tag:blogger.com,1999:blog-72523895936819848962024-03-14T21:39:54.516+07:00Rumah Belajar...karena belajar adalah proses tiada henti...Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.comBlogger42125tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-25949064329502843402018-05-24T07:53:00.002+07:002018-05-24T07:58:53.038+07:00Tentang SampahSetiap pagi akan berangkat ke kantor, saya melewati sebuah tempat yang selalu bikin geleng-geleng kepala. Tepatnya sebuah jalan, tapi memang kanan kirinya tidak banyak rumah. Ada beberapa toko dan tanah kosong saja. Yang bikin geleng-geleng adalah setiap pagi pasti ada setidaknya dua plastik berisi sampah yang dibuang ke jalan. Bukan pinggir jalan ya, tapi di tengah jalan. Seolah-olah barang yang tidak sengaja jatuh. Dan itu setiap pagi.<br />
<br />
Saya tidak mengerti bagaimana jalan pikiran si pembuang sampah. Apakah sedemikian pelitnya tidak mau ikut iuran kebersihan biar sampahnya diangkut atau bagaimana. Dan heran di sisi lain, tapi kok rajin ya... Pasti buang sampahnya pas masih sepi dan gelap. Niat banget. Kalau niat, kenapa sampahnya ngga sekalian diantar ke tempat yang memang dikhususkan untuk sampah? Entahlah.<br />
<br />
Sampah, saat ini seharusnya tidak lagi kita pandang sebagai sebuah barang yang hanya bisa dibuang, tetapi juga dikelola. Tidak terbayangkan setiap hari sampah makin bertumpuk, wujud dan baunya memenuhi bumi ini. Sementara di sisi lain kita terus menghasilkan sampah demi sampah.<br />
<br />
Adalah Lauren Singer, seorang mahasiswi lingkumgan yang tinggal di New York. Selama dua tahun hanya menghasilkan satu toples sampah kecil. Gaya hidup yang sangat antimainstream. Namun dari situ bisa diambil pelajaran bahwa sampah itu bisa dikelola.<br />
<br />
Mindset mengelola sampah, bukan membuang, menurut saya sesuatu yang harus mulai ditanamkan dan diaplikasikan sedari kecil agar menjadi kebiasaan. Jika perlu masuk ke dalam kurikulum sekolah. Bahkan mungkin tak hanya sampah dalam arti sebenarnya, tetapi juga sampah emosi. Bukankah kian hari kian banyak hal negatif yang terjadi karena ketidakpiawaian manusia mengelola sampah emosi?<br />
<br />
#30dwc<br />#30dwcjilid13<br />
#squad7Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-55971988772707611862018-05-22T23:59:00.001+07:002018-05-23T01:12:34.292+07:00Pejuang Dua Puluh RibuSudah lama sebenarnya berniat posting mengenai hal ini, tapi sering tertunda. Entah karena malas atau lupa, atau dua-duanya, hehe. Pas kebingungan mau nulis apa buat "30 Days Writing Challenge", kemudian teringat kembali tentang ini.<br />
<br />
Ceritanya saya adalah salah satu orang yang percaya banget bahwa menabung itu sangat penting untuk masa depan. Tapi di sisi lain, saya juga termasuk orang yang jarang menabung. Kadang kala kalau rajin menabung pun, satu atau dua bulan kemudian uang tabungannya sudah tandas tak bersisa.<br />
<br />
Menyiasati hal itu, beberapa macam metode menabung pun saya coba lakukan. Mulai dari mengalokasikan pos untuk tabungan di awal, pakai tabungan berjangka, ikut arisan uang tapi minta dapat terakhir, menabung recehan, menabung 5 atau 10ribu per hari, menabung berapapun tiap hari di celengan yang nggak tembus pandang, bikin rekening baru khusus buat nabung, hingga yang ekstrim, menabung harian sesuai tujuan finansial yang ingin dicapai.<br />
<br />
Kenapa saya bilang ekstrim? Begini, metodenya adalah mengidentifikasi tujuan finansial jangka pendek, mulai dari butuh berapa dan kapan waktu dibutuhkannya. Bisa jadi ada hanya satu tujuan finansial atau mungkin lebih. Dari masing-masing tujuan finansial, dibuat breakdown per hari. Harus menabung berapakah setiap harinya agar tujuan finansial tersebut bisa tercapai tepat pada waktunya. Sebagai contoh, tujuan finansialnya adalah butuh untuk bayar hutang 10 juta dalam waktu sepuluh bulan ke depan. Maka 10 juta dibagi 10 bulan. Per bulan harus bisa mengumpulkan 1 juta. Angka 1 juta itu dibreakdown lagi per hari. Misal ada 30 hari jadi setiap harinya harus bisa menabung minimal 34.000. Kalau ada tujuan finansial yang lain, dibreakdown juga dan yang harus dikumpulkan perhari akumulasikan dg hasil breakdown tujuan finansial yang lain.<br />
<br />
Karena tujuan finansial jangka pendek saya waktu itu sangat banyak, ada lebih dari 5 item dan masing-masing jumlahnyabbesar dan dibutuhkan dalam waktu dekat, maka uang yang harus ditabung per hari juga cukup besar. Berkisar 450 ribu per harinya. Celengannya isi 50 sama 100rebuan, Bok! Alhasil terkadang belum sampai tanggal 15, bahkan tanggal 10, dompet sudah sangat tipis. Tiada lagi uang di tangan. Efek positinya adalah saya jadi rajin banget jualan bukunya, haha. Omset naik hampir 3 kali lipat gara-gara itu. Tapi kemudian dalam waktu 3 bulan zonk, saya terlalu lelah jiwa dan raga. Menurut saya metode ini perlu segera diakhiri karena nggak saya banget, sama sekali tidak sesuai dengan kepribadian saya😅<br />
<br />
Akhirnya sampailah saya pada suatu metode yang membuat lebih semangat menabung, yaitu metode menabung pecahan 20ribu. Pertama kali tau metode ini kalo nggak salah dari baca tulisan Ippho Santosa. Istilah kerennya "The Power of 20.000", sementara orang yang nabung disebut pejuang 20ribu.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJxxL0c2qTL4ycHkGB_8xAkNvcN26DUlH2zQSd6Ki5GIYk7bPv8dU63gU4S4T01xbu7lVlVBuT3ws56I-qwzeR6c931cQHUPlL5JED-HjmC_nDznqw7DOM4IvPfJNLmlvkcTOq-RDSIXtp/s1600/IMG-20180523-WA0003.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="807" data-original-width="1046" height="246" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJxxL0c2qTL4ycHkGB_8xAkNvcN26DUlH2zQSd6Ki5GIYk7bPv8dU63gU4S4T01xbu7lVlVBuT3ws56I-qwzeR6c931cQHUPlL5JED-HjmC_nDznqw7DOM4IvPfJNLmlvkcTOq-RDSIXtp/s320/IMG-20180523-WA0003.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Metode menabung pecahan 20 ribu adalah kita harus mengkondisikan diri agar setiap bertemu dengan pecahan 20 ribu, kita menabungnya. Mau uang cuma tinggal 20 ribu, tabung. Uang di dompet 20 ribuan semua pun, tabung juga. Walau kemudian tidak ada yang tersisa... Yang jelas tiap ketemu uang 20ribuan, maka uang tersebut tidak boleh dibelanjakan, dipinjamkan, atau ditukar dengan pecahan lain. Uang pecahan 20 ribu hukumnya satu, tiada lain kecuali hanya boleh ditabung.<br />
<br />
Saya memilih menabung pecahan 20ribu di toples, lalu tiap bulan saya setorkan ke bank, rekening khusus untuk (salah satu) tujuan finansial impian saya.<br />
<br />
Kenapa harus dua puluh ribu? Barangkali itu menjadi pertanyaan teman-teman ya...<br />
Pecahan 20 ribu bisa dibilang agak nanggung dan biasanya lebih jarang ditemui dibandingkan pecahan lainnya. Bayangkan kalau menabung pecahan 50rb atau 100rb! Saat butuh bayar sesuatu dalam jumlah besar, kebayang ga kalo harus pake pecahan kecil? Yang ada berat! Masak bayar 10 juta pakai pecahan 10ribu sebanyak seribu lembar? Sungguh tidak efisien, waktu banyak terbuang bahkan hanya untuk menghitung saja. Lagipula, kalau seseorang pas butuh cash banget, dia nggak akan pernah berhasil mengambil uang dari ATM. Lha ATM-nya cuman ada pecahan 50rn atau 100rb. Begitu uangnya keluar dari mesin ATM, uangnya otomatis harus ditabung lagi.<br />
<br />
Menabung menggunakan pecahan seribu-dua ribu juga tidak efisien. Kapan bisa ngumpul banyak? Kita juga sering butuh pecahan uang ini untuk parkir, bayar angkot, uang saku anak, beli jajanan, dan sebagainya. Uang pecahan 5ribu dan 10ribu pun juga demikian. Lebih sering jadi alat pembayaran, misal parkir mobil 5rb, minuman botol juga sekitar 5rb, beli bubur ayam 10rb, bayar ojek 10rb, dan seterusnya. Sementara kalau harus membayar sesuatu seharga 20rb, kita bisa menggantikannya dengan uang pecahan yang lebih kecil.<br />
<br />
Uang yang pecahannya semakin sering dibutuhkan atau dipakai untuk bertransaksi, biasanya akan menjadi cobaan tersendiri yang lama-lama bisa bikin males nabung.<br />
<br />
Kembali ke menabung 20 ribuan. Kelebihan metode ini adalah pikiran saya membentuk mindset baru, meyakini bahwa 20ribu itu hanya untuk ditabung. Jadi begitu dapat kembalian 20 ribuan, otak saya menyatakan "Stop! Jangan dipake buat belanja apapun!", otomatis uangnya langsung masuk ke toples tersendiri.<br />
<br />
Yang menyedihkan cuma satu, kalau bayar pakai 50 atau 100 ribu lalu tiap kembalian, dapatnya 20ribuan terus😭😭😭<br />
Langsung deh gak selera beli apa-apa lagi😫<br />
<br />
Banyak yang sudah berhasil menggunakan metode ini. Search aja testimoninya di google, "pejuang 20 ribu". Saya sendiri baru berhasil konsisten mengumpulkan 20 ribuan selama setahun sampai dua tahun belakangan untuk membiayai salah satu cita-cita yang butuh uang cukup banyak. Itupun baru 60%, tahun ini semoga terwujud 100%😇<br />
<br />
Tidak menampik metode yang lain, kadang saya mengkombinasikan beberapa metode sekaligus. Hanya saja metode 20 ribuan ini pasti dan selalu saya lakukan.<br />
<br />
Yuk nabung! Mau coba menjadi pejuang 20 ribu juga? Share versi menabungmu di komentar yaaa... 😉<br />
<br />
#30dwc<br />
#30dwcjilid13<br />
#squad7<br />
#day6Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-83340185522825371522018-05-21T07:44:00.002+07:002018-05-21T07:44:17.053+07:00Ibadah Butuh MoodPernahkah nggak pengen melakukan sesuatu yang sejatinya sangat kita senangi? Mungkin tidak sering, tapi sesekali. Pernahkah nggak selesai-selesai melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak sulit dikerjakan? Atau pernahkah nggak bisa melakukan sesuatu padahal itu mudah dan sangat kita butuhkan? Makan misalnya, atau tidur. Ada saja orang yang lapar dan butuh makan, tapi tidak memiliki mood makan. Atau ada orang yang mengantuk dan ingin tidur, tapi tidak bisa juga memejamkan mata walau dengan berbagai cara. Mungkin begitu pula halnya dengan ibadah. Sebuah hal yang sunnatullah banyak godaannya. Ada yang ingin dan tahu keutamaan beribadah tapi tak kunjung menemukan feel-nya.<br />
<br />
Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan mendengarkan Ustadz Hanan Attaki ketika menjadi "jamaah youtubers". Beliau membuat saya tersentil akan satu hal, bahwa ibadah pun membutuhkan mood. Mood adalah adanya perasaan nyaman ketika kita beribadah. Rasa nyaman dalam keimanan kita.<br />
<br />
Pantaslah mengapa niat selalu menjadi salah satu prasayarat utama dalam ibadah yang dilakukan oleh seorang muslim. Menghadirkan niat dalam setiap kebaikan adalah menghadirkan mood dalam beribadah. Menyiapkan diri menikmati rasa nyaman mengecap ketaatan.<br />
<br />
Sudahkah kita berupaya menghadirkan mood dalam ibadah kita hari ini?<br />
<br />
#30dwcjilid13<br />
#squad7<br />
