Pages

Thursday, December 27, 2012

Aku dan Indonesia ;)

Belakangan ini rasa nasionalisme saya sedang berkobar-kobar. Rasa bangga beribu Indonesia yang tadinya terkubur dalam-dalam, kini mulai terbangkitkan. Hmmm... apa pasal? Secara tidak sengaja, ada beberapa hal berurutan yang tiba-tiba menumbuhkan rasa cinta saya kepada Indonesia.

***

Yang pertama, Belitung.

 Tanpa diduga, saya dapat tugas dari kantor untuk pergi ke Belitung mengikuti sebuah workshop. Dan tentu saja, di sana saya dan kawan-kawan yang ditugaskan tidak lupa mengalokasikan waktu untuk mengeksplorasi keindahan Belitung. Keinginan saya yang sekian lama terpendam, akhirnya bersambut. Melihat langsung laut yang masih jernih, laut biru-hijau yang dasarnya dapat dilihat dari permukaan. Udara segar, hamparan batu-batu raksasa, terumbu karang beraneka warna, dan ikan-ikan yang bebas berenang kesana kemari tanpa takut teracuni oleh limbah pabrik ataupun ditangkap sembarangan oleh nelayan yang tak bertanggung jawab. Ah, kalaulah Belitung belum bisa disebut sepotong surga, tak terbayang lagi bagaimana indahnya surga... Itu baru sebagian keciiiiiiiilll sekali dari Indonesia. Di belahan bumi Indonesia lainnya, saya yakin masih ada potongan-potongan -mirip- surga lainnya.
Setelah sekian lama, baru kali ini senyum saya terkembang sempurna. Satu, aku mencintaimu Indonesia.
  
***

Di lain waktu (yang juga belakangan ini), saya sedang concern terhadap masalah makanan halal-haram. Membaca cerita tentang betapa sulitnya mencari makanan halal di negeri orang. Lebih lanjut, saya jadi berpikir seandainya saya berada di belahan bumi lain yang bukan Indonesia, apakah sahut-sahutan suara adzan dari masjid-masjid yang berdekatan masih bisa saya dengarkan? Saya tersenyum penuh makna. Dua, terima kasih Allah, aku semakin cinta Indonesia.

***

Entah kenapa, saya memutuskan melangkahkan kaki ke perpustakaan kantor. Terakhir saya ke sana, belum ada buku yang bisa menarik minat saya. Tapi begitu memasuki ruangan, pandangan saya langsung hinggap pada sebuah buku yang berkisah tentang perjalanan modernisasi kantor pajak. Bukan, bukan tentang institusinya. Buku itu berisi kisah beberapa pegawai pajak terkait dampak modernisasi atau reformasi birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perpajakan. Beberapa kisah, membuat saya terharu dan meneteskan air mata. Tapi sejenak kemudian, dengan senyum mengembang saya hapus air mata. Sesungguhnya, cinta dan kebanggaan itu menular. Cinta dan kebanggaan orang-orang yang mengabdi pada negeri dengan sepenuh hati dalam kisah-kisah itu menular pada saya. Ya, lagi-lagi harus saya akui. Tiga, Indonesia... padamu aku makin cinta.                                                                                                                            gambar dari sini


***

Menyambut long weekend di akhir tahun ini, saya memutuskan mengisi sepersekian waktu senggang saya dengan menonton film yang nampaknya bagus. Judulnya, "Tanah Surga, Katanya." Sambil melakukan rutinitas di akhir pekan (baca: menyetrika pakaian), saya menonton film tersebut. Film itu sempurna menghipnotis saya. Kalau tidak tahu saya menyetrika sambil nonton film, barangkali orang akan melihat saya dengan penuh tanda tanya karena saya setrika sambil sesekali menyeka air mata yang tumpah. Hiks... jadi sedih lagi. Film tersebut bercerita tentang ironi Indonesia sebagai negara yang katanya seperti tanah surga dibandingkan dengan Malaysia. Satu adegan yang paling saya suka adalah ketika salah satu tokohnya, Salman (kelas 4 SD) membacakan puisi berjudul tanah surga. Puisinya bercerita tentang ironi lagu koes plus yang judulnya tanah surga. Mungkin lain waktu puisinya akan saya posting di blog. Juga scene ketika Salman melewati perbatasan Indonesia-Malaysia di mana terlihat jelas jalan di Malaysia sudah beraspal mulus sedangkan di Indonesia masih berpasir-batu. Ah, sedih rasanya. Banyak sekali pekerjaan-pekerjaan yang harus kita lakukan untuk memakmurkan negeri ini. Empat... aku tercekat. Aku mencintaimu sepenuh hati, Indonesiaku.

