis untuk berdesak-desakan, rentan terlambat sampai kantor dan nggak bisa ngapa-ngapain di krl. Parahnya kadang jadi mengeluh, padahal hari masih pagi. Alhamdulillah sekarang sampai di kantor, ada beberapa to do list penting yang beres saya kerjakan :)

Pagi s.d. Siang (di kantor)
Semenjak berangkat lebih pagi, saya sampai di kantor juga lebih pagi. Sekitar 45 menit sebelum memulai bekerja. Ini juga waktu yang lumayan untuk melakukan to do list pribadi. Dapatlah satu aktivitas penting terselesaikan sebelum bekerja. Pas jam kerja, saya memilih untuk memulai dengan berpikir kreatif untuk tugas di kantor. Baru mengerjakan kerjaan-kerjaan yang termasuk rutinitas.

Siang s.d. Sore (di kantor)
Siang biasanya masukin agenda tidur siang, tapi masih sering gagal. Lumayan 30 menit, bahkan kadang bisa 5-10 menit aja, tapi rasanya jadi fressshhh. Solat. Makan siang. Lanjut mengerjakan kerjaan kantor. Kalau lagi sempet bisa juga lah waktunya untuk belajar yang terkait dengan pekerjaan kantor.

Malam (setelah ngantor)
Nah, semenjak datang pagi dan ada gerakan efisiensi birokrasi di kantor yang menghimbau pegawai untuk mengurangi lembur, alhamdulillah saya selalu pulang tenggo. Begitu pukul 17.00 teng langsung go. Seringnya masih dapat magrib di rumah sih. Hanya saja krl pulang ini agak padat jadi kadang nggak bisa disambi melakukan aktivitas penting. Malamnya nyampe rumah makan, mandi, kerja di toko milik sendiri :D Kalau Pak Suami sudah pulang, biasanya ngobrol sama Pak Suami dulu sebentar. Seringnya sih waktu malam ini kepake buat belajar online, tapi tidak jarang juga saya ngantuk di tengah jalan. Ada 2 dilema terkait waktu malam. Kalau rencana, inginnya tidur pukul 22.30 WIB. Tapi kan...tapi kan... entah kenapa saya lebih on untuk mikir itu kalau sudah lepas pukul 23.00 WIB. Di sisi lain, sunnahnya nggak boleh bobok terlalu malam ya... Ini yang masih agak dilema. Sementara tetap sesuai rencana dulu (kecuali hari ini, udah hampir jam 1 malem pun masih melek), semoga bisa lekas menyesuaikan... Yang terpenting mencari formula waktu on... waktu bilamana ide-ide berdatangan dan loading otak saya cepat. Haha

Nah, di tiap-tiap waktu itu ada jadwal dinamisnya. Sabtu-ahad kurang lebih sama. Bedanya di pagi s.d. sore, jadwalnya super dinamis. Detail udah dibuat, tapi malu ah... gak usah dipublish ya... Doakan saja saya bisa menjalankannya dan lebih pandai memanajemen waktu, dan lebih produktif, kreatif, rajin menabung, sholihah, dan mushlihah... Aamiin :D



Monday, June 19, 2017

Belajar Caranya Belajar

Pertama-tama memang agak bingung setelah dapat tugas yang satu ini. Background saya yang nonkependidikan membuat saya tidak mengetahui tentang hal ini sebelumnya. Namun setelah saya googling saya mulai merasa excited.

Oh iya, ternyata ada cukup banyak model desain pembelajaran. Setelah membaca-baca, satu model desain pembelajaran yang cukup menarik menurut saya adalah model ADDIE. Model ini cukup simpel dan mudah untuk diterapkan. Ada 5 tahap dalam model ini,  yaitu:
  1. Analysis (analisis)
  2. Design (desain/perancangan)
  3. Development (pengembangan)
  4. Implementation (implementasi)
  5. Evaluation (evaluasi).

Dengan adanya desain pembelajaran ini, saya bisa menyeleksi mana hal yang prioritas dan mana yang tidak prioritas, bahkan mungkin mana hal yang sia-sia. Pertama, dalam tahap analisis ini, saya berusaha mengidentifikasi apa saja sebenarnya kebutuhan saya dan apa saja masalah yang dihadapi. Kemudian saya membuat analisis tugas yang harus dilakukan berdasarkan kebutuhan saya.