#day4Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-35046541013758914852018-05-18T07:59:00.001+07:002018-05-18T07:59:21.439+07:00Ramadhan, Pentingnya Persiapan<br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<span style="color: black; font-size: 13.5pt;">Rencananya, saya akan membuat postingan harian selama Bulan
Ramadhan tahun ini.<o:p></o:p></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; orphans: 2; text-align: start; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<span style="color: black; font-size: 13.5pt;">Dan ini adalah postingan
pertama saya.<o:p></o:p></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; orphans: 2; text-align: start; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<span style="color: black; font-size: 13.5pt;">Here we go...<o:p></o:p></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; orphans: 2; text-align: start; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; orphans: 2; text-align: start; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<span style="color: black; font-size: 13.5pt;">Hari pertama Ramadhan, ada
hal-hal yang </span><span lang="EN-AU" style="color: black; font-size: 13.5pt; mso-ansi-language: EN-AU;">sungguh menarik perhatian saya. Salah satunya adalah
iklan Ramadhan. Secara tidak sengaja waktu ingin menonton kajian Ramadhan di
Youtube, muncul beberapa iklan yang lucu. <br />
Saya hanya akan bercerita tentang salah satunya, yaitu iklan dari sebuah
marketplace berwarna hijau di negeri ini. Ceritanya adalah sebuah keluarga, di
mana sang ibu harus pergi pada hari itu, sedangkan sang ayah bertugas menjaga
anak laki-lakinya yang baru pertama kali berpuasa sepanjang hari ketika
ditinggal ibu pergi.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<span lang="EN-AU" style="color: black; font-size: 13.5pt; mso-ansi-language: EN-AU;">Sang ibu yang khawatir berpesan
kepada ayah supaya anaknya tidak capek-capek, tidak banyak lari, dan lain
sebagainya karena ini adalah puasa pertamanya. Sang ayah dengan percaya diri
menyuruh istrinya untuk tenang. Ternyata sang ayah sudah melakukan sejumlah
persiapan dengan membeli “perlengkapan perang” di marketplace hijau tersebut
sebagai bekal menjaga sang anak, di antaranya beberapa mainan.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<span lang="EN-AU" style="color: black; font-size: 13.5pt; mso-ansi-language: EN-AU;">Dimulailah kehebohan ketika anak
bangun tidur (setelah sahur) lalu sang ayah siap siaga sepanjang hari mengajak
anak bermain –dengan perlengkapan yang sudah dibeli dari marketplace tadi-
supaya lupa dengan laparnya. Kalau saya cerita kesannya biasa saja ya, tapi kalua
melihat langsung iklannya dengan mata kepala sendiri saya sampai terbahak-bahak
tidak berhenti. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<span lang="EN-AU" style="color: black; font-size: 13.5pt; mso-ansi-language: EN-AU;">Pagi ini saya termenung, setelah
sebelumnya mengalami sahur yang agak kacau di hari kedua. Malam sebelumnya, setelah
tarawih niatnya mau beli lauk untuk sahur. Apalah daya ternyata dari sekian
banyak warung yang ada, hanya sedikit saja yang buka. Dan antriannya panjang,
masyaAllah. Sempat menunggu di salah satu warung hingga satu jam tapi belum
juga dibuatkan pesanannya, akhhirnya suami mengajak pulang saja. Sudah terlalu
larut, khawatir besoknya malah kesiangan. Alhasil pagi tadi hanya sahur dengan
menu andalan, mie goreng sejuta umat merk kebanggaan anak negeri. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<span lang="EN-AU" style="color: black; font-size: 13.5pt; mso-ansi-language: EN-AU;">Ya, saya menemukan korelasi yang
sangat sederhana dari iklan dan apa yang saya alami. Tentang persiapan. Bahwa
menyambut Ramadhan dengan optimal, diperlukan persiapan yang matang. Bukan
hanya tentang Ramadhan, semua pada dasarnya perlu persiapan. Namun dalam
konteks Ramadhan kali ini, saya berpikir sudah mempersiapkan banyak hal, mulai
menyiapkan mukena yang nyaman, berbekam, dan lain sebagainya sampai cuti dari
kantor satu hari sebelum Ramadhan agar tidak terburu-buru pulang dan kena macet
di jalan. Ternyata ada persiapan yang saya terlupakan. Menu harian dan cadangan
makanan. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<span lang="EN-AU" style="color: black; font-size: 13.5pt; mso-ansi-language: EN-AU;">Setelah dipikir-pikir lagi,
sepertinya banyak pula persiapan lain yang terlupakan. Persiapan pemanasan
ibadah. Seperti halnya kendaraan yang dipakai namun tidak dipanaskan terlebih
dahulu. Kadang mati di tengah jalan ketika gasnya sedikit dikecilkan. Pernah
mengalaminya? Menyesal. Namun sudah tidak ada guna. Ramadhan telah dimulai,
meski minim persiapan. Ramadhan tetap akan berjalan.<br />
Dan mari berlari mengiringi Ramadhan, pelan tapi pasti. Sambil mengingat pelajaran
di hari pertama Ramadhan, pentingnya persiapan.<br style="mso-special-character: line-break;" />
<!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br style="mso-special-character: line-break;" />
<!--[endif]--><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<span lang="EN-AU" style="color: black; font-size: 13.5pt; mso-ansi-language: EN-AU;"><br style="mso-special-character: line-break;" />
<!--[if !supportLineBreakNewLine]-->#30dwc<!--[endif]--><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-31852377624069067332018-04-26T11:21:00.001+07:002018-05-20T07:49:28.847+07:00Fenomena Grup WhatsappBeberapa waktu yang lalu ada obrolan bersama teman-teman di kantor yang saya pikirkan sampai saat ini. Obrolan tentang waktu. Dulu ketika masih tahun 90-an, dalam sehari rasanya banyak hal yang bisa dilakukan. Pagi pergi ke sekolah, belajar dan bermain bersama teman di sekolah. Pulang sekolah, makan siang bersama keluarga di rumah, membaca buku/majalah, nyicil mengerjakan PR dan tak lama setelahnya tidur siang. Lalu sorenya masih ada waktu mandi sore, mengaji, bermain, dan bahkan membantu ibu membersihkan rumah atau menyapu halaman. Kadang bahkan masih sempat bersepeda sore-sore. Malamnya makan bersama keluarga lagi sambil bercerita tentang apa yang dialami hari ini, belajar atau mengerjakan PR, dan menonton TV rame-rame. What a wonderful life! Sehari ada sangat banyak hal yang bisa dilakukan. Tapi sekarang... Dengan waktu yang sama, mengapa sedikit sekali hal yang bisa dilakukan? Pertanyaan tersebut tak sengaja mampir dalam obrolan ringan kami siang hari itu.<br />
<div>
<br /></div>
<div>
Saat ini sungguh jauh berbeda. Kami, berangkat pagi dan pulang malam. Saat di kantor, produktivitas juga tidak bagus-bagus amat. Malamnya, sampai rumah sudah tak banyak yang bisa dilakukan karena kelelahan. Bahkan sehari terlewatkan obrolan yang berkualitas bersama keluarga. Sebelumnya saya sempat berpikir, mungkin karena sebagian besar waktu habis di jalan. Coba kalau saya di rumah? Dan saya ingat kembali, ada masa ketika saya hanya di rumah saja. Produktivitas tidak bagus-bagus amat, di rumah saja juga mudah lelah. Apalagi setelah melihat rumah tetap tak ada rapi-rapinya. Padahal saya dan suami masih berdua saja alias belum ada anak. Sama-sama punya waktu yang terbatas! Dalam sehari, tak banyak yang bisa dilakukan dan tak banyak memori yang terekam. Sampai-sampai terpikirkan begini, "Kalau siang saya itu pingsan apa gimana sih? Tau-tau udah malam aja dan nggak ingat siang itu sudah melakukan apa saja."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kembali ke obrolan saya dengan teman-teman, akhirnya kami bersepakat -dalam diam (gimana coba bersepakat dalam diam? :P)- tentang satu hal. Gadget. Sebagian dari waktu yang kita miliki tak lagi sepenuhnya bisa kita nikmati karena gadget. Bangun tidur buka gadget. Ngapain dikit buka gadget. Beberes rumah, kerja, belajar, memasak, di jalanan, makan, mengobrol, hingga kembali akan tidurpun diselingi dengan membuka gadget. Dulu... Kita terbiasa mengerjakan satu hal sampai selesai, tanpa terdistraksi oleh gadget. Sekarang ada banyak alasan mengapa kita harus sedikit-sedikit membersamai si layar persegi panjang ini. Alasan yang penting atau sebenarnya sama sekali tidak penting.<br />
<br />
Salah satu di antara godaan gadget yang -mungkin- tidak kita sadari adalah banjir informasi melalui aplikasi percakapan (chat) di dalam gadget kita. Benar, kalau ada yang bilang segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Coba masing-masing dari kita menengok ke aplikasi chat masing-masing. Berapa banyak grup yang kita ikuti? Sekitar empat bulan lalu, saya sempat iseng menghitung jumlah grup whatsapp yang saya ikuti. Saya terlalu malu untuk menyebutkan jumlahnya saking banyaknya. Ada grup keluarga (keluarga besar, keluarga inti, sesama saudara, keluarga besar yang berdomisili di kota yang sama), grup sekolah (untungnya baru SMP sampai kuliah, ditambah grup ekskul, grup lalala lilili lainnya), grup kantor (grup yang ada Bos, yang nggak ada bosnya, grup panitia project A, project B dan seterusnya yang kebanyakan projectnya sudah kelar tapi grupnya enggak kelar-kelar), grup RT, dan grup-grup lain yang tidak habis-habis dan selalu bertambah. Begitu coba saya eliminasi satu-persatu, yang terjadi adalah mati satu tumbuh sepuluh (untungnya ngga sampe seribu). Pernah saya sampai pusing saking banyaknya informasi yang dibagikan via grup-grup ini. Sementara tidak semua grup penting tetapi keluar dari grup yang kurang penting tidak semudah membalik telapak tangan. Diinvite ulang, diwapri teman segrup, atau dilabeli sombong adalah sebagian konsekuensi yang harus dihadapi ketika keluar dari grup whatsapp.</div>
<div>
<br />
Dari dua buku yang saya baca seputar fokus dan produktivitas (maafkan lupa judulnya, sabtu saya update tentang judul bukunya, insyaAllah), disebutkan bahwa agar waktu kita efisien dan produktif kita harus fokus dalam menyelesaikan sesuatu. Salah satu cara untuk fokus adalah memperbanyak bertindak aktif, bukan responsif. Contoh tindakan responsif salah satunya adalah membaca email setiap pagi lalu membalasnya. Saya pikir hal ini berlaku juga di dunia per-whatsapp-an. Saat pagi hari, umumnya orang-orang zaman now akan mengecek smartphone terlebih dahulu. Mengecek apakah ada pesan whatsapp yang masuk dan perlu dibalas. Hingga mungkin berlalu 5-10 menit atau bahkan lebih. Dan ini adalah kegiatan yang berulang-ulang selalu dilakukan, tidak hanya saat bangun tidur. Apabila diasumsikan setiap hari kita mengecek whatsapp sebanyak 12 kali saja dan tiap mengecek menghabiskan waktu 5 menit. Sudah satu jam waktu yang dihabiskan. Padahal pada kenyataannya, frekuensi dan waktu yang kita, eh.. saya habiskan untuk mengecek whatsapp lebih dari itu. Ini baru tindakan responsif terkait whatsapp, belum membalas chat di aplikasi dan media sosial lainnya. Entah berapa banyak waktu yang habis...?<br />
<br />