***
gambar dari sini


Rangkaian kejadian belakangan itulah yang membuat saya tiba-tiba ingin meminjam sebait puisi Sapardi Djoko Damono:

kami telah bersahabat dengan kenyataan
untuk diam-diam mencintaimu
pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu
agar tak sia-sia kau melahirkanku

Ibu pertiwiku, Indonesia...aku mencintaimu, selalu. Dengan hati, dan dengan bukti suatu saat nanti serta janji yang akan kupenuhi.

Tuesday, October 30, 2012

Pertanyaan Hari Ini

Kalimat ini seringnya ditanyakan kepada anak kecil. Janggal rasanya bertanya kepada orang yang sudah dianggap dewasa. Padahal orang dewasa -dan yang dianggap dewasa- pun masih berhak menjawabnya.

"Apa cita-citamu?"


gambar dari sini

Monday, October 29, 2012

Sayyidul Istighfar


Surga. Siapa yang tidak ingin tinggal di sana? Tak ada, sepertinya. Kalaulah ada, mungkin hanya orang-orang yang tak percaya akan keberadaan surga.

Surga. Siapa yang tak tergiur akan janji-janji kenikmatan di dalamnya? Tak ada, kurasa. Kalaulah ada, mungkin hanya orang-orang yang tak pernah mendengar kenikmatan surga. Atau yang tiada iman di dadanya.

Surga. Adalah janji-Nya. Hadiah atas ketaatan di dunia.

Surga. Maukah kau ke sana? Mau? Hmmm... aku belum pernah ke sana. Tapi aku pernah diberi tahu salah satu caranya oleh seorang Ustadz dalam sebuah kajian. Dia membacakan ini.


Tahukah kau? Aku ingin sekali ke surga. Bersamamu. Bersama kalian. Karena itu, aku ingin mengajakmu, mengajak kalian... membacanya di setiap pagi dan menjelang petang dengan penuh kesungguhan. Supaya kelak, pintu surga itu terbuka untuk kita. Lalu penuh keyakinan kita bisa memasukinya, seyakin kita mempercayai janji-Nya melalui rasul-Nya. Janji Allah tentang surga. Yuk...

Thursday, October 25, 2012

Rasa G4 to the L4u, GALAU!!!

Terlalu banyak merasa kadang bisa menyusahkan diri kita sendiri. Tetapi menjadi perasa tetaplah diperlukan untuk membedakan kita sebagai manusia dengan makhluk lainnya. Bisa merasa, adalah anugerah terbesar yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan pada diri kita. Mudah merasa, adalah sebuah pertanda bahwa sebenarnya hati kita masih memiliki cahaya. Tidak padam, gelap, dan menghitam, yang lama kelamaan beku-membatu-lalu mati. Untuk itu, yang kita butuhkan adalah kemampuan mengelola rasa. Agar rasa itu sendiri tak terlalu menyulitkan kita atau membuat kita berpikir lebih baik tidak merasa.

Salah satu rasa yang suka mengganggu adalah terlalu merasa bersalah. Rasa yang sering muncul ketika tidak bisa memenuhi ekspektasi dari orang lain. Ketika melakukan beberapa kesalahan kecil yang seolah tampak besar dan tentu saja ketika melakukan kesalahan besar itu sendiri. Atau rasa yang sesekali muncul apabila kesempatan yang ada terluput dari hadapan, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Sehingga terucaplah kata-kata "seandainya-kalau saja-apabila-seharusnya-andaikata-dan kawan-kawannya". Padahal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
 