Memasuki tahap berikutnya, saya harus merumuskan tujuan pembelajaran yang terukur. Menurut saya, di sinilah poin perbedaannya dengan model pembelajaran saya di masa lalu. Dulu,  saya belajar tapi tidak terarah. Kalaupun terarah langkah-langkahnya, saya tidak memahami untuk apa saya harus mempelajari setiap langkah dari A sampai Z. Selebihnya hampir sama dengan metode pembelajaran saya di masa lalu.

Membuat desain pembelajaran ini susah-susah gampang. Susahnya ada di tahap analisa dan desain. Rasanya ingin memasukan semua hal sebagai hal yang harus dipelajari padahal belum tentu relevan dengan tujuan yang ingin saya capai. Walaupun begitu, membuat desain pembelajaran ternyata sangat seruuuu. Rasanya seperti mulai menjejak ke bumi setelah bermimpi di langit. Saatnya segera take action, melakukan satu persatu yang sudah saya tuliskan di dinding kamar saya😍😍😍😍😍 Namun demikian, saya sedikit melakukan penyesuaian dengan model ADDIE ini menjadi ADIED, haha... Singkatannya jadi agak jelek yah? Jadi urutannya analysis, design, implementation, evaluation, and development. Berdasarkan pengalaman, biasanya sambil jalan dan setelah dievaluasi baru muncul ide-ide baru untuk pengembangan. Kalau diterapkan pada nice homework yang lalu, pada KM 0 - 1 (tahun) saya memutuskan untuk belajar ilmu self management dan pengelolaan rumah tangga, maka saya harus membuat model desain pembelajaran untuk ilmu self management dan pengelolaan rumah tangga. Emmm... detailnya habis lebaran yah... Sekarang masih di tahap analisis apa saja yang mau dipelajari dan bagaimana, hehe :D Baca: Hasil Renungan: Kembali Fokus pada Cita-Cita Semula

Postingan-postingan berikutnya selama setahun ke depan insyaAllah akan banyak berhubungan dengan milestone saya di KM 0 - 1. Happy learning :)


Saturday, June 10, 2017

Hasil Renungan: Kembali Fokus pada Cita-Cita Semula

Dilema. Itu yang saya alami saat membaca tugas yang tertera pada Nice Homework (NHW) ke-4 nya kuliah (remedial) matrikulasi IIP. Apa pasal? Di NHW ke-4 ini, saya harus mereviu tugas-tugas terdahulu. Apakah sudah oke atau saya berubah pikiran? Sayangnya sampai dengan saat ini saya masih dilema di antara dua pilihan mengenai apa yang saya cita-citakan. 

Kalau baca NHW 1, saya ingin fokus di dunia penulisan. Menulis, menurut saya, bisa menjadi stress release yang tepat bagi saya. Ditambah saya suka dengan kegiatan membaca. Walaupun saya sekarang masih jarang menulis kembali, tetapi ketika mencoba membaca tulisan-tulisan yang pernah saya buat, saya jadi berpikir, "Oh, sepertinya saya ada bakat menulis". Hasil tes STIFIn saya pun menunjukkan demikian. Menulis adalah bidang yang cocok untuk saya geluti (Tentang tes STIFIn, semoga suatu saat saya bisa membahasnya di blog ini). 


Sedangkan di NHW 3, saya berencana memulai misi saya untuk fokus pada kegiatan pemberdayaan perempuan dan anak-anak. Lebih tepatnya memulai dari kegiatan untuk anak-anak. Sebenarnya belum saya bahas detail di NHW saya, namun demikian arah yang saya maksudkan sudah berbeda dengan yang tertera di NHW 1. 


Lalu saya berpikir apa jadi seperti Teh Indari ya? Kenal Teh Indari Mastuti kan? Kalau belum, googling aja ya... Intinya beliau adalah seorang penulis dan pebisnis yang juga concern mendorong ibu-ibu untuk berbisnis dan menulis. Sekarang ini beliau bersama putrinya, Nanit, juga mulai menginisiasi sekolah-sekolah gratis dari rumah para ibu yang memiliki kesempatan untuk mewujudkan hal tersebut. Ah, semoga bisa mulai mengikuti jejak beliau dalam kebaikan yang manapun.

Setelah membadai kan otak (baca: brainstorming) beberapa saat, akhirnya... Eureka! Saya dapat jawabannya! Hmm... jawaban akhir saya sebenarnya nanti agak-agak mirip dengan yang dicontohkan pada saat materi, bagian milestone di mana hampir mirip dengan milestone Bu Septi Peni Wulandari. Tapi percayalah... Saya tidak bermaksud plagiat. Saya terinspirasi. Mungkin saking seringnya saya baca tentang beliau, jadi saya terikut semangat beliau. Semoga kelak bisa meneladani beliau juga. Aamiin.