Setelah melakukan beberapa pemikiran yang mendalam terkait hal ini -dan sekarang pun masih memikirkan- saya sampai pada beberapa kesimpulan agar tidak terjebak dalam bahaya overdosis grup whatsapp:<br />
<br />
1. Membatasi jumlah grup whatsapp yang kita ikuti.<br />
<br />
Grup whatsapp, menurut saya, seperti dunia. Tidak ada habisnya kalau terus diikuti. Ada saat di mana kita harus tegas berkata cukup. Kalau terlanjur banyak? Katakan TIDAK pada grup whatsapp (baru)! Kecuali nambah 1 grup baru, keluar 1 grup lama. Kalau sudah terlanjur banyak? Tiada jalan lain kecuali leave grup. Banyak grup yang diikuti juga akan berpengaruh pada memori smartphone. Ada lebih banyak waktu yang kita habiskan untuk sekadar clear chat. "Maaf, grup whatsapp yang bisa saya ikuti cuma 10. Sudah enggak bisa lagi ikut grup baru." Keren bangetlah kalau ada orang yang bisa bilang begitu! ^_^<br />
<br />
2. Memprioritaskan grup whatsapp yang penting dan yang kurang/tidak penting, ikuti grup yang penting saja.<br />
<br />
Berfokus pada hal-hal yang bermanfaat saja, termasuk dalam urusan grup whatsapp. Ikuti hanya grup-grup yang bermanfaat saja. Yang bermanfaat seperti apa? Beda orang bisa jadi beda kualifikasi yang disebut bermanfaat. Tanya saja pada diri kita, apakah kita bahagia/tidak menjadi bagian dari grup whatsapp tersebut? Kalau tidak bahagia, lepaskan saja😉<br />
Selain itu, sebaiknya ikuti hanya grup whatsapp yang sudah punya visi-misi dan aturan yang jelas. Pastikan kita sudah tahu mau dibawa ke arah mana grup whatsapp tersebut. Aturan yang jelas akan melindungi anggota grup dari kebanjiran informasi dan perdebatan yang tiada guna.<br />
<br />
3. Menciptakan lingkungan bebas kendali grup whatsapp<br />
<br />
Sudah saya singgung sebelumnya bahwa banyak sekali hambatan dan tantangan untuk keluar dari sebuah grup whatsapp, terutama dari lingkungan sekitar. Sehingga dibutuhkan lingkungan yang kondusif dan sama-sama memahami bahwa ikut atau tidak ikut grup adalah hak segala bangsa yang tidak perlu dibully dan dipertanyakan sebabnya. Setiap orang memiliki kebebasan akan menjadi anggota grup whatsapp yang mana.<br />
Prinsip yang seharusnya dipegang adalah kita yang mengendalikan, bukan sebaliknya kita dikendalikan oleh grup whatsapp. Sebenarnya tidak hanya grup whatsapp, berlaku juga media sosial atau aplikasi lainnya. Kita, manusia, adalah subjeknya. Bukan objek.<br />
Mengenai hal ini, barangkali kita perlu sama-sama bergandengan tangan untuk menyuarakan bagaimana ber-grup whatsapp dengan nyaman dan menyamankan orang lain. Apalagi kalau bisa viral dan didukung melalui pembelajaran di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan lainnya. Banjir informasi, mungkin perlu juga ditangani oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) karena sangat berbahaya, dapat menurunkan produktivitas anak-anak bangsa😶<br />
Kalau belum bisa, maka mulai dari rumah-rumah kita. Edukasi diri sendiri, edukasi anggota keluarga bagaimana menyikapi fenomena grup whatsapp dengan bijak.<br />
<br />
4. Mulai hari dengan berdoa<br />
<br />
Tilawah Quran dan dzikir doa-doa perlindungan dari hal yang sia-sia adalah cara yang tidak boleh dilewatkan dalam memulai hari. Agar setiap waktu kita selalu dipenuhi keberkahan dan insyaAllah berujung pada produktivitas yang luar biasa.<br />
<br />
<br />
Jadi, masih mau mempertahankan kebisingan dan kepusingan yang ditimbulkan grup whatsapp?<br />
<br />
Share juga di komen yaa kalau ada tips lainnya :D<br />
<br />
#30DWCJILID13<br />
#SQUAD7<br />
#DAY3</div>
Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-68131851564722299942018-04-20T21:26:00.000+07:002018-04-20T21:26:35.583+07:00Cerita di Atas KRL (Bagian 1) : Melatih BahagiaRamadhan tahun ini, insyaAllah menuju enam tahun saya dan suami menjadi warga Depok. Dan beranjak menuju enam pula hitungan tahun saya mendeklarasikan diri sebagai anggota roker alias bagian dari rombongan kereta. Berkantor di Jakarta Pusat membuat saya hampir tidak memiliki alternatif transportasi lain yang lebih mudah-murah-cepat-nyaman, kecuali Kereta Rel Listrik (KRL).<br />
<br />
Menghabiskan tiga hingga empat jam sehari di atas KRL membuat saya cukup kenyang dengan asam garam kehidupan per-KRL-an. Kali ini saya akan share tiga hal utama -sok tau ala saya- yang harus dipersiapkan ketika menggunakan KRL sebagai moda transportasi utama sehari-hari (terutama bagi yang menempuh perjalanan jauh menuju tempat bekerja dan pada saat jam sibuk):<br />
<br />
<br />
1. Siapkan mindset menghadapi dunia KRL yang bisa jadi tak seindah bayangan.<br />
<br />
Penuh, berdesakan, bau keringat, panas, gangguan KRL, dan berisik bisa jadi akan ditemui sepanjang perjalanan. Mindset yang paling utama perlu ditanamkan adalah... jangan pernah berharap dapat duduk jika bukan termasuk ibu hamil, ibu membawa balita, lansia, dan penyandang disabilitas. Saat malam dan sudah melewati jam sibuk sekalipun, sekarang KRL lebih sering penuh. Tanamkan mindset bahwa dapat tempat duduk adalah bonus yang mewah. Semacam doorprize utama kegiatan gerak jalan, tidak banyak yang bisa mendapatkan.<br />
<br />
<br />
2. Kekuatan jiwa dan raga.<br />
<br />
Kekuatan jiwa yang diperlukan di antaranya sebanyak satu exa (=1jt * terra) kesabaran dan satu giga kesungguhan. Alias kesabaran dan kesungguhan yang tiada terkira😂<br />
Sedangkan kekuatan raga yang diperlukan, jika diibaratkan handphone, kira-kira handphone yang sudah dicharge hingga 100% dengan kondisi baterai yang masih bagus, ditambah baterai cadangan dengan kondisi prima dan power bank 10.000 MAh yang terisi penuh. Suatu ketika saya pernah... akan berangkat ke kantor dan untuk bisa memenangkan persaingan naik KRL memggunakan 90% tenaga dari 100% yang saya siapkan. Di atas KRL terpaksa minum beberapa teguk air dan makan cokelat supaya tidak pingsan, padahal sebelumnya sudah sarapan😅<br />
Dan itu baru untuk naik saja ya. Memang tidak selalu, tapi mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.<br />
<br />
<br />
3. Harus menyiapkan strategi khusus.<br />
<br />
Nah, terkait masalah strategi bisa berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya. Beberapa yang saya praktikkan di antaranya<br />
~menggunakan sandal gunung (atau alas kaki yang paling nyaman) supaya kuat berdiri lama<br />
~tidak memakai bros di jilbab, karena kemungkinan rusak atau jatuh saat berdesakan sangat besar<br />
~menggunakan tas ransel yang tidak terlalu besar dan cukup nyaman digendong di depan. Jangan sekali-kali menggunakan tas cantik yang rapuh dan mudah tergores.<br />
~tidak usah berdandan dari rumah. Berdandanlah ketika sudah sampai tujuan karena biasanya secantik dan sekinclong-kinclongnya berdandan, akan luntur juga saat ber-KRL ria. Jangan lupa juga pakai masker biar tidak merusak pemandangab orang lain😆<br />
~jika wanita, tetaplah naik di gerbong wanita agar saat berdesakan bisa meminimalisasi perilaku yang tidak-tidak dari penumpang lain<br />
~isi waktu di atas KRL dengan kegiatan yang positif. Baca Quran dan dzikir matsurat bisa jadi salah satu pilihan. Mendengarkan murottal atau rekaman kajian, membalas email atau pesan whatsapp yang tertunda, memikirkan ide-ide tulisan atau ide-ide marketing untuk bisnis, kuliah online via whatsapp ataupun membaca buku bisa jadi pilihan baik yang lainnya. Jika memungkinkan, tidur juga sangat bermanfaat ketika kita terlalu lelah sehingga di rumah fresh dan tidak mengantuk saat membersamai keluarga😂 Emang bisa tidur kalau enggak dapat duduk? Saya pernah, sering bahkan😂 Hanya saja perlu dipastikan ketika tidur Anda tidak di tempat yang berbahaya (dekat pintu misalnya) dan bisa menyangga diri sendiri alias tidak bersandar pada orang lain. Kalau belum terlatih, don't try this at KRL. Adegan ini berbahaya😶<br />
<br />
<br />
Kurang lebih itulah sekelumit hal yang harus dipersiapkan ketika kita memutuskan KRL akan menjadi teman hidup, baik sementara atau selamanya. Banyak hal unik dan banyak hal baik yang saya temui saat naik KRL. Bersama dengan beberapa watak dan karakter yang berbeda, menciptakan memori dan pembelajaran tersendiri bagi saya. Ada orang yang ramah, namun ada pula yang mudah marah. Ada yang siaga membantu, namun ada pula yang kepala batu. Ada yang sabar berpeluh, tapi tak sedikit yang mudah mengeluh. Ada yang bersikap manis, ada pula yang kasar dan egois.<br />
<br />
<br />
Sering kali di atas KRL, saya melihat dan memikirkan hal yang relevan dengan nasihat-nasihat yang sampai pada saya. Salah satunya, nasihat Bu Septi Peni Wulandani tentang BAHAGIA.<br />
<br />
<br />
"BAHAGIA itu erat kaitannya dengan POLA PIKIR bukan RASA.<br />
.<br />
Bahagia itu bukan rasa yang muncul di saat semuanya berjalan dengan baik, mulus, tanpa tantangan.<br />
.<br />
Bahagia itu adalah suatu pola pikir yang membuat diri kita bisa merespon semua tantangan dengan baik<br />
.<br />
Sehingga dengan pola pikir seperti itu, semua orang hanya punya dua pilihan yaitu :<br />
BAHAGIA dan BAHAGIA BANGET"<br />
<br />
<br />
Dan saya masih terus berlatih bahagia. Berlatih untuk membuat diri bisa merespon semua tantangan di atas KRL dengan baik. Juga tantangan di atas qadha dan qadar yang Allah tetapkan untuk saya. InsyaAllah.<br />
<br />
<br />
Ditulis di atas KRL, dan diselesaikan di Stasiun Depok Baru.<br />
20 April 2018, 21:23 WIB<br />
Saat saya kembali belajar menulis lagi😊Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-23815929122374378742017-07-30T23:19:00.001+07:002017-07-30T23:21:08.265+07:00Dunia Pendidikan, I'm Coming!Dulu, pas zaman masih anak-anak sampai remaja menjelang dewasa, saya anti banget punya cita-cita jadi guru. Apa pasal? Sederhana! Terlalu banyak anggota keluarga besar yang bekerja di dunia pendidikan. Waktu itu pengen jadi yang lain aja, asal bukan guru dan profesi lain dalam bidang pendidikan.<br />
<div>
<br /></div>
<div>