“Bersemangatlah untuk meraih segala hal yang bermanfaat bagimu. Mintalah pertolongan Alloh dan jangan lemah. Apabila engkau tertimpa sesuatu (yang tidak menyenangkan) janganlah berkata, ‘Seandainya aku dulu berbuat begini niscaya akan menjadi begini dan begitu’ Akan tetapi katakanlah, ‘Qaddarallahu wa maa syaa’a fa’ala, Allah telah menakdirkan, terserah apa yang diputuskan-Nya’. Karena perkataan seandainya dapat membuka celah perbuatan syaitan.” (HR. Muslim)

Kalau sudah dilanda galau -kata anak muda zaman sekarang- karena terlalu merasa bersalah, maka ini dia racikan penawar yang biasanya saya konsumsi, siapa tahu bisa dipraktikkan:

Pertama, berhenti dari segala aktifitas untuk sejenak. 
Kalau masih dipaksain beraktifitas juga biasanya malah jadi merasa serba salah. Oleh karena itu, sebaiknya berhenti beraktifitas dan memberikan waktu sebentar untuk berdamai dengan perasaan sendiri.

Kedua, tilawah Quran.
Kalau pas lagi bawa Al Quran terjemahan, usahakan baca terjemahannya juga. Satu atau dua halaman cukup untuk sedikit menenangkan hati, tapi semakin banyak bacanya insyaAllah hati jadi semakin tenang insyaAllah. Bukankah Allah sendiri yang bilang, dengan banyak mengingat Allah hati akan menjadi tenang? Siapa tahu juga dari ayat-ayat yang kita baca itulah, Allah memberikan petunjuk-Nya. Dan hal inilah yang sering terjadi pada saya. Kalau tidak ada Al Quran terjemah? Tetap baca saja Al Qurannya! InsyaAllah bacaan tersebut akan tetap memberikan pengaruh yang baik pada kita, asal dijaga adab-adab dalam membacanya.

Ketiga, pejamkan mata, tarik nafas dalam-dalam dan mendengar lagunya Edcoustic yang judulnya "Menjadi Dirimu" untuk mengembalikan kepercayaan diri dan optimistis (emang siapa yang minjem yak? :p)
Ini nih liriknya...

Tak seperti bintang di langit
Tak seperti indah pelangi
Karena diriku bukanlah mereka
Ku apa adanya

Wajahku kan memang begini
Sikapku jelas tak sempurna
Kuakui kubukanlah mereka
Ku apa adanya

Menjadi diriku dengan segala kekurangan
Menjadi diriku atas kelebihanku
Terimalah aku seperti apa adanya
Aku hanya insan biasa
Tak mungkin sempurna
Tetap kubangga atas apa yang kupunya
Setiap waktu kunikmati
Anugerah hidup yang kumiliki

Untuk saya pribadi, lirik lagu ini ngena banget makanya lagu ini masuk dalam jajaran lagu favorit versi saya, hehe :D. Ada energi tersendiri di dalam liriknya yang bisa membangkitkan optimistis.
Berbuat kesalahan itu wajar kok, yang tidak wajar adalah kalau kita tidak berniat memperbaiki apa-apa yang salah. Jadi, tidak usah terlalu berlebihan menyesali -entah itu kesalahan atau kekurangan- diri.

Nach, yang keempat...
rumuskan langkah-langkah untuk membuat keadaan lebih baik daaaannn.... ACTION!!!

gambar dari sini

Mengatasi G4L4u yang satu ini? INI CARAKU, APA CARAMU?

Monday, September 24, 2012

Tetangga (kecil) Baruku ^__^

Ia tersenyum malu-malu melihatku. Seakan ingin menyapa tapi tak tahu apa yang hendak dikata. Melihat senyum polosnya, tak kuasa aku abai terhadapnya. Kulambaikan tanganku seraya kuajak ia agar mau menghampiriku, yang belum dikenalnya. Rasa lelah sepulang bekerja pun hilang dalam sekejap saja demi melihat senyum tulusnya. Penasaran, aku tanya siapa namanya. "Aaiis... Aiiiss," tak jelas jawabnya membuatku bertanya ulang, masih tetap sambil melambaikan tangan padanya. Alih-alih menjawab lambaianku, sambil meneriakkan namanya -dengan artikulasi yang belum jelas- ia malah pergi menjauh. Tiga-empat detik berikutnya setelah menjauh, tiba-tiba saja ia menghampiriku dan masuk ke dalam rumah. Melewati aku yang masih ternganga dan sedang berpikir bagaimana cepat sekali pikirannya berubah. Ah ya, dasar kanak-kanak. Senyumku mengembang sempurna.