Kembali ke pertanyaan NHW 4 kali ini ya.... Langkah pertama adalah saya harus mereviu NHW 1, di mana pada tugas tersebut ditanyakan jurusan ilmu yang ingin saya tekuni di universitas kehidupan ini. Fixed! Jawabannya berubah. Saya memutuskan ingin menekuni dunia pemberdayaan perempuan dan anak-anak. Kenapa? Karena manusia terbaik menurut Rasulullah Sholallahu 'alaihi wassalam adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain. Lalu kenapa perempuan dan anak-anak? Sederhana saja, karena keduanya merupakan subjek dan objek penting dalam pembangunan peradaban dan dunia itu dekat dengan diri saya. Laki-laki tentu saja juga komponen  penting dalam peradaban, tapi saya tidak banyak tahu dunia laki-laki. Sedangkan dunia anak-anak, saya merasa punya magnet dengan dunia anak-anak :) 

Langkah berikutnya adalah mereviu NHW 2 di mana saya harus membuat indikator checklist profesional bagi perempuan, sebagai individu, sebagai istri juga sebagai ibu. 


Nah, rencananya saya akan menyederhanakan indikator yang saya buat menjadi sebagai berikut:
  • Individu
         1. Sholat Tepat Waktu dengan target 100%
         2. Membuat dan melaksanakan kurikulum belajar untuk mencapai milestone (karena harus mikir dulu, insyaAllah ini akan saya jabarkan tersendiri) dengan target sementara pembuatan kurikulum belajar selesai maksimal bersamaan dengan selesainya pembelajaran di kelas matrikulasi IIP ini.

  • Istri
            Latihan menaati suami (sesuai koridornya ya... selama tidak melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya, insyaAllah tetap sesuai koridor sih... kan suami sholih :)) dengan target 75% di dua bulan pertama dan target yang lebih tinggi pada waktu selanjutnya.

  • Ibu
           Merancang rencana pembelajaran untuk anak, target setiap pekan sekali merancang 1 bab pembelajaran (buat folder tersendiri)


Langkah  terakhir mereviu NHW 3 sekaligus menjawab pertanyaan utama pada NHW 4. 

Bidang yang ingin ditekuni: pemberdayaan perempuan dan anak-anak.
Peran : inspirator dan fasilitator
Agar lebih mudah mencapai misi hidup berikut milestone yang saya tentukan:

KM 0 – KM 1 ( tahun 1 ) : Belajar ilmu self management dan pengelolaan rumah tangga.
KM 1 - KM 2 (tahun 2) : Belajar ilmu manajemen keluarga

KM 2 – KM 3 (tahun 3 ) : Belajar ilmu manajemen finansial dan aneka keterampilan (atau satu keterampilan tertentu yang bisa fokus saya ajarkan nantinya)
KM 3 – KM 4 (tahun 4 ) : Belajar ilmu komunikasi, termasuk menulis dan public speaking; bahasa; dan psikologi.


Bismillah... sebenarnya cita-cita ini sesuai dengan apa yang saya tulis pada saat kelas matrikulasi sebelum remedial. Saatnya kembali fokus pada apa yang dicita-citakan. Semoga bisa ikhlas, bersungguh-sungguh, dan konsisten dengan cita-cita ini. Aamiin :)



Friday, June 2, 2017

Proyek Menggenapi Tahun Menjadi Enam

Ada banyak alasan mengapa seorang laki-laki dan seorang perempuan memutuskan untuk menikah. Namun hanya satu alasan yang kuharap menjadi jawaban mengapa kau mengucap akad pada ayahku atasku. Karena Allah. Karena ridho Allah.

Allah Ta'ala adalah alasan yang sempurna bagi kita berdua untuk memantapkan hati memulai kehidupan baru. Cukup Allah saja. Semoga. Selalu.




Aku tak punya banyak kelebihan untuk menjadi istrimu. Masak tak pandai, berbenah tak cakap, pun melakukan pekerjaan rumah lainnya aku tak akrab. Meski berderetnya kurangku, semoga kebaikan dan keberkahan tak luput hadir dalam rumah tangga kita, itu saja yang mungkin kuharap.