Sewaktu kuliah, lalu bekerja saya mulai merasa agak ganjil. Hehe... ganjilnya karena ternyata justru saya ingin jadi guru, tepatnya guru TK. Mulai suka dengan dunia pendidikan dan sempat beberapa kali memiliki lintasan pikiran untuk bekerja di dunia pendidikan. Dan mungkin ke dunia itulah saya akan menuju :)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Miris rasanya kalau baca atau nonton berita zaman sekarang, banyak kerusakan sosial terjadi di mana-mana. Orang dengan mudah mengambil hak milik orang lain, tak terbatas pada harta benda, melainkan juga kehormatan dan nyawa. Terkadang hanya untuk alasan yang receh. Tawuran, bunuh diri, perselingkuhan, pembunuhan, pemboman, penyiraman air keras. Kejahatan dengan jutaan rupanya. Dan sangat sering pelakunya justru orang-orang yang ada di lingkaran terdekat. Horor! Saya sampai mengurangi kadar baca ataupun nonton berita. Banyakan yang negatif sih. Hal-hal semacam ini juga mulai menjalari lini masa media sosial saya. Huft, ngurangi main medsos juga deh :( Menyinggung soal medsos, banyak juga hal yang bikin saya jadi agak jengah. Di medsos, setiap orang bisa jadi profesor ahli bidang tertentu yang membodoh-bodohkan orang lain. Besoknya berganti rupa menjadi profesor di bidang yang lain lagi yang masih gemar merasa paling pintar. Padahal ilmunya? Mungkin baru saja didapat dari judul berita situs-situs tak jelas kredibilitasnya. Hal-hal tersebut yang membuat saya ingin <i>nyemplung </i>di dunia pendidikan. Yah... walau saya juga masih kurang banyak belajarnya. Masih kurang rajin membacanya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Di dunia pendidikan, saya kelak ingin berfokus dengan wanita dan anak-anak. <i>Al ummu madrasatul ula, </i>katanya. Ibu, adalah di mana tempat peradaban bermula. Lalu anak-anak? Sepuluh sampai dua puluh tahun lagi, merekalah yang kelak akan mewarnai dunia. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ide yang ingin saya angkat adalah bagaimana saya bisa menjalankan bisnis kreatif di dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas diri wanita dan anak-anak melalui ilmu. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Kenapa harus bisnis? Nyari untung dong?</b></div>
<div>
Iyalah nyari untung, Kakak! Melakukan kegiatan yang sifatnya sosial justru membutuhkan lebih banyak uang. Oleh karena itu, saya ingin membuat bisnis yang juga bisa sekaligus menyelesaikan isu-isu sosial di atas. Supaya ide ini bisa dijalankan terus secara berkelanjutan. Supaya ide ini terealisasi tanpa <i>mandeg</i> di tengah jalan. Supaya ide ini bisa menjadi solusi yang menjangkau banyak orang. Mengingat di dunia ini nggak ada yang gratisan, hehe... Beli tanah, pakai uang. Bangun gedung, pakai uang. Meminta bantuan orang, pakai uang. Masak sih nggak ada yang mau bantu cuma-cuma. Ya adalah mungkin... Tapi kalo minta bantuannya ke dokter, perawat, guru, arsitek, psikolog dan berbagai profesi lainnya sekaligus, apa iya cuma dibayar terima kasih dan doa? Helloooo...udah 2017 ini, hihi :D</div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
<b>Bentuknya bisnisnya seperti apa?</b></div>
<div>
Saya membayangkan sebuah pusat belajar untuk ibu-ibu dan anak-anak. Tempatnya luas, ada <i>daycare, </i>ruang-ruang kelas untuk kajian-workshop-diskusi-tahfidz-pelatihan bisnis-dan sebagainya, fasilitas penunjang perpustakaan dan toko buku, entah apalagi. Ada banyak wanita yang akan menjadi guru di sana. Mengajar lebih banyak wanita lainnya, juga anak-anak dengan wajah polosnya. Tentu saja konsepnya tidak seperti yang sudah ada. Misalnya nih, kalo biasanya ibu-ibu nunggu anak sekolah saling ngobrol di kantin atau tempat lain. Di pusat belajar itu, anak-anak belajar... para ibu juga belajar. Maisng-masing belajar hal-hal yang menarik dengan menyenangkan sesuai usia mereka. Anak-anak sedari kecil akan belajar mengenai agama dan akhlak (mungkin mirip-mirip yang pernah saya baca tentang sekolah TK di Jepang), juga hal-hal yang sifatnya kemampuan dasar. Di tingkat selanjutnya tidak perlu diajarkan semua materi seperti di sekolah kebanyakan saat ini. Mereka bisa ikut kelas pengenalan terhadap beberapa bidang untuk mencari tahu di mana minatnya, lalu langsung sedari kecil diarahkan pada pembelajaran yang sesuai dengan minatnya. Biar jadi para ahli di bidangnya. Seru deh pokoknya kalo di bayangan saya, hehe... </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Agar lebih mudah, saya tuangkan dalam bentuk tabel seperti ini...</div>
<div>
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3uhE5XsnPph8Sa232poKKX0XQDWp6tUvHcz0njLB4yr9XtBNtLooWIA26gNRFcklQrqI6qM_42tf3Q6Se9kO6JPf51y3jQ2RZRpbR_eiMj2w6YJnOksszftvP-7YAkx10bbFBaVbcMW_6/s1600/nhw+9.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="325" data-original-width="605" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3uhE5XsnPph8Sa232poKKX0XQDWp6tUvHcz0njLB4yr9XtBNtLooWIA26gNRFcklQrqI6qM_42tf3Q6Se9kO6JPf51y3jQ2RZRpbR_eiMj2w6YJnOksszftvP-7YAkx10bbFBaVbcMW_6/s400/nhw+9.png" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">NHW 9 Saya untuk Kelas Remedial Matrikulasi IIP Batch 4 </td></tr>
</tbody></table>
<div>
<br /></div>
<div>
Tapi teteplah ya... Mulainya dari diri sendiri dulu. Semoga bisa mewujudkan impian ini, segera :)</div>
Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-5956151840329414152017-07-30T00:10:00.000+07:002017-07-30T00:10:02.270+07:00Misi Hidup dan ProduktivitasSetelah berpikir keras mengerjakan NHW #7 tentang Tahapan Menuju Bunda Produktif yang saya belum lama saya posting, kali ini masih harus berpikir keras untuk mengerjakan NHW #8 tentang Misi Hidup dan Produktivitas. Bedanya dalam mengerjakan NHW #8, saya memaksa diri untuk -tidak hanya berpikir keras, tetapi juga- berpikir cepat. Hitung-hitung latihan menenggelamkan kebiasaan buruk saya yang lambat dan suka menunda karena terlalu perfeksionis, fiuuhhh >.<<br />
Sesama perfeksionis, mana suaranya???<br />
<br />
Bingung apa itu NHW? Cek di postingan sebelumnya ya :D<br /><br />
Baca : <a href="http://www.renyhenriyani.com/2017/05/belajar-menulis-lagi.html" target="_blank">Belajar Menulis Lagi :)</a><br />
<br />
Jadi begini, antara NHW satu dan yang lainnya memang tidak terpisahkan, saling sambung menyambung menjadi satu seperti Indonesia :) Tak terkecuali, NHW #8 yang masih lanjutan dari NHW #7. Dari kuadran di NHW #7, peserta diminta memilih satu aktivitas di kuadran suka dan bisa. Saya pilih <b>belajar </b>(aslinya belajar tematik sih).<br />
<br />Baca: <a href="http://www.renyhenriyani.com/2017/07/antara-suka-tidak-suka-dan-bisa-tidak.html" target="_blank">Antara Suka-Tidak Suka dan Bisa-Tidak Bisa</a><br />
<br />
Langkah berikutnya setelah memilih satu aktivitas di kuadran suka dan bisa, maka peserta diminta untuk menjawab pertanyaan BE DO HAVE.<br />
<br />
<b>1. Kita ingin menjadi apa? (BE)</b><br />
Terkait dengan aktivitas belajar, saya ingin menjadi inisiator/penggerak pada bidang pemberdayaan perempuan dan anak-anak melalui pendidikan dan pelatihan.<br />
<br />
<b>2. Kita ingin melakukan apa? (DO)</b><br />
Sudah terbayang beberapa hal di benak saya. Saya ingin melakukan hal-hal berikut:<br />a. Belajar ilmu utama dan pendukung mengenai bidang tersebut;<br />
b. Melatih kecakapan/<i>skill </i>menulis, <i>public speaking</i>, bahasa asing, dan kecakapan lain yang diperlukan untuk mengkampanyekan bidang tersebut;<br />
c. Melakukan bisnis pendidikan dan pelatihan<br />
<br />
Untuk poin 2a bisa cek <i>milestone-</i>nya pada postingan saya sebelumnya.<br /><br />
Baca: <a href="http://www.renyhenriyani.com/2017/06/hasil-renungan-kembali-fokus-pada-cita.html" target="_blank">Hasil Renungan: Kembali Fokus pada Cita-Cita Semula</a><br />
<br />
<b>3. Kita ingin memiliki apa? (HAVE)</b><br />
Kalau secara materiil ingin punya bisnis pendidikan dan pelatihan yang kreatif dan solutif. Yang dimaksud dengan solutif adalah bisnis yang saya bangun bisa memecahkan masalah sosial yang ada. Sedangkan yang dimaksud dengan kreatif adalah bisnis model ini belum pernah ada sebelumnya. Bentuknya seperti apa, sedang saya pikirkan. Salah satu yang sedang saya jalankan saat ini adalah toko buku <i>online </i>(silakan mampir ke <a href="http://www.tokobukucordoba.com/" target="_blank">sini</a>). Dengan berbisnis buku (yang kontennya bagus tentu saja) sambil gencar mengampanyekan pentingnya membaca buku, saya berpikir akan lebih banyak orang yang membaca buku >>> ilmu bertambah >>> kualitas diri meningkat >>> berdaya minimal bagi dirinya sendiri. InsyaAllah kriteria solutif sudah, tapi kriteria kreatif belum terpenuhi. Nampaknya ini perlu sesi <i>brainstorming </i>lanjutan.<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Pertanyaan selanjutnya....</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<b>1. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu kehidupan kita? (<i>lifetime purpose</i>)</b></div>
<div style="text-align: left;">
Saya ingin lebih banyak orang yang bisa memperoleh pendidikan berkualitas sehingga bisa memberdayakan diri sendiri sekaligus menebarkan manfaat untuk lebih banyak orang. Supaya lebih banyak orang yang bisa jadi agen multi level marketing kebaikan, bukan agen multi level marketing masalah/keburukan :) Dengan pendidikan yang lebih baik, berharap masalah sosial di Indonesia jauh-jauh berkurang jumlah dan jenisnya.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<b>2. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu 5-10 tahun ke depan? (<i>strategic plan</i>)</b></div>
<div style="text-align: left;">
a. <i>Resign?</i> Masih menjadi pertanyaan saya juga. Sejujurnya saat ini, waktu saya sebagian besar dihabiskan untuk ngantor menjadi abdi negara. Saya ingin memiliki waktu lebih banyak untuk belajar dan fokus pada cita-cita saya. Ingin totalitas.</div>
<div style="text-align: left;">
b. Mengembangkan bisnis, supaya bisnisnya makin solutif juga kreatif. Karena saya belum bisa mendeskripsikan pertanyaan<b><i> HAVE</i> </b>dengan detail, jadi agak susah juga mendetailkan bagian ini.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<b>3. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu satu tahun? (<i>new year resolution)</i></b></div>
<div style="text-align: left;">
a. Selesai dengan masalah manajemen diri sendiri dan manajemen rumah tangga (sesuai dengan <i>milestone </i>KM 0 - KM 1.</div>
<div style="text-align: left;">
b. Meningkatkan kemanfaatan bisnis toko buku <i>online </i>yang sudah berjalan dengan indikator bertambahnya jumlah buku yang dijual, bertambahnya jumlah pegawai dan membuat bisnis toko buku <i>online </i>memiliki lebih banyak nilai tambah (masing-masing indikator sesuai yang saya targetkan, tapi targetnya rahasia perusahaan ya).</div>
<div style="text-align: left;">
b. Membuat rumah belajar di teras untuk anak-anak tetangga. Minimal sebulan sekali, dimulai dari Agustus 2017.</div>
<div style="text-align: left;">
c. Mulai mewujudkan cita-cita <b style="font-style: italic;">BE</b> dari yang paling mudah, lebih banyak menulis. Target, tiap pekan ada minimal satu <i>update</i> tulisan yang menginspirasi di blog dan menulis satu buku.</div>
<br />Untuk poin 3b sebelumnya juga sudah pernah saya tuliskan.<br /><br />Baca : <a href="http://www.renyhenriyani.com/2017/06/proyek-menggenapi-tahun-menjadi-enam.html" target="_blank">Proyek Menggenapi Tahun Menjadi Enam</a><br />
<br />