Namanya Dannis -ternyata- dan ia ceria sekali. Tetangga kecilku yang baru. Rambut ikalnya, sepenuhnya membuatku terpesona. Apalagi bicaranya yang masih belum jelas dan juga... tentu saja senyum polos setiap dia selesai mengucapkan sesuatu. Jika melihat pintu rumahku terbuka, maka tiba-tiba dia akan masuk ke dalam rumah. Melihat-lihat apa yang bisa dijadikan mainan, tersenyum senang. menirukan apa yang didengarnya sambil terbata, dan sekali lagi tersenyum senang. Begitu seterusnya. Kalau dirasanya cukup, maka ia memutuskan keluar, mencari hal lain yang lebih baru. -_______-a

Dua bulan sudah tinggal keluarga kecil kami berpindah, alhamdulillah di lingkungan yang baru ini kami cukup betah. Apalagi kalo si kecil ini bermain ke rumah...


lihatlah gayanya....




How cute he is!!!


Dari si tetangga kecil ini, aku belajar bahwa....

1) Kita harus terus bergerak seperti geraknya yang hampir tak pernah berhenti...^_^
2) Keterbatasan sarana tak akan menghalangi kita untuk bahagia (seperti ekspresi mukanya ketika ia bermain ke rumahku dan tak menemukan mainan barang satupun, tetap dengan senyum cerianya apa saja akan bisa dijadikan mainan olehnya)

Ah ya, anak-anak... dunia yang selalu kurindukan. Karena dari mereka kita selalu bisa belajar banyak tentang kehidupan.

Baiklah, target berikutnya.... anak-anak tetangga yang lain... hehehehe :D     

Friday, August 31, 2012

Menulis. Menulis Lagi. Menulis Terus!

Sudah lama saya tidak menulis, lebih tepatnya tidak bersemangat menulis. Kalaupun menulis, paling hanya tulisan yang pendek-pendek saja. Hmmm... selama rentang waktu tidak bersemangat menulis itu, saya merasakan sebuah perbedaan yang cukup besar. Energi.

Ya, setelah lama tidak menulis rasanya tidak ada energi yang membara seperti sebelumnya. Dulu sewaktu masih rajin menulis, saya merasakan hari-hari saya begitu berenergi, begitu bersemangat, dan... yang paling penting saya tidak mudah putus asa serta tidak mudah mengeluh. Saya rasakan semangat untuk meng-explore hal-hal di sekitar saya menjadi lebih besar. Saya merasa tumbuh dan terus bertumbuh. Ah ya, jujur saya akui saya rindu berat dengan masa-masa itu. Masa-masa di mana saya menggunakan karunia Allah berupa akal pikiran dengan optimal.

Ya, saya rindu. Dan hari inilah, saya baru berani kembali menampakkan (tulisan) diri. Semoga ada di antara tulisan saya yang dapat menjadi perantara hidayah atas makhluk Allah lainnya. Semoga. Semoga. Dan semoga.

Beberapa penyebab mengapa saya malas menulis:
1). Kurang baca buku, dan terutama baca Al Quran (padahal Al Quran adalah inspirasi yang tidak pernah kering);
2). Berekspektasi terlalu tinggi terhadap diri sendiri (penjelasannya seperti ini>>aku pengen nulis tulisan yang super ah.. yang bisa begini begitu, yang isinya ini dan itu.. padahal malesnya setengah hidup -_-");
3). Terlalu merasa cukup dengan amal yang dilakukan;
4). Tidak menyediakan waktu untuk menulis, berdalih terhadap diri sendiri bahwa banyak kesibukan-kesibukan lain di luar menulis.