Terima kasih telah menjadi suami yang sabar, yang pengertian, yang kocak (ini mungkin kalo di depan istri aja ya, hehe), yang bertanggung jawab, yang tepat seperti aku butuhkan. Benarlah, Allah tak selalu memberi apa yang kita inginkan, tapi Allah pasti selalu memberi apa yang kita butuhkan. Sayangnya... bagiku, kamu adalah apa yang aku butuhkan dan inginkan *ciyeehh :p

Hampir enam tahun perjalanan berumah tangga kita. Berumah tangga adalah membangun rumah bersama sebagai tempat tinggal agar kelak kita bisa bersama menapaki tangga untuk menjadi lebih baik. Kita tidak membeli rumah, tapi kita membangunnya. Perlu bermacam proses dan waktu untuk membangun sebuah rumah yang indah -meski tak dipungkiri juga biaya, haha :D Tak seperti membeli rumah jadi yang kita tak tau bagaimana proses pembangunannya. Tahu-tahu sudah jadi dan kita tinggal menempati. Bukan, rumah tangga bukan untuk ditempati dan terima jadi. Berumah tangga selayak proses membuat bangunan, bangunan peradaban. Untuk kemudian ditempati oleh pemilik kaki-kaki mungil. Hampir enam tahun bukan waktu yang sebentar. Mereka.. para penerus peradaban itu memang belum hadir dalam keluarga kita. Kita masih menanti dan menanti. Namun terima kasih telah mengizinkan dan membersamaiku untuk menjadikan episode menunggu menjadi lebih berarti.

***

Untukmu suami, terima kasih sudah percaya sebuah cita yang kupendam lama. Dengan restumu, dengan mengizinkan aku menanti melalui cara terbaik yang kuyakini... coming soon...
Rumah Peradaban -belum bernama- yang insyaAllah akan menjadi tempat belajar bagi anak-anak tetangga di sekitar. Yang sebenarnya lebih tepat disebut sebagai tempat belajar bagimu dan bagiku untuk membangun peradaban. InsyaAllah...

Doanya ya, Kawans :) Bakda lebaran ini semoga kami masih ada umur dan Allah cukupkan rezekinya untuk mengeksekusi rencana ini. Rezeki harta, rezeki tenaga, dan utamanya rezeki waktu. Aamiin, Allahumma aamiin.


Suatu malam,
menjelang satu purnama lagi terlewati hingga penantian tahun kita genap menjadi enam.

02 Juni 2017

Friday, May 26, 2017

INDIKATOR ISTRI PROFESIONAL: Jadi Tukang Pijit!

Tahun 2017 ini bisa dibilang adalah waktu yang saya rencanakan untuk fokus mempersiapkan diri sebagai ibu. Setelah 5 –hampir 6- tahun pernikahan, saya merasa inilah saatnya program menjadi ibu harus lebih diseriusi. Tidak sekadar tentang program kehamilan, tetapi juga tentang program membangun peradaban. Al ummu madrasatul ‘ula kan?

Sehubungan dengan hal itulah, saya kemudian mengikuti program matrikulasi Institut Ibu Profesional (IIP) yang diselenggarakan secara online, yeaayyy!!! (tapi remedial karena sebelumnya saya belum memenuhi kualifikasi untuk lulus di program yang sama -_-"). Saat ini sudah memasuki pekan ke-2 pembelajaran.

Ada sedikit cerita di balik pengerjaan NHW ini. Supaya hasilnya lebih akurat, indikator yang akan disusun sebaiknya ditanyakan kepada para stakeholders. Berhubung stakeholders saya baru Pak Suami, maka saya tanyakanlah kepada Pak Suami istri apa sebenarnya yang beliau harapkan dari diri istrinya ini. Jawabannya adalah PIJIT, wkwkwkwk :P Hanya itu. Memang banyak yang mengakui kalau pijitan saya enak, wkwkwk. Eitss, disclaimer yang saya pijit semua perempuan ya… kecuali suami dan bapak saya. Kadang kalo sedang iseng ada teman yang kecapekan ato nggak enak badan, suka saya pijit meski sebentar. Nah, balik lagi ke harapan suami. Masa’ cuma berharap pijitan dari istri? Saya pun berusaha mengorek-ngorek harapan lainnya. Karena saya sedang dinas di luar kota, ya sudahlah ya… sulit sekali untuk mencari tahu apa saja sebenarnya harapan beliau pada saya. Berhari-hari memaksa via wa pun jawabannya masih berupa kode-kodean yang kemudian saya terjemahkan di dalam tabel indikator di bawah ini (untuk peran saya sebagai istri).