Meskipun belum atau tidak ikut kelas Institut Ibu Profesional, yuk rumuskan BE DO HAVE sekaligus <i>lifetime purpose</i>, <i>strategic planning</i>, dan <i>new year resolution </i>versimu. Kalau hidup kita bisa lebih bermanfaat untuk banyak orang, kenapa tidak? <i>Sharing </i>di sini ya :)Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-22561015839142719072017-07-29T20:15:00.001+07:002017-07-29T20:15:26.645+07:00Antara Suka-Tidak Suka dan Bisa-Tidak BisaEntah kenapa dari dulu sampai sekarang saya senang sekali ikut-ikutan tes semacam tes kepribadian, tes minat dan bakat, atau macam-macam tes psikologi yang sejenisnya. Mungkin karena sampai sekarang saya masih dalam proses pencarian jati diri (tsaaahh! kayak masih abege aja). "Aku siapa? Aku di mana? Kenapa aku ada di sini?" Ini mencari jati diri apa amnesia sih -__-" Tapi memang begitulah adanya, sampai sekarang itu masih bingung kenapa beberapa orang di umur yang bahkan lebih muda dari saya sudah bisa melakukan sesuatu yang berdampak positif bagi banyak orang, sementara saya ya begini-begini aja. Tahun demi tahun yang dilalui tidak ada peningkatan. <i>Stuck! </i>Rasanya gemes dan kadang malah menjadi minder dengan diri sendiri. <div>
<br /></div>
<div>
Belakangan ini baru saya sadari, hal utama yang saya geluti selama ini memanglah bukan sesuatu yang saya cintai. Bukan <i>passion</i> saya. Hiks... Setelah menyadari hal itupun saya juga tidak otomatis tahu menahu apa sebenarnya yang bisa saya sebut sebagai <i>passion</i> bagi diri saya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Katanya sih... katanya... <i>passion </i>itu adalah sesuatu yang kalau kita mengerjakannya nggak ada rasa bosan, nggak gampang mengeluh, dan nggak gampang berputus asa. Katanya juga, kalau sudah mengerjakan <i>passion </i>jadi nggak tahu waktu saking cintanya. Dan apakah sebenarnya <i>passion </i>saya? Entahlah, masih belum begitu tahu. Tapi kalau yang bisa saya simpulkan dari aktivitas-aktivitas saya selama ini, mungkin bisa sedikit terlihat. <div>
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQRbpjEd2GKSuNo6Zi79W9mchhpC8e16RsxZjZkJ-ISmO2W-s4iNCnp1tgTZXOo2Zlt57SqI-SYaxdHMD8vVnUsycoNTReYVLlQkelRqaTEgdQJQXfVz7sVwuJmMTyzG-56x1xGqDZ49Bg/s1600/Kuadran+Kesukaan+dan+Kebisaan.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="501" data-original-width="690" height="286" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQRbpjEd2GKSuNo6Zi79W9mchhpC8e16RsxZjZkJ-ISmO2W-s4iNCnp1tgTZXOo2Zlt57SqI-SYaxdHMD8vVnUsycoNTReYVLlQkelRqaTEgdQJQXfVz7sVwuJmMTyzG-56x1xGqDZ49Bg/s400/Kuadran+Kesukaan+dan+Kebisaan.png" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 12.8px;">Kuadran ini saya beri nama kuadran kesukaan dan kebisaan, hehe :D</td></tr>
</tbody></table>
<br />Rencananya... mulai sekarang saya akan memperbanyak kegiatan yang saya suka dibanding yang saya tidak suka. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak disukai akan saya delegasikan kepada orang lain secara bertahap :)<br /></div>
<div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<br />Nah, pas ikutan salah satu tes semacam yang saya sebutkan sebelumnya pada web <a href="http://temubakat.com/id/" target="_blank">ini</a>. Rasanya U-W-O-W alias Uwoooowww. Kok lumayan <i>matching </i>ya dengan aktivitas yang ada di kuadran kesukaan saya. <i>Check this out!</i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgh9lKsVqb1RmnoPIh_gF-bisKC_gGeq5hkcfwjjg0DH7wxzZaLCy0TdzX3F-mIu5J50HYaZONuVa8f57eOw4jJI1X9yQ4OJ8FlwqNN9dsOugvBhV0bnQZ-Zgmz0Vb2gYSvbOnwQIAHidvK/s1600/temubakat.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="588" data-original-width="553" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgh9lKsVqb1RmnoPIh_gF-bisKC_gGeq5hkcfwjjg0DH7wxzZaLCy0TdzX3F-mIu5J50HYaZONuVa8f57eOw4jJI1X9yQ4OJ8FlwqNN9dsOugvBhV0bnQZ-Zgmz0Vb2gYSvbOnwQIAHidvK/s400/temubakat.png" width="375" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hasil tes saya dari <a href="http://www.temubakat.com/">temubakat(dot)com</a></td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div>
Jadi berdasarkan tes tipe kekuatan diri tersebut (dari 30 tipe), saya punya potensi kekuatan dan potensi kelemahan tertentu. Cara baca hasil tes di atas begini, yang bulet-bulet pink itu adalah potensi kelebihan saya dan bulet-bulet item adalah potensi kelemahan saya. Potensi kekuatan dan kelemahan saya bisa dilihat di tabel ini (warna merah dan hitam). Sedangkan tabel yang pojok ijo itu adalah <i>clustering </i>dari kekuatan saya.</div>
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1bmWkPE9Xg2N2phBaw5jONwqpsPql-a47n00ddccfJnA7dM2zPoB4C54tPHY13GN-nBEsvhoawq5Hi1Q_TzGeHCCxIPuR_YmocHnqL0dOm55aNPzT98YIj0IJf6I_eqGDwABX3E1KFlTX/s1600/potensi.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="169" data-original-width="562" height="96" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1bmWkPE9Xg2N2phBaw5jONwqpsPql-a47n00ddccfJnA7dM2zPoB4C54tPHY13GN-nBEsvhoawq5Hi1Q_TzGeHCCxIPuR_YmocHnqL0dOm55aNPzT98YIj0IJf6I_eqGDwABX3E1KFlTX/s320/potensi.png" width="320" /></a></div>
<div>
<br />Coba deh lihat tabel <i>strength cluster</i> saya. Ternyata sebagian besar kekuatan saya ada pada <i>generating idea</i> sampai 50%! Kalo dilihat di gambar pertama hasil tes (yang banyak buletan) <i>generating idea </i>itu memaksimalkan fungsi otak kanan. Dan,,, <i>gotcha! </i>Tahulah saya selama ini sudah salah jurusan. Itu mungkin kenapa saya selama ini merasa hidup kurang bersemangat dan -juga- kurang berwarna. Saya memaksa diri saya melakukan pekerjaan yang bukan saya banget.<br /><br />Saya bahas sedikit ya 6 tipe kekuatan saya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
1. <i>Analyst</i>,</div>
<div>
Aktivitas hitung-menghitung, berhubungan dengan angka dan menganalisis data. Bakat ini termasuk ke dalam kelompok cipta (<i>individual cognitive</i>) yang menggunakan otak kiri atas. Mereka yang memiliki bakat ini suka dengan angka dan data, dia kurang yakin akan sesuatu yang sifatnya intuitif. Bakat ini dibutuhkan untuk peran-peran seperti akuntan, analis, <i>engineer, </i>IT <i>programmer, </i>dsb.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
2. <i>Creator,</i></div>
<div>
Menggunakan imajinasi untuk menemukan suatu rancangan, produk atau layanan yang terbaru. Bakat ini terkait kelompok cipta (<i>individual generating idea</i>) yang terkait dengan otak kanan atas. Mereka ini banyak idenya baik yang belum pernah ada maupun dari pikiran lateralnya. Bakat ini dibutuhkan untuk peran-peran seperti arsitek, <i>product designer, </i>marketing, <i>business development. </i>dsb</div>
<div>
<br /></div>
<div>
3<i>. Educator,</i></div>
<div>
Mengajar, menyampaikan, melatih ilmu dan atau keterampilan agar bisa dipahami oleh orang lain. Bakat ini termasuk kelompok rasa (<i>interpersonal relating</i>) yang terkait dengan kerjasama dengan orang. Sifat mereka selalu ingin memajukan orang lain dan senang melihat kemajuan orang. Bakat ini dibutuhkan untuk peran seperti guru, manajer, pelatih, mentor, <i>coach</i>, dsb.</div>
<div>
<i><br /></i></div>
<div>
4<i>. Motivator,</i></div>
<div>
Mendorong, memberi semangat pada satu atau sekumpulan orang agar bisa lebih sukses. Bakat ini termasuk kelompok rasa (<i>interpersonal relating</i>) yang terkait dengan kerjasama dengan orang. Sifat mereka senang memotivasi dengan berbagai cara: ada yang melalui sifat periangnya; ada yang melalui sifat empatinya. Hal ni karena ingin selalu memajukan orang lain. Bakat ini dibutuhkan untuk peran manajer, <i>leader</i>, pelatih, guru, dan motivator.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
5<i>. Strategist,</i></div>
<div>
Memilih atau merencanakan jalan terbaik menuju tujuan. Bakat ini terkait kelompok cipta (<i>individual generating idea</i>) yang terkait dengan otak kanan atas. Sifat mereka ini memiliki intuisi dalam memilih jalan terbaik menuju tujuan. Bakat ini dibutuhkan untuk peran perencana jangka panjang, manajer perencanaan, <i>leader, </i>dsb.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
6. <i>Synthesizer,</i></div>
<div>
Mengkombinasikan berbagai elemen, ide, dan informasi menjadi sesuatu yang baru. Bakat ini terkait kelompok cipta (<i>individual generating idea</i>) yang terkait dengan otak kanan atas. Sifat mereka ini senang menggabung-gabungkan beberapa teori atau temuan menjadi suatu temuan baru. Bakat ini dibutuhkan oleh peran peneliti, marketing, <i>business development</i>, dsb.<br /><br />Hmm... kalau dilihat-lihat ini memang saya banget, hehe. Selama menggeluti pekerjaan terkait hitung-hitungan, saya suka iseng menganalisis hitung-hitungan yang ada walau tidak diminta. Rasanya kayak orang yang mengisi waktu senggang dengan main TTS. Haha... Lalu saya juga seneng banget untuk membuat berbagai macam perencanaan jangka panjang, meskipun nampaknya untuk saat ini juga harus diiringi dengan kemampuan mem-<i>breakdown-</i>nya supaya jadi mungkin dilakukan. Saya juga hepi banget kalau disuruh <i>sharing </i>sesuatu, sayangnya dalam beberapa tahun terakhir saya tidak memiliki sesuatu hal yang bisa di-<i>sharing-</i>kan dengan orang lain. Saatnya belajar, Ren!<br /><br />Hasil tes tipe kekuatan diri ini setelah saya baca-baca lagi ternyata hasilnya bisa dibilang serupa tapi tak sama dengan hasil tes STIFIn saya, yaitu <i>Intuiting extrovert </i>(Ie) di mana industri yang sesuai untuk tipe ini di antaranya adalah kewirausahaan/investasi, pendidikan/pelatihan, sastra. Jadi makin terlihat pada bidang apa seharusnya saya menghabiskan sebagian besar waktu saya -atau lebih tepatnya hidup saya. Klop lah dengan kuadran kesukaan dan ketidaksukaan saya. Semoga setelah ini bisa lebih produktif, bisa menghasilkan sesuatu yang <b>berdampak (positif)</b> bagi banyak orang.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jadi mau coba juga kah tes tipe kekuatan diri (<i>strength typologi</i>)-nya?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
NB: Maafkan... mungkin judulnya nggak nyambung, bingung mau dikasih judul apa, hehe :D</div>
<div>
<br /></div>
Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-64794250675939945262017-07-24T00:49:00.002+07:002017-07-24T00:50:49.019+07:00Belajar Jadi Manajer Keluarga yang ProfesionalPosting blog kali ini masih dalam rangka mengerjakan nice homework dari Kelas (Remedial) Matrikulasi Institut Ibu Profesional :) Kalo nggak, manalah mungkin saya akan menulis, hehe :D<br />
Dan sebenarnya ini adalah Pe-eR yang terlambat dikumpulkan, tapi gak papa lah yaa... Lanjut!<br />
<br />
Untuk menjadi seorang ibu merangkap manajer keluarga yang profesional, harus bisa fokus dengan tugas-tugas sebagai ibu sekaligus manajer keluarga. Nggak ada lagi kesempatan untuk bingung dengan diri sendiri dan keteteran urusan manajemen diri sendiri. Salah satu godaan terbesar dalam memanajemeni diri sendiri -atau bahasa kerennya <i>self management- </i>adalah manajemen waktu. Salah satu sebab Pe-eR ini telat dikerjain adalah karena manajemen waktu saya yang masih kacau bin amburadul. Butuh waktu lama untuk merenung dan mempraktikkan teori perenungan saya tentang manajemen waktu. Walaupun demikian, walaupun uji cobanya masih belum sepenuhnya berhasil, ya sudahlah... mari kita kerjakan Pe-eRnya. Nanti kalau masih ada yang perlu diperbaiki, ya diperbaiki lagi. Semangat!<br />
