Pages

Friday, April 20, 2018

Cerita di Atas KRL (Bagian 1) : Melatih Bahagia

Ramadhan tahun ini, insyaAllah menuju enam tahun saya dan suami menjadi warga Depok. Dan beranjak menuju enam pula hitungan tahun saya mendeklarasikan diri sebagai anggota roker alias bagian dari rombongan kereta. Berkantor di Jakarta Pusat membuat saya hampir tidak memiliki alternatif transportasi lain yang lebih mudah-murah-cepat-nyaman, kecuali Kereta Rel Listrik (KRL).

Menghabiskan tiga hingga empat jam sehari di atas KRL membuat saya cukup kenyang dengan asam garam kehidupan per-KRL-an. Kali ini saya akan share tiga hal utama -sok tau ala saya- yang harus dipersiapkan ketika menggunakan KRL sebagai moda transportasi utama sehari-hari (terutama bagi yang menempuh perjalanan jauh menuju tempat bekerja dan pada saat jam sibuk):


1. Siapkan mindset menghadapi dunia KRL yang bisa jadi tak seindah bayangan.

Penuh, berdesakan, bau keringat, panas, gangguan KRL, dan berisik bisa jadi akan ditemui sepanjang perjalanan. Mindset yang paling utama perlu ditanamkan adalah... jangan pernah berharap dapat duduk jika bukan termasuk ibu hamil, ibu membawa balita, lansia, dan penyandang disabilitas. Saat malam dan sudah melewati jam sibuk sekalipun, sekarang KRL lebih sering penuh. Tanamkan mindset bahwa dapat tempat duduk adalah bonus yang mewah. Semacam doorprize utama kegiatan gerak jalan, tidak banyak yang bisa mendapatkan.


2. Kekuatan jiwa dan raga.

Kekuatan jiwa yang diperlukan di antaranya sebanyak satu exa (=1jt *  terra) kesabaran dan satu giga kesungguhan. Alias kesabaran dan kesungguhan yang tiada terkira😂
Sedangkan kekuatan raga yang diperlukan, jika diibaratkan handphone, kira-kira handphone yang sudah dicharge hingga 100% dengan kondisi baterai yang masih bagus, ditambah baterai cadangan dengan kondisi prima dan power bank 10.000 MAh yang terisi penuh. Suatu ketika saya pernah... akan berangkat ke kantor dan untuk bisa memenangkan persaingan naik KRL memggunakan 90% tenaga dari 100% yang saya siapkan. Di atas KRL terpaksa minum beberapa teguk air dan makan cokelat supaya tidak pingsan, padahal sebelumnya sudah sarapan😅
Dan itu baru untuk naik saja ya. Memang tidak selalu, tapi mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.


3. Harus menyiapkan strategi khusus.

Nah, terkait masalah strategi bisa berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya. Beberapa yang saya praktikkan di antaranya
~menggunakan sandal gunung (atau alas kaki yang paling nyaman) supaya kuat berdiri lama
~tidak memakai bros di jilbab, karena kemungkinan rusak atau jatuh saat berdesakan sangat besar
~menggunakan tas ransel yang tidak terlalu besar dan cukup nyaman digendong di depan. Jangan sekali-kali menggunakan tas cantik yang rapuh dan mudah tergores.
~tidak usah berdandan dari rumah. Berdandanlah ketika sudah sampai tujuan karena biasanya secantik dan sekinclong-kinclongnya berdandan, akan luntur juga saat ber-KRL ria. Jangan lupa juga pakai masker biar tidak merusak pemandangab orang lain😆
~jika wanita, tetaplah naik di gerbong wanita agar saat berdesakan bisa meminimalisasi perilaku yang tidak-tidak dari penumpang lain
~isi waktu di atas KRL dengan kegiatan yang positif. Baca Quran dan dzikir matsurat bisa jadi salah satu pilihan. Mendengarkan murottal atau rekaman kajian, membalas email atau pesan whatsapp yang tertunda, memikirkan ide-ide tulisan atau ide-ide marketing untuk bisnis, kuliah online via whatsapp ataupun membaca buku bisa jadi pilihan baik yang lainnya. Jika memungkinkan, tidur juga sangat bermanfaat ketika kita terlalu lelah sehingga di rumah fresh dan tidak mengantuk saat membersamai keluarga😂 Emang bisa tidur kalau enggak dapat duduk? Saya pernah, sering bahkan😂 Hanya saja perlu dipastikan ketika tidur Anda tidak di tempat yang berbahaya (dekat pintu misalnya) dan bisa menyangga diri sendiri alias tidak bersandar pada orang lain. Kalau belum terlatih, don't try this at KRL. Adegan ini berbahaya😶


Kurang lebih itulah sekelumit hal yang harus dipersiapkan ketika kita memutuskan KRL akan menjadi teman hidup, baik sementara atau selamanya. Banyak hal unik dan banyak hal baik yang saya temui saat naik KRL. Bersama dengan beberapa watak dan karakter yang berbeda, menciptakan memori dan pembelajaran tersendiri bagi saya. Ada orang yang ramah, namun ada pula yang mudah marah. Ada yang siaga membantu, namun ada pula yang kepala batu. Ada yang sabar berpeluh, tapi tak sedikit yang mudah mengeluh. Ada yang bersikap manis, ada pula yang kasar dan egois.


Sering kali di atas KRL, saya melihat dan memikirkan hal yang relevan dengan nasihat-nasihat yang sampai pada saya. Salah satunya, nasihat Bu Septi Peni Wulandani tentang BAHAGIA.


"BAHAGIA itu erat kaitannya dengan POLA PIKIR bukan RASA.
.
Bahagia itu bukan rasa yang muncul di saat semuanya berjalan dengan baik, mulus, tanpa tantangan.
.
Bahagia itu adalah suatu pola pikir yang membuat diri kita bisa merespon semua tantangan dengan baik
.
Sehingga dengan pola pikir seperti itu, semua orang hanya punya dua pilihan yaitu :
BAHAGIA dan BAHAGIA BANGET"


Dan saya masih terus berlatih bahagia. Berlatih untuk membuat diri bisa merespon semua tantangan di atas KRL dengan baik. Juga tantangan di atas qadha dan qadar yang Allah tetapkan untuk saya. InsyaAllah.


Ditulis di atas KRL, dan diselesaikan di Stasiun Depok Baru.
20 April 2018, 21:23 WIB
Saat saya kembali belajar menulis lagi😊

No comments:

Post a Comment