Dan obat yang ampuh untuk semua itu adalah..... TARAAAA..........
1). Banyak-banyak membaca dan memahami apa yang dibaca, terutama Al Quran+terjemahan, lebih baik lagi kalau tafsirnya juga :)
2). No Males! Harus rajin memaksa diri sendiri untuk rajin (nah lho?!)
3). Tidak merasa cukup untuk melakukan kebaikan. Jadi biarpun sedikit yang ditulis, yang penting membawa pesan kebaikan untuk dibagikan.
4). Menulis sekarang juga!!!

Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalam bersabda:
"Bersegeralah kalian beramal saleh sebelum kedatangan fitnah (ujian) yang seperti potongan malam. Seseorang di pagi hari dalam keadaan beriman (mukmin) namun di sore harinya menjadi kafir; dan ada orang yang di sore hari dalam keadaan beriman namun di pagi hari menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan perhiasan dunia." (HR. Muslim no.309)


Lalu mengapa (saya) tidak harus bersegera? Agar tak ada post power syndrome atas diri ini, melainkan agar Allah terus menjaga diri ini dalam nikmatnya iman... InsyaAllah.






*gambar dari sini (ada artikel tentang yuk menulisnya juga lho...dan yang dibilang di situ bener banget!)

Tuesday, August 28, 2012

Selamat Tinggal... Ramadan

Ramadan telah pergi, dan rasa yang ada selalu sama. Seperti yang sudah-sudah. Menyesal. Lagi-lagi merasa kurang optimal. Ya Allah, semoga madrasah Ramadan kemarin memberikan bekas yang baik pada hamba-Mu ini dan semoga Engkau pertemukan kembali aku dengan ia pada tahun berikutnya...




Belum sempat kubisikkan padanya rasa terima kasihku, belum sempat pula kutunjukkan padanya bukti rinduku. Tahu-tahu Ramadan sudah berlalu...
Oh, Ramadan... jangan segan mengunjungiku tahun depan


*gambar dari sini

Thursday, April 26, 2012

Rindu Adik-Adik

Beberapa hari ini saya sedang membaca buku Indonesia Mengajar yang isinya tentang cerita-cerita putra-putri terbaik bangsa yang sedang mengabdikan dirinya di seluruh pelosok Indonesia. Membacanya... wow, subhanallah! Pagi ini ada sepotong kisah yang membuat saya meneteskan air mata di kantor setelah beberapa kisah sebelumnya membuat saya menangis sendirian malam-malam. Membacanya, jadi mengingatkan saya pada adik-adik di Lapak Sarmili. Hemmm... kangen dengan mereka sangaattt...

Yanti, yang selalu semangat bersekolah. Ia selalu menceritakan dengan bangga prestasi-prestasinya pada saya. Ia memang bukan siswi paling pintar, tapi di tengah lingkungannya saya pikir semangatnya selalu luar biasa. Sekarang ia sudah beranjak remaja pasti.

Lalu ada Ita yang pendiam dan kalem. Rambut keritingnya yang lucu. Ita selalu yang paling rapi saat mengaji. Matanya yang lebar. Meski pendiam, ia bisa menjadi sangat galak saat kakaknya, Rendy mengganggu.

Rendy, kakak Ita yang tidak bisa diam. Dengan giginya yang bolong-bolong dimakan permen, ia sering menunjukkan senyum khasnya kalau tidak bisa mengingat huruf hijaiyah yang saya ajarkan.

Ada juga Kartubi. Yang paling saya ingat dari Kartubi adalah ketika saya mengajarinya huruf Ja-Ha-Kho. Kartubi sangat bingung membedakan ketiga huruf itu. Ya, dia sering salah membaca Ja dengan Ha atau Kho, dan sebaliknya. Ketika saya menunjuk sebuah huruf dan memberinya tebakan, "Ini yang titiknya di atas, huruf apa...?" Dia hanya tersenyum sambil berusaha mengingat dengan sangat payah huruf apakah yang saya maksud. Dicarinya jawaban itu ke langit-langit mushola yang terlihat lembab kena air hujan, tapi tak ada. Hingga matanya berputar-putar lucu dan pada akhirnya dia berkata dengan nyaring, "Huruf Jaaa!" Saya cuma tertawa dan membetulkan jawabannya, "Yang titiknya di atas Kho, kalau Ja yang ini." Ya, sampai hari ini saya masih ingat mata Kartubi yang berputar-putar lucu itu.