<br />
Ada dua hal terkait waktu yang saya renungkan cukup lama. Yaitu aktivitas penting dan aktivitas tidak penting. Kendalanya karena suka jadi orang sok sibuk ya, makanya merasa semuanya penting. Ternyata oh ternyata.... Inilah dia daftarnya.<br />
<br />
<b>⇒3 Aktivitas Paling Penting</b><br />
1. Ibadah Harian (solat, tilawah, dzikir, belajar ilmu agama dan -insyaAllah- jadi istri sholihah saya masukkan juga dalam kategori ini);<br />
2. Melakukan hobi (baca buku, menulis, dan mungkin hal lain yang menjadi hobi setelah ini, tapi yang positif yaa :)); dan<br />
3. Bisnis. Menurut saya ini penting banget karena sekarang sudah ada asisten yang kerja di toko buku saya, insyaAllah akan bertambah lagi.. aamiin.. Yaiyalah penting, kalo ga serius bisnisnya darimana mau bayar gaji Mba Asisten :p<br />
<br />
Kenapa ngantor kok nggak saya masukkan dalam list di atas? (Ada kok, tenang aja! Di list nomer 5 tapi.... makanya ga kebaca, hehe :p)<br />
<br />
<b>⇒3 Aktivitas Paling Tidak Penting</b><br />
1. <i>Online.. online... </i>biasanya ini stalking akun olshop, kepo hal2 gak penting dari medsos, atau baca-baca artikel ala-ala yang suka bikin penasaran padahal nggak berfaedah juga. Huft!;<br />
2. Tidak melakukan apa-apa alias bermalas-malasan, kadang bisa dalam bentuk kebanyakan tidur. Kata lainnya -yang lebih menenteramkan hati adalah- bersantai. Kadang ini jadi kayak permakluman kalau lagi <i>weekend,</i> lelah setelah lima hari bekerja di kantor. Kadang-kadang juga pelampiasan kalo habis tugas keluar kota; dan<br />
3. Nonton. Nontonnya di rumah sih... Kadang di TV, kadang di yutub, kadang channel2 web tertentu. Ini juga salah satu pembenaran kalo lagi pusing banyak kerjaan atau habis mikir berat. Alibi aja padahal, hehe :p<br />
<br />
<br />
Dan... lebih sering untuk yang manakah saya menghabiskan waktu? Sayang sekali, selama ini ternyata tiga aktivitas paling penting belum benar-benar menjadi prioritas saya. Sesekali jadi prioritas sih, tapi lebih sering kegodanya. Oleh aktivitas tidak penting dan aktivitas yang prioritasnya di bawah itu. Masih suka terjebak rutinitas. Butuh waktu yang cukup dan tekad yang kuat untuk memutus lingkaran kebiasaan buruk ini.<br />
<br />
<br />
*****<br />
<br />
<br />
Inilah jadwal harian yang coba saya buat. Secara garis besar aja sih. Dengan sebagian besar waktu saya Senin sampai dengan Jumat saya habiskan di kantor.<br />
<br />
<b><span style="color: purple;">Pagi (sebelum ngantor)</span></b><br />
Pagi biasanya saya mengerjakan hal-hal rutin seperti solat subuh, beberes rumah (sebentar), mandi, dan kadang menyiapkan pekerjaan untuk Mba Asisten di bisnis saya.<br />
Ke depannya ingin juga sempat menulis di rumah sebelum berangkat, rutin solat malam, hafalan, dan mengerjakan beberapa kerjaan bisnis toko buku saya.<br />
Oiya, sudah seminggu lebih saya berangkat ke kantor lebih pagi. Supaya kalau di perjalanan selama ke kantor, krl masih sepi dan saya bisa menyisipkan satu-dua aktivitas penting. Biasanya kalau berangkat siang, krl pasti lebih penuh. Selain energi lebih cepat habis untuk berdesak-desakan, rentan terlambat sampai kantor dan nggak bisa ngapa-ngapain di krl. Parahnya kadang jadi mengeluh, padahal hari masih pagi. Alhamdulillah sekarang sampai di kantor, ada beberapa to do list penting yang beres saya kerjakan :)<br />
<b><span style="color: purple;"><br /></span></b>
<b><span style="color: purple;">Pagi s.d. Siang (di kantor)</span></b><br />
Semenjak berangkat lebih pagi, saya sampai di kantor juga lebih pagi. Sekitar 45 menit sebelum memulai bekerja. Ini juga waktu yang lumayan untuk melakukan to do list pribadi. Dapatlah satu aktivitas penting terselesaikan sebelum bekerja. Pas jam kerja, saya memilih untuk memulai dengan berpikir kreatif untuk tugas di kantor. Baru mengerjakan kerjaan-kerjaan yang termasuk rutinitas.<br />
<b><span style="color: purple;"><br /></span></b>
<b><span style="color: purple;">Siang s.d. Sore (di kantor)</span></b><br />
Siang biasanya masukin agenda tidur siang, tapi masih sering gagal. Lumayan 30 menit, bahkan kadang bisa 5-10 menit aja, tapi rasanya jadi fressshhh. Solat. Makan siang. Lanjut mengerjakan kerjaan kantor. Kalau lagi sempet bisa juga lah waktunya untuk belajar yang terkait dengan pekerjaan kantor.<br />
<b><span style="color: purple;"><br /></span></b>
<b><span style="color: purple;">Malam (setelah ngantor)</span></b><br />
Nah, semenjak datang pagi dan ada gerakan efisiensi birokrasi di kantor yang menghimbau pegawai untuk mengurangi lembur, alhamdulillah saya selalu pulang tenggo. Begitu pukul 17.00 teng langsung go. Seringnya masih dapat magrib di rumah sih. Hanya saja krl pulang ini agak padat jadi kadang nggak bisa disambi melakukan aktivitas penting. Malamnya nyampe rumah makan, mandi, kerja di toko milik sendiri :D Kalau Pak Suami sudah pulang, biasanya ngobrol sama Pak Suami dulu sebentar. Seringnya sih waktu malam ini kepake buat belajar <i>online, </i>tapi tidak jarang juga saya ngantuk di tengah jalan. Ada 2 dilema terkait waktu malam. Kalau rencana, inginnya tidur pukul 22.30 WIB. Tapi kan...tapi kan... entah kenapa saya lebih <i>on </i>untuk mikir itu kalau sudah lepas pukul 23.00 WIB. Di sisi lain, sunnahnya nggak boleh bobok terlalu malam ya... Ini yang masih agak dilema. Sementara tetap sesuai rencana dulu (kecuali hari ini, udah hampir jam 1 malem pun masih melek), semoga bisa lekas menyesuaikan... Yang terpenting mencari formula waktu <i>on... </i>waktu bilamana ide-ide berdatangan dan <i>loading </i>otak saya cepat. Haha<br />
<br />
Nah, di tiap-tiap waktu itu ada jadwal dinamisnya. Sabtu-ahad kurang lebih sama. Bedanya di pagi s.d. sore, jadwalnya super dinamis. Detail udah dibuat, tapi malu ah... gak usah dipublish ya... Doakan saja saya bisa menjalankannya dan lebih pandai memanajemen waktu, dan lebih produktif, kreatif, rajin menabung, sholihah, dan mushlihah... Aamiin :D<br />
<b><span style="color: purple;"><br /></span></b>
<br />
<br />Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-85193230459566405582017-06-19T11:16:00.001+07:002017-06-19T11:16:50.611+07:00Belajar Caranya Belajar<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pertama-tama memang agak bingung setelah dapat tugas yang satu ini. Background saya yang nonkependidikan membuat saya tidak mengetahui tentang hal ini sebelumnya. Namun setelah saya </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">googling</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> saya mulai merasa </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">excited. </span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Oh iya, ternyata ada cukup banyak model desain pembelajaran. Setelah membaca-baca, satu model desain pembelajaran yang cukup menarik menurut saya adalah model ADDIE. Model ini cukup simpel dan mudah untuk diterapkan. Ada 5 tahap dalam model ini, yaitu:</span></div>
<ol style="margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<li dir="ltr" style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; list-style-type: decimal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Analysis</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> (analisis) </span></div>
</li>
<li dir="ltr" style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; list-style-type: decimal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Design</span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> (desain/perancangan)</span></div>
</li>
<li dir="ltr" style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; list-style-type: decimal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Development </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">(pengembangan) </span></div>
</li>
<li dir="ltr" style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; list-style-type: decimal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Implementation </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">(implementasi) </span></div>
</li>
<li dir="ltr" style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; list-style-type: decimal; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Evaluation </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">(evaluasi). </span></div>
</li>
</ol>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<br /><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; white-space: pre-wrap;">Dengan adanya desain pembelajaran ini, saya bisa menyeleksi mana hal yang prioritas dan mana yang tidak prioritas, bahkan mungkin mana hal yang sia-sia. Pertama, dalam tahap analisis ini, saya berusaha mengidentifikasi apa saja sebenarnya kebutuhan saya dan apa saja masalah yang dihadapi. Kemudian saya membuat analisis tugas yang harus dilakukan berdasarkan kebutuhan saya. </span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Memasuki tahap berikutnya, saya harus merumuskan tujuan pembelajaran yang terukur. Menurut saya, di sinilah poin perbedaannya dengan model pembelajaran saya di masa lalu. Dulu, saya belajar tapi tidak terarah. Kalaupun terarah langkah-langkahnya, saya tidak memahami untuk apa saya harus mempelajari setiap langkah dari A sampai Z. Selebihnya hampir sama dengan metode pembelajaran saya di masa lalu.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;">
<br /></div>
<span id="docs-internal-guid-1d4d7fba-bdfd-bcc1-a69d-55d0474ac2af"><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Membuat desain pembelajaran ini susah-susah gampang. Susahnya ada di tahap analisa dan desain. Rasanya ingin memasukan semua hal sebagai hal yang harus dipelajari padahal belum tentu relevan dengan tujuan yang ingin saya capai. Walaupun begitu, membuat desain pembelajaran ternyata sangat seruuuu. Rasanya seperti mulai menjejak ke bumi setelah bermimpi di langit. Saatnya segera </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">take action, </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">melakukan satu persatu yang sudah saya tuliskan di dinding kamar saya😍😍😍😍😍
Namun demikian, saya sedikit melakukan penyesuaian dengan model ADDIE ini menjadi ADIED, haha... Singkatannya jadi agak jelek yah? Jadi urutannya <i>analysis, design, implementation, evaluation, and development.</i> Berdasarkan pengalaman, biasanya sambil jalan dan setelah dievaluasi baru muncul ide-ide baru untuk pengembangan.