Nah, indikator yang lain… Itu semua merupakan hasil perenungan saya. Dan Voilaaa, ternyata indikator ini sangat sejalan dengan target-target saya untuk tahun 2017. Jadi lebih terbayang lah perbaikan apa yang harus saya lakukan di 2017 J

Yang utama tentu saja, lebih sering jadi Tukang Pijit Pak Suami, hehehe :D
Gakpapa lah ya, kalau ada penganut paham "istri idaman itu yang pinter masak buat suami", saya jadi penganut paham istri idaman suami saya saja, "Istri idaman itu yang rajin mijitin suami" hehe :P
Saya jadi nggak sakit hati gara-gara saya nggak pinter masak, hehe.
Nah, kalo kamu yang juga istri, yuk cari tau seperti apa istri idaman versi suamimu :)


CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN

NB: checklist ini diisi mingguan :)

Friday, May 19, 2017

Belajar Menulis Lagi :)

Hello world!!

Ada yang kangen sama tulisan saya? Nggak ada kayaknya ya. Yang ada malah pada nanya, "Emang situ nulis apa?" *nyengir* :D

Oke, kali ini saya mau cerita kalau sebelumnya saya nggak lulus di Kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional (MIIP) karena hanya mengumpulkan sebagian PR saja dari sejumlah PR yang diberikan, hehe... Kebiasaan buruk banget ini mah, nggak tuntas kalau mengerjakan sesuatu. Oleh karena itu, kemudian saya memutuskan untuk ikut kelas Remedial MIIP. Berusaha menuntaskan sesuatu yang sudah saya mulai. Semoga kali ini bisa konsisten.

Seperti pada kelas MIIP, di kelas remedial ini pun Pe-eR mingguannya juga diberi nama NICE HOMEWORK (NHW). Pekan ini temanya adalah Adab Menuntut Ilmu. Seru lho belajar di MIIP. Sebenarnya sederhana saja yang kita pelajari tapi manfaat banget, insyaAllah. Tapi ya gituuuu deeeh. NHW-nya bikin mikiiiir *dengan nada Cak Lontong*

Dari pertanyaan pertama aja ya, bingung mau jawab apa. Ok, here we go!

1.    Tentukan satu jurusan ilmu yang akan Anda tekuni di universitas kehidupan ini.
Di kelas MIIP (sebelum remedial) saya menjawab ilmu konsisten. Tapi setelah dipikir lagi, sepertinya jawaban saya berubah. Saya ingin menekuni ilmu di bidang penulisan. Entah kenapa tiba-tiba ingat dengan cinta pertama, dunia literasi.

2. Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin memiliki ilmu tersebut.
Selain karena alasan cinta pertama, saya sangat ingin memiliki ilmu tersebut karena saya merasa itu dunia saya. Walaupun yaaa.... walaupun... saya udah jarang nulis lagi. Tapi saya merasa menjadi diri saya sendiri saat saya bisa menulis, yang tidak sekadar menulis tentunya. Menulis yang bisa memberikan manfaat untuk orang lain. Itulah kenapa saya merasa perlu mempelajari ilmu di bidang penulisan. Agar tulisan saya lebih memberikan manfaat kepada orang lain, baik karena kontennya maupun juga karena cara menulisnya.


3.    Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut.
Strateginya apa ya.... Yang pasti berlatih menulis (lagi) di blog. Me-review  materi-materi yang pernah saya ikuti sebelumnya di beberapa kelas penulisan. Saya itu bisa dibilang rajin ikut kelas online tapi jarang praktiknya. Tobat deh... Semoga momen Ramadhan ini bisa membuat saya makin rajin, hehe... Bukan apa-apa tapi saat Ramadhan, kerjaan kantor lumayan berkurang load-nya, mungkin...saya bisa berlatih menulis untuk urusan di kantor? Hmm... kita coba yaa... Oiya... tidak lupa juga harus banyak membaca :D

4.    Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut.
Ini pertanyaan termudah, tapi menjalankannya paling susah.
a. Ikhlas

b. Bersungguh-sungguh
c. Konsisten (belajar dan berlatih).
Udah itu aja. Dikit kalimatnya tapi pastiiiii buanyaaaakkk yang harus dilakukan. Semangaaatttt!!!! :)

Mudahkan, Ya Allah....

Sampai jumpa di tulisan saya berikutnya :)