Juga ada Juleha, bocah perempuan cilik ini meski kecil tapi suka sekali mengganggu temannya. Meski pada akhirnya kadang dia juga menangis seperti korban kejahilannya.

Ada Ayu, saingannya Juleha. Ada Sholeh, bocah laki-laki yang diam-diam membuat saya kagum karena tingkah lakunya yang baik. Nengsih.. dan yang lainnya. Ah, bagaimana ya kabar mereka adik-adikku? Masih terbayang dengan jelas ketika saya datang ke mushola, setiap mereka melihat saya mereka akan langsung berhamburan mencium tangan saya dan menempel-nempel di dekat saya. Lalu ekspresi resahnya mereka kalau disuruh mandi. Saat saya mengajari mereka mengaji, tapi mereka malah berlari-lari. Juga saat mereka memanggil teman-temannya untuk mengaji dengan bahasa khas mereka. Masya Allah... rindu semua itu, rindu adik-adikku...
Semoga Allah selalu melindungi kalian, adik-adikku Sayang. Tetap belajar yang rajin yaaa, selalu semangat sekolah dan mengajinyaaa... Peluk sayang untuk kalian, adik-adikku...


sehabis mengaji, adik-adik ini excited sekali difoto^^

Monday, February 6, 2012

Sudah Pantas Belum Ya???


gambar dari sini

Kemarin sore, saya dan suami berbelanja ke sebuah supermarket di bilangan Rawamangun. Jadwal berbelanja bulanan memang selalu kami lakukan di akhir pekan awal bulan. Rencana sebenarnya, kami ingin pergi siang hari supaya tidak terlalu ramai. Namun karena satu dan lain hal, akhirnya kami baru pergi sore hari.

Seperti biasa, supermarket ini sangat ramai di sore dan malam hari. Apalagi kalau weekend, untuk memilih-milih belanjaan saja kadang sampai berdesakan, juga antrian di kasir yang sampai berjubel. Setelah mengambil barang-barang yang hendak dibeli di daerah alat-alat kebersihan, saya mampir sebentar ke counter kosmetik untuk membeli facial foam. Suami saya biarkan menunggu di tempat lain.

Eh, tiba-tiba seorang anak laki-laki berbaju kuning berumur tujuh atau delapan tahunan mendekat kepada saya. Dia merapat ke sebelah kanan saya, saya coba bergeser ke kiri. Dia malah nempel ke tangan saya, mirip anak yang akan mulai merajuk pada ibunya. Hehe, dalam hati saya tertawa. Pasti dia mengira saya ibunya. Soalnya sembari nempel-nempel dia memang tidak melihat saya, melainkan melihat ke arah lain. Akhinya saya tanya pada anak itu, "Adek mau beli apa?" Kaget mendengar pertanyaan saya, dia pun menoleh ke arah saya. Lalu pelan-pelan menjauh. Ayah si anak yang mengetahui kejadian itu lantas tertawa dan menggoda si anak tadi. "Kamu pikir itu Mami ya?" Anak laki-laki tadi meninggalkan ayahnya yang masih tertawa dan mencari ibunya. Lalu dia menempel pada ibunya, persis seperti tadi waktu "menempel" pada saya. Hihihi... Padahal cukup berbeda, ibunya lebih tinggi dan tidak memakai jilbab seperti saya. Si anak yang malu, pura-pura tidak mendengar godaan ayahnya.

Kejadian seperti ini tidak sekali dua kali saya alami. Kalau saya tidak salah mungkin lebih dari empat kali terjadi hal seperti ini. Pernah waktu saya silaturrahim ke rumah salah seorang Saudari, seorang anak laki-laki berjalan mundur dan tiba-tiba tidur-tiduran di pangkuan saya. Begitu dia melihat wajah saya, dia pun menyadari saya bukan ibunya. Dia memperhatikan saya dan merasa aneh. Lalu bangun pelan-pelan dan segera pergi mencari ibunya. Pernah juga di suatu tempat, seorang anak perempuan memanggil saya, "Ummi... Ummi..." Nampaknya dia ingin menunjukkan sesuatu pada ibunya dan malah keliru menarik-narik baju yang saya pakai. Lalu saya tanya, "Kenapa Sayang?" Si anak yang bingung melihat saya segera berlari menjauh dan mencari ibunya. Hihihi...