Kalau diterapkan pada <i>nice homework </i>yang lalu, pada KM 0 - 1 (tahun) saya memutuskan untuk belajar ilmu <i>self management </i>dan pengelolaan rumah tangga, maka saya harus membuat model desain pembelajaran untuk ilmu <i>self management </i>dan pengelolaan rumah tangga. Emmm... detailnya habis lebaran yah... Sekarang masih di tahap analisis apa saja yang mau dipelajari dan bagaimana, hehe :D
Baca: <a href="http://www.renyhenriyani.com/2017/06/hasil-renungan-kembali-fokus-pada-cita.html">Hasil Renungan: Kembali Fokus pada Cita-Cita Semula</a></span></span><br />
<span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Arial; font-size: 14.6667px; white-space: pre-wrap;">Postingan-postingan berikutnya selama setahun ke depan insyaAllah akan banyak berhubungan dengan </span><i style="font-family: Arial; font-size: 14.6667px; white-space: pre-wrap;">milestone </i><span style="font-family: Arial; font-size: 14.6667px; white-space: pre-wrap;">saya di KM 0 - 1. <i>Happy learning</i> :) </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">
</span><br />
<span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></span>
<span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></span>Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-89375220744181681182017-06-10T00:01:00.002+07:002017-06-10T00:01:33.465+07:00Hasil Renungan: Kembali Fokus pada Cita-Cita SemulaDilema. Itu yang saya alami saat membaca tugas yang tertera pada <i>Nice Homework</i> (NHW) ke-4 nya kuliah (remedial) matrikulasi IIP. Apa pasal? Di NHW ke-4 ini, saya harus mereviu tugas-tugas terdahulu. Apakah sudah oke atau saya berubah pikiran? Sayangnya sampai dengan saat ini saya masih dilema di antara dua pilihan mengenai apa yang saya cita-citakan. <div>
<br /></div>
<div>
Kalau baca NHW 1, saya ingin fokus di dunia penulisan. Menulis, menurut saya, bisa menjadi <i>stress release </i>yang tepat bagi saya. Ditambah saya suka dengan kegiatan membaca. Walaupun saya sekarang masih jarang menulis kembali, tetapi ketika mencoba membaca tulisan-tulisan yang pernah saya buat, saya jadi berpikir, "Oh, sepertinya saya ada bakat menulis". Hasil tes STIFIn saya pun menunjukkan demikian. Menulis adalah bidang yang cocok untuk saya geluti (Tentang tes STIFIn, semoga suatu saat saya bisa membahasnya di blog ini). </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Baca : <a href="http://www.renyhenriyani.com/2017/05/belajar-menulis-lagi.html">Belajar Menulis Lagi</a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sedangkan di NHW 3, saya berencana memulai misi saya untuk fokus pada kegiatan pemberdayaan perempuan dan anak-anak. Lebih tepatnya memulai dari kegiatan untuk anak-anak. Sebenarnya belum saya bahas detail di NHW saya, namun demikian arah yang saya maksudkan sudah berbeda dengan yang tertera di NHW 1. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Baca : <a href="http://www.renyhenriyani.com/2017/06/proyek-menggenapi-tahun-menjadi-enam.html">Proyek Menggenapi Tahun Menjadi Enam</a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu saya berpikir apa jadi seperti Teh Indari ya? Kenal Teh Indari Mastuti kan? Kalau belum, <i>googling </i>aja ya... Intinya beliau adalah seorang penulis dan pebisnis yang juga <i>concern </i>mendorong ibu-ibu untuk berbisnis dan menulis. Sekarang ini beliau bersama putrinya, Nanit, juga mulai menginisiasi sekolah-sekolah gratis dari rumah para ibu yang memiliki kesempatan untuk mewujudkan hal tersebut. Ah, semoga bisa mulai mengikuti jejak beliau dalam kebaikan yang manapun.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah membadai kan otak (baca: <i>brainstorming</i>)<i> </i>beberapa saat, akhirnya... Eureka! Saya dapat jawabannya! Hmm... jawaban akhir saya sebenarnya nanti agak-agak mirip dengan yang dicontohkan pada saat materi, bagian <i>milestone</i> di mana hampir mirip dengan <i>milestone </i>Bu Septi Peni Wulandari. Tapi percayalah... Saya tidak bermaksud plagiat. Saya terinspirasi. Mungkin saking seringnya saya baca tentang beliau, jadi saya terikut semangat beliau. Semoga kelak bisa meneladani beliau juga. Aamiin.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kembali ke pertanyaan NHW 4 kali ini ya.... Langkah pertama adalah saya harus mereviu NHW 1, di mana pada tugas tersebut ditanyakan jurusan ilmu yang ingin saya tekuni di universitas kehidupan ini. <i>Fixed! </i>Jawabannya berubah. Saya memutuskan ingin menekuni dunia pemberdayaan perempuan dan anak-anak. Kenapa? Karena manusia terbaik menurut Rasulullah <i>Sholallahu 'alaihi wassalam </i>adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain. Lalu kenapa perempuan dan anak-anak? Sederhana saja, karena keduanya merupakan subjek dan objek penting dalam pembangunan peradaban dan dunia itu dekat dengan diri saya. Laki-laki tentu saja juga komponen penting dalam peradaban, tapi saya tidak banyak tahu dunia laki-laki. Sedangkan dunia anak-anak, saya merasa punya magnet dengan dunia anak-anak :) </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Langkah berikutnya adalah mereviu NHW 2 di mana saya harus membuat indikator checklist profesional bagi perempuan, sebagai individu, sebagai istri juga sebagai ibu. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Baca: <a href="http://www.renyhenriyani.com/2017/05/indikator-istri-profesional-jadi-tukang.html">INDIKATOR ISTRI PROFESIONAL : Jadi Tukang Pijit!</a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Nah, rencananya saya akan menyederhanakan indikator yang saya buat menjadi sebagai berikut:</div>
<div>
<ul>
<li><b>Individu</b></li>
</ul>
<div>
1. Sholat Tepat Waktu dengan target 100%</div>
<div>
2. Membuat dan melaksanakan kurikulum belajar untuk mencapai <i>milestone </i>(karena harus mikir dulu, insyaAllah ini akan saya jabarkan tersendiri) dengan target sementara pembuatan kurikulum belajar selesai maksimal bersamaan dengan selesainya pembelajaran di kelas matrikulasi IIP ini.</div>
<div>
<br /></div>
<ul>
<li><b>Istri</b></li>
</ul>
<div>
Latihan menaati suami (sesuai koridornya ya... selama tidak melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya, insyaAllah tetap sesuai koridor sih... kan suami sholih :)) dengan target 75% di dua bulan pertama dan target yang lebih tinggi pada waktu selanjutnya.</div>
<div>
<br /></div>
<ul>
<li><b>Ibu</b></li>
</ul>
<div>
<b> </b>Merancang rencana pembelajaran untuk anak, target setiap pekan sekali merancang 1 bab pembelajaran (buat folder tersendiri)</div>
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Langkah terakhir mereviu NHW 3 sekaligus menjawab pertanyaan utama pada NHW 4. </div>
<div>
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div>
Bidang yang ingin ditekuni: pemberdayaan perempuan dan anak-anak.</div>
<div>
Peran : inspirator dan fasilitator</div>
<div>
Agar lebih mudah mencapai misi hidup berikut <i>milestone </i>yang saya tentukan:</div>
<span style="font-size: 14.6667px; white-space: pre-wrap;"><br /></span>
<span style="font-size: 14.6667px; white-space: pre-wrap;">KM 0 – KM 1 ( tahun 1 ) : Belajar ilmu <i>self management </i>dan pengelolaan rumah tangga.</span><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: 11pt; white-space: pre-wrap;"><br /></span><span><span style="font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">KM 1 - KM 2 (tahun 2) : Belajar ilmu manajemen keluarga</span></span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span><span style="font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">KM 2 – KM 3 (tahun 3 ) : Belajar ilmu manajemen finansial dan aneka keterampilan (atau satu keterampilan tertentu yang bisa fokus saya ajarkan nantinya)</span></span></span><br />
<span style="font-size: 11pt; white-space: pre-wrap;">KM 3 – KM 4 (tahun 4 ) : Belajar ilmu komunikasi, termasuk menulis dan <i>public speaking; </i>bahasa; dan psikologi.<i> </i> </span><br />
<span style="font-size: 11pt; white-space: pre-wrap;"><br /></span>
<span style="font-size: 11pt; white-space: pre-wrap;"><br /></span>
<div>
Bismillah... sebenarnya cita-cita ini sesuai dengan apa yang saya tulis pada saat kelas matrikulasi sebelum remedial. Saatnya kembali fokus pada apa yang dicita-citakan. Semoga bisa ikhlas, bersungguh-sungguh, dan konsisten dengan cita-cita ini. Aamiin :)</div>
<div>
<span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></span></div>
<div>
<span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></span></div>
<div>
<span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><br /></span></span></div>
Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-42178290765967988972017-06-02T21:57:00.004+07:002017-06-02T21:57:59.904+07:00Proyek Menggenapi Tahun Menjadi Enam<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Ada banyak alasan mengapa seorang laki-laki dan seorang perempuan memutuskan untuk menikah. Namun hanya satu alasan yang kuharap menjadi jawaban mengapa kau mengucap akad pada ayahku atasku. Karena Allah. Karena ridho Allah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Allah Ta'ala adalah alasan yang sempurna bagi kita berdua untuk memantapkan hati memulai kehidupan baru. Cukup Allah saja. Semoga. Selalu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN_a8drueMDyGSIAkqQA3R43e4bumuyKT8OjtNIS1lZLIbJXyMFQ912HnxTX1qT9vkaExJVRQx7ITeHlwpK2b3EVDPRlX60g-eRi9uY1A8zE5SU-kX_6LzdmEyg_W4JwiSyJ2Q2TLn1XlJ/s1600/13692753_1170755209655786_146602366103987988_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1102" data-original-width="1102" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN_a8drueMDyGSIAkqQA3R43e4bumuyKT8OjtNIS1lZLIbJXyMFQ912HnxTX1qT9vkaExJVRQx7ITeHlwpK2b3EVDPRlX60g-eRi9uY1A8zE5SU-kX_6LzdmEyg_W4JwiSyJ2Q2TLn1XlJ/s320/13692753_1170755209655786_146602366103987988_o.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Aku tak punya banyak kelebihan untuk menjadi istrimu. Masak tak pandai, berbenah tak cakap, pun melakukan pekerjaan rumah lainnya aku tak akrab. Meski berderetnya kurangku, semoga kebaikan dan keberkahan tak luput hadir dalam rumah tangga kita, itu saja yang mungkin kuharap.<br /><br />Terima kasih telah menjadi suami yang sabar, yang pengertian, yang kocak (ini mungkin kalo di depan istri aja ya, hehe), yang bertanggung jawab, yang tepat seperti aku butuhkan. Benarlah, Allah tak selalu memberi apa yang kita inginkan, tapi Allah pasti selalu memberi apa yang kita butuhkan. Sayangnya... bagiku, kamu adalah apa yang aku butuhkan dan inginkan *ciyeehh :p<br /><br />Hampir enam tahun perjalanan berumah tangga kita. Berumah tangga adalah membangun rumah bersama sebagai tempat tinggal agar kelak kita bisa bersama menapaki tangga untuk menjadi lebih baik. Kita tidak membeli rumah, tapi kita membangunnya. Perlu bermacam proses dan waktu untuk membangun sebuah rumah yang indah -meski tak dipungkiri juga biaya, haha :D Tak seperti membeli rumah jadi yang kita tak tau bagaimana proses pembangunannya. Tahu-tahu sudah jadi dan kita tinggal menempati. Bukan, rumah tangga bukan untuk ditempati dan terima jadi. Berumah tangga selayak proses membuat bangunan, bangunan peradaban. Untuk kemudian ditempati oleh pemilik kaki-kaki mungil. Hampir enam tahun bukan waktu yang sebentar. Mereka.. para penerus peradaban itu memang belum hadir dalam keluarga kita. Kita masih menanti dan menanti. Namun terima kasih telah mengizinkan dan membersamaiku untuk menjadikan episode menunggu menjadi lebih berarti.<br />
<br />
***<br /><br />
Untukmu suami, terima kasih sudah percaya sebuah cita yang kupendam lama. Dengan restumu, dengan mengizinkan aku menanti melalui cara terbaik yang kuyakini... <i>coming soon...<br /></i>Rumah Peradaban -belum bernama- yang insyaAllah akan menjadi tempat belajar bagi anak-anak tetangga di sekitar. Yang sebenarnya lebih tepat disebut sebagai tempat belajar bagimu dan bagiku untuk membangun peradaban. InsyaAllah...<br /><br />Doanya ya, Kawans :) Bakda lebaran ini semoga kami masih ada umur dan Allah cukupkan rezekinya untuk mengeksekusi rencana ini. Rezeki harta, rezeki tenaga, dan utamanya rezeki waktu. Aamiin, Allahumma aamiin.<br /><br /><br />Suatu malam,<br />menjelang satu purnama lagi terlewati hingga penantian tahun kita genap menjadi enam.<br /><br />02 Juni 2017Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-27222373997220925042017-05-26T21:50:00.000+07:002017-05-26T21:50:59.089+07:00INDIKATOR ISTRI PROFESIONAL: Jadi Tukang Pijit!<div class="MsoNormal">