Sepulang dari belanja saya bercerita pada suami mengenai kejadian tersebut, suami pun tertawa. Saya lantas bertanya, "Berarti aku udah pantas jadi ibu ya? Hihihi..." Kami sama-sama tersenyum. Aamiin, semoga Allah segera menambahkan satu rezeki lagi :) 

Sejujurnya, saya sudah tidak sabar untuk merasakan takjub dengan hadirnya seorang bayi yang tidur dan bermain di dalam perut saya. Lalu menimang-nimang dan menciuminya setiap saat setelah dia terlahir ke dunia. Ah, tapi bukankah setiap hal yang indah akan Allah tunjukkan pada waktu yang indah pula? Jadi, sabar saja :)

Doakan kami yaaa...

Friday, February 3, 2012

Di Dunia Apakah Kita Sekarang???

Di dunia apakah kita sekarang??? Pertanyaan ini seringkali menggelayuti benak saya setiap melihat berita di TV ataupun di internet. Beritanya semakin hari semakin aneh. Banyak juga yang semakin mengerikan... Seperti kemarin malam. Saya pikir di Indonesia saja yang beritanya aneh-aneh, ternyata di negara lain tidak jauh beda. Di antaranya, Mesir dan Yaman.

Berita yang pertama tentang bentrok antar suporter sepak bola di Mesir. Ceritanya setelah dua klub sepak bola di sana bertanding, suporternya saling ejek hingga kemudian saling serang. Saya tidak memperhatikan nama klubnya apa, tidak pula memperhatikan suporter mana yang menyerang duluan karena saking terhenyaknya dengan korban peristiwa rusuh tersebut. Bentrok antar dua kubu suporter klub sepak bola saja bisa menewaskan 74 orang!!! Helloooo... sedemikiankah murahnya nyawa orang? Berakhir tragis di lapangan sepak bola hanya karena hal sepele yang seharusnya tidak perlu terjadi apabila kedua belah pihak mampu menjaga emosinya. Astaghfirullah...


Lalu berlanjut dengan berita yang kedua, krisis keamanan di Yaman. Diberitakan bahwa di Yaman terdapat perdagangan senjata api secara bebas. Bahkan terdapat pasarnya! Dan gilanya, pasar senjata api di sana macam pasar ikan di sini. Senjatanya dipajang dan siapapun boleh membeli dengan harga yang murah. Senjata api yang paling murah harganya berkisar empat juta rupiah!!! Dengan empat juta rupiah, seseorang sudah bisa mengancam nyawa banyak orang. Astaghfirullah... Tapi mungkin yang paling seram adalah adanya seorang anak kecil yang menjual peluru di pasar tersebut. Saya taksir usianya sekitar 14 atau 15 tahun mungkin. Dan tau berapa harga termurah untuk sebutir peluru di sana??? Menurut reporter yang meliput, harga satu butir peluru termurah adalah enam ribu rupiah!!! Masya Allah... Benar-benar dunia yang semakin aneh!!! Semurah itukah harga nyawa manusia?

Tak jauh dengan kedua negara tersebut, di Indonesia beberapa waktu terakhir ini keamanan juga sudah mulai menjadi barang mahal. Banyak bentrok di sana sini, banyak kejahatan yang merenggut nyawa orang...
Hal yang sangat besar sampai hal yang sangat kecil pun dapat menjadi sebab pertumpahan darah antar manusia, bahkan mungkin kadang melibatkan mereka-mereka yang tidak bersalah. Ah... saya hanya mampu bertanya, "Di dunia apakah kita sekarang???"

Di dunia apapun kita sekarang, jangan sampai Allah sedikitpun kita lupakan.
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
"Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya." (HR Muslim)


gambar dari sini



Thursday, January 26, 2012

Bidadari Bumi, 9 Kisah Wanita ShalehahBidadari Bumi, 9 Kisah Wanita Shalehah by Halimah Alaydrus
My rating: 3 of 5 stars

Senin lalu, saya baru saja selesai membaca sebuah buku. Ini dia reviewnya....

...Kemudian diletakkannya tangan kanannya di dadaku, lalu ia mendoakanku. Dia terus berdoa dan tak henti-hentinya berdoa untukku. Seolah saat itu tak ada yang lebih penting baginya kecuali aku. Perempuan asing yang bahkan baru ia kenal beberapa menit yang lalu. Ia masih saja berdoa dengan satu kalimat sederhana.

"Semoga Allah takkan pernah tega menyengsarakanmu, anakku..." Doa itu terus diulangnya berkali-kali dengan cucuran air mata. "Ya Allah, sampai kapanpun, dimanapun, jangan pernah tega untuk menyengsarakan hidupnya," katanya lagi dan lagi dengan air mata yang membanjiri wajah tuanya.

Membaca penggalan kisah ini membuat saya ingin bertemu dengan sosok Hubabah Tiflah. Membayangkan bertemu dengan seorang wanita shalihah yang sudah tua renta lagi buta. Namun dengan tulusnya ia mendoakan kebaikan bagi saya, yang baru pertama kali ditemuinya. Mendoakan kebaikan yang bahkan jarang saya pinta kepada Allah untuk diri saya sendiri. Dalam goresan tinta pun, saya bisa merasakan kesungguhan doanya. Dari keshalihan Hubabah Tiflah saya belajar tentang ketulusan sebuah doa.

Dan dari delapan kisah wanita shalihah lainnya, saya menemukan pelajaran bahwa bidadari itu juga ada di sini, di bumi.

View all my reviews

Wednesday, January 25, 2012

Selamat Datang, Cinta!



to my world... :)

Entah dari kapan. Sepertinya lebih dari dua tahun yang lalu. Saya dilanda kebingungan yang amat sangat...
Bukan soal bingung mau makan apa-di mana seperti yang kebanyakan dialami anak kos, bukan perkara yang rumit... Tapi entah kenapa bingung yang luar biasa. Tau apa yang saya bingungkan? Hehe... bisa-bisa saya diketawain ayam kalo ayam-ayam pada tau apa yang saya bingungkan >.<

Hmm... beginilah kebingungan itu bermula...
Saya ingin sekali rajin menulis karena saya tau banyaknya manfaat menulis. Sayangnya dengan mengetahui teori manfaat menulis yang menggunung pun, tangan ini belum juga tergerak untuk menulis. Di pikiran saya kala itu berlarian, berlalu lalang, berloncatan, hingga bersalto banyak konsep tentang sebuah blog yang ideal dan bermanfaat. Namun, apa daya... konsep-konsep yang ada di pikiran itu tak juga menjelma menjadi -satu pun- tulisan yang bisa dinikmati oleh pembaca. Hihi... akhirnya hanya ada blog yg tak berisi apa-apa.

Lalu saya putuskan untuk berkaca. Diri ini tentu saja tidak sejelek yang saya kira. Dan taraaaaa.....jadilah tulisan ini mengisi blog ala saya!!! Sering kita (saya aja kalee) berpikir, ingin seperti si A yang kata-katanya selalu memikat pembacanya, atau ingin seperti si B yang tak pernah absen menginspirasi lewat tulisannya, atau si C yang tulisannya selalu padat berisi ilmu, si D yang selalu update dan si E, F, G, H, dan seterusnya. Karena sibuk memikirkan A sampai Z, malah lupa untuk mengupgrade apa yang sudah dimiliki. Kemampuan menulis semakin menumpul karena tak diasah.

Dan baiklah, insyaAllah mulai hari ini saya akan rajin menulis seperti halnya saya rajin menempelkan tangan ke mesin presensi tiap datang atau pulang ngantor. Hmm... kira-kira sehari sekali selama weekdays. Lalu lakukan self talk, "Selamat Datang, Cinta!" Saatnya pembelajaran mencintai ilmu dimulai dengan belajar menuliskannya di blog baru yang akan segera penuh dengan manfaat, insyaAllah :)

Selamat menikmati!

*) gambar dari sini