Tahun 2017 ini bisa dibilang adalah waktu yang saya rencanakan untuk fokus mempersiapkan diri sebagai ibu. Setelah 5 –hampir 6- tahun pernikahan, saya merasa inilah saatnya program menjadi ibu harus lebih diseriusi. Tidak sekadar tentang program kehamilan, tetapi juga tentang program membangun peradaban. <i>Al ummu madrasatul ‘ula</i> kan?</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sehubungan dengan hal itulah, saya kemudian mengikuti program matrikulasi Institut Ibu Profesional (IIP) yang diselenggarakan secara <i>online</i>, yeaayyy!!! (tapi remedial karena sebelumnya saya belum memenuhi kualifikasi untuk lulus di program yang sama -_-"). Saat ini sudah memasuki pekan ke-2 pembelajaran.<br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ada sedikit cerita di balik pengerjaan NHW ini. Supaya hasilnya lebih akurat, indikator yang akan disusun sebaiknya ditanyakan kepada para <i>stakeholders</i>. Berhubung <i>stakeholders</i> saya baru Pak Suami, maka saya tanyakanlah kepada Pak Suami istri apa sebenarnya yang beliau harapkan dari diri istrinya ini. Jawabannya adalah PIJIT, wkwkwkwk :P Hanya itu. Memang banyak yang mengakui kalau pijitan saya enak, wkwkwk. Eitss, disclaimer yang saya pijit semua perempuan ya… kecuali suami dan bapak saya. Kadang kalo sedang iseng ada teman yang kecapekan ato nggak enak badan, suka saya pijit meski sebentar. Nah, balik lagi ke harapan suami. Masa’ cuma berharap pijitan dari istri? Saya pun berusaha mengorek-ngorek harapan lainnya. Karena saya sedang dinas di luar kota, ya sudahlah ya… sulit sekali untuk mencari tahu apa saja sebenarnya harapan beliau pada saya. Berhari-hari memaksa via wa pun jawabannya masih berupa kode-kodean yang kemudian saya terjemahkan di dalam tabel indikator di bawah ini (untuk peran saya sebagai istri).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Nah, indikator yang lain… Itu semua merupakan hasil perenungan saya. Dan Voilaaa, ternyata indikator ini sangat sejalan dengan target-target saya untuk tahun 2017. Jadi lebih terbayang lah perbaikan apa yang harus saya lakukan di 2017 <span style="font-family: "wingdings"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-symbol-font-family: Wingdings;">J</span><o:p></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
Yang utama tentu saja, lebih sering jadi Tukang Pijit Pak Suami, hehehe :D<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Gakpapa lah ya, kalau ada penganut paham "istri idaman itu yang pinter masak buat suami", saya jadi penganut paham istri idaman suami saya saja,<b> "Istri idaman itu yang rajin mijitin suami" </b>hehe :P</div>
<div class="MsoNormal">
Saya jadi nggak sakit hati gara-gara saya nggak pinter masak, hehe.</div>
<div class="MsoNormal">
Nah, kalo kamu yang juga<b> </b>istri, yuk cari tau seperti apa istri idaman versi suamimu :)</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN</b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS3FF-dPr3aFg7mlMOM_rr4weq_KqM3_Asn9ZOZ6X5T3cXBSPelSNn_N5vHHkcaz3TTG44scHWMHTXNlDnWKXk_XhH-Qbu3nE4_kdr7VGuDjNsZrsp_3h6qsmsiZanUNVHHJrm4p0JaYfg/s1600/Checklist+Indikator+Ibu+Profesional.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="438" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS3FF-dPr3aFg7mlMOM_rr4weq_KqM3_Asn9ZOZ6X5T3cXBSPelSNn_N5vHHkcaz3TTG44scHWMHTXNlDnWKXk_XhH-Qbu3nE4_kdr7VGuDjNsZrsp_3h6qsmsiZanUNVHHJrm4p0JaYfg/s640/Checklist+Indikator+Ibu+Profesional.png" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: center;">
NB: checklist ini diisi mingguan :)</div>
</div>
Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-87948250080980575602017-05-19T17:29:00.002+07:002017-05-19T17:29:52.174+07:00Belajar Menulis Lagi :)Hello world!!<br /><br />Ada yang kangen sama tulisan saya? Nggak ada kayaknya ya. Yang ada malah pada nanya, "Emang situ nulis apa?" *nyengir* :D<br /><br />Oke, kali ini saya mau cerita kalau sebelumnya saya nggak lulus di Kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional (MIIP) karena hanya mengumpulkan sebagian PR saja dari sejumlah PR yang diberikan, hehe... Kebiasaan buruk banget ini mah, nggak tuntas kalau mengerjakan sesuatu. Oleh karena itu, kemudian saya memutuskan untuk ikut kelas Remedial MIIP. Berusaha menuntaskan sesuatu yang sudah saya mulai. Semoga kali ini bisa konsisten.<br /><br />Seperti pada kelas MIIP, di kelas remedial ini pun Pe-eR mingguannya juga diberi nama NICE HOMEWORK (NHW). Pekan ini temanya adalah Adab Menuntut Ilmu. Seru lho belajar di MIIP. Sebenarnya sederhana saja yang kita pelajari tapi manfaat banget, insyaAllah. Tapi ya gituuuu deeeh. NHW-nya bikin mikiiiir *dengan nada Cak Lontong*<br /><br />Dari pertanyaan pertama aja ya, bingung mau jawab apa. Ok, here we go!<br /><br /><i><b style="text-indent: -0.25in;"><span lang="IN" style="font-family: "Cambria Math","serif"; mso-bidi-font-family: "Cambria Math"; mso-fareast-font-family: "Cambria Math";">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><b style="text-indent: -0.25in;"><span lang="IN" style="font-family: "Cambria Math","serif";">Tentukan satu jurusan ilmu
yang akan Anda tekuni di universitas kehidupan ini.</span></b></i><br />
Di kelas MIIP (sebelum remedial) saya menjawab ilmu konsisten. Tapi setelah dipikir lagi, sepertinya jawaban saya berubah. Saya ingin menekuni ilmu di bidang penulisan. Entah kenapa tiba-tiba ingat dengan cinta pertama, dunia literasi.<br />
<b><span lang="IN" style="font-family: "Cambria Math", serif; line-height: 115%;"><br /></span></b>
<b><span lang="IN" style="font-family: "Cambria Math", serif; line-height: 115%;"><i>2. Alasan terkuat apa yang
anda miliki sehingga ingin memiliki ilmu tersebut.</i></span></b><br />
Selain karena alasan cinta pertama, saya sangat ingin memiliki ilmu tersebut karena saya merasa itu dunia saya. Walaupun yaaa.... walaupun... saya udah jarang nulis lagi. Tapi saya merasa menjadi diri saya sendiri saat saya bisa menulis, yang tidak sekadar menulis tentunya. Menulis yang bisa memberikan manfaat untuk orang lain. Itulah kenapa saya merasa perlu mempelajari ilmu di bidang penulisan. Agar tulisan saya lebih memberikan manfaat kepada orang lain, baik karena kontennya maupun juga karena cara menulisnya.<br /><b style="text-indent: -0.25in;"><span lang="IN" style="font-family: "Cambria Math","serif"; mso-bidi-font-family: "Cambria Math"; mso-fareast-font-family: "Cambria Math";"><br /></span></b><br />
<b style="text-indent: -0.25in;"><span lang="IN" style="font-family: "Cambria Math","serif"; mso-bidi-font-family: "Cambria Math"; mso-fareast-font-family: "Cambria Math";"><i>3</i>.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><b style="text-indent: -0.25in;"><span lang="IN" style="font-family: "Cambria Math","serif";"><i>Bagaimana strategi menuntut
ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut.</i></span></b><br />
<span style="text-indent: -0.25in;"><span lang="IN" style="font-family: "Cambria Math", serif;">Strateginya apa ya.... Yang pasti berlatih menulis (lagi) di blog. Me-<i>review </i>materi-materi yang pernah saya ikuti sebelumnya di beberapa kelas penulisan. Saya itu bisa dibilang rajin ikut kelas <i>online</i> tapi jarang praktiknya. Tobat deh... Semoga momen Ramadhan ini bisa membuat saya makin rajin, hehe... Bukan apa-apa tapi saat Ramadhan, kerjaan kantor lumayan berkurang <i>load-</i>nya, mungkin...saya bisa berlatih menulis untuk urusan di kantor? Hmm... kita coba yaa... Oiya... tidak lupa juga harus banyak membaca :D</span></span><br />
<span style="text-indent: -0.25in;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Cambria Math","serif"; mso-bidi-font-family: "Cambria Math"; mso-fareast-font-family: "Cambria Math";"><br /></span></b></span>
<i style="text-indent: -0.25in;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Cambria Math","serif"; mso-bidi-font-family: "Cambria Math"; mso-fareast-font-family: "Cambria Math";">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b></i><span style="text-indent: -0.25in;"><span lang="IN" style="font-family: "Cambria Math", serif;"><i style="font-weight: bold;">Berkaitan dengan adab
menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari
ilmu tersebut.</i><br />Ini pertanyaan termudah, tapi menjalankannya paling susah.<br />a. Ikhlas</span></span><br />
<span style="text-indent: -0.25in;"><span lang="IN" style="font-family: "Cambria Math", serif;">b. Bersungguh-sungguh</span></span><br />
<span style="text-indent: -0.25in;"><span lang="IN" style="font-family: "Cambria Math", serif;">c. Konsisten (belajar dan berlatih).</span></span><br />
<span style="text-indent: -0.25in;"><span lang="IN" style="font-family: "Cambria Math", serif;">Udah itu aja. Dikit kalimatnya tapi pastiiiii buanyaaaakkk yang harus dilakukan. Semangaaatttt!!!! :)<br /><br />Mudahkan, Ya Allah....<br /><br /><i>Sampai jumpa di tulisan saya berikutnya </i>:)<br /></span></span><br />
<b style="text-indent: -0.25in;"><span lang="IN" style="font-family: "Cambria Math","serif";"><i><br /></i></span></b>Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-47795091461620400472016-09-13T00:23:00.001+07:002016-09-13T22:35:25.927+07:00The Gogons: James & The Incredible Incidents<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmDC2takfUkMEcGEtgDQh6CfWsRb6UCkWduuCachhfEqXNP4JV03W-D9dU0o9cjxr8LC0rT2z5Id0BbuiG8N-TVmqTF6fJdBuvcVcC423BO9V3GnOsyTUUNUGLPDJzkB311FAYtiuOtN8g/s1600/the+gogons+james+and+the+incredible+incidents+tere+liye.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmDC2takfUkMEcGEtgDQh6CfWsRb6UCkWduuCachhfEqXNP4JV03W-D9dU0o9cjxr8LC0rT2z5Id0BbuiG8N-TVmqTF6fJdBuvcVcC423BO9V3GnOsyTUUNUGLPDJzkB311FAYtiuOtN8g/s320/the+gogons+james+and+the+incredible+incidents+tere+liye.jpg" width="214" /></a></div>
<br />
<div style="background-color: white; color: #312c21; font-family: "patrick hand", cursive; font-size: 16px; line-height: 25.5938px; text-align: justify;">
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Judul</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> : The Gogons, James & The Incredible Incidents</span></div>
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">No. ISBN</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> : 979-22-1977-3</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; color: #312c21; font-family: "patrick hand", cursive; font-size: 16px; line-height: 25.5938px; text-align: justify;">
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Penulis</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> : Tere Liye</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Penerbit</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> : Gramedia Pustaka Utama</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Tahun terbit : 2006 </span></div>
</div>
<div style="background-color: white; line-height: 25.5938px; text-align: justify;">
<div style="margin: 0px;">
<div style="color: #312c21; font-family: "patrick hand", cursive; font-size: 16px; margin: 0px;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Halaman : 287 </span></div>
<div style="color: #312c21; font-family: "patrick hand", cursive; font-size: 16px; margin: 0px;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="color: #312c21; margin: 0px;">
<div style="font-family: "patrick hand", cursive; font-size: 16px;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">***</span></div>
<div style="font-family: "patrick hand", cursive; font-size: 16px;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Holaaaaaa, i'm coming back! Kali ini saya mau meresensi buku pertama dari salah satu novel berserinya Tere Liye, The Gogons: James & The Incredible Incidents. Tidak seperti buku-buku Tere Liye lainnya yang membanjiri toko buku karena selalu cetak ulang, buku ini mungkin hanya satu kali cetak karena sudah tidak beredar lagi </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">di toko buku manapun.</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> Kalau mau baca mungkin bisa cari <i>second-</i>nya atau seperti saya, yang baca karena pinjam, hehehe :D </span></div>
<div style="font-family: "patrick hand", cursive; font-size: 16px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="font-family: "patrick hand", cursive; font-size: 16px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Buku ini bergenre novel metropop. Secara sederhana, novel metropop adalah novel-novel bertema kehidupan masyarakat urban atau masyarakat kota besar. Kalau pada suka baca novel chicklit, novel metropop ini bisa dibilang masih tetanggaan dengan chicklit. Bedanya, chicklit ditulis oleh penulis asing, sedangkan metropop ditulis oleh penulis lokal. Saya pribadi termasuk jarang baca novel jenis begini, baik chicklit maupun metropop. Faktor apalagi yang membuat saya membaca novel beginian kalau bukan karena penulisnyaaa, hahayyy :D Yes, saya memang doyan banget baca novel-novelnya Tere Liye. Alasan saya suka banget sama novel Tere Liye adalah karena di setiap novel yang ditulisnya pasti ada minimal satu prinsip atau satu makna yang ingin ditanamkan Tere Liye kepada pembacanya. </span></div>
<div style="font-family: "patrick hand", cursive; font-size: 16px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-size: 16px;">Okeee, langsung aja kita bedah-bedah novel ini yaaaa. Awalnya saya bingung ngapalin tokohnya yang lumayan banyak. Padahal kan ngga wajib dihapal yak?!</span><br />
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: "patrick hand", cursive; font-size: 16px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Mereka awalnya berenam! Dipertemukan tak sengaja oleh takdir huruf pertama. Bertabiat laksana bumi dan langit. Berperangai bagai saputan pelangi. Bersahabat sejak sekujur tubuh kotor bau keringat, digebuki senior kampus kala Ospek enam tahun silam.</span></blockquote>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ada James (tentu!), Ari, Azhar, Adi, Diar, dan Dito. Aslinya nama mereka semua berawalan A. Mereka menamai diri mereka The Gogons. </span><span style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">Keseluruhan cerita menggambarkan persahabatan The Gogons dengan masalah mereka masing-masing. Masalah yang bisa dibilang tidak biasa.</span><span style="font-family: georgia, "times new roman", serif;"> </span><br />
<span style="font-family: georgia, "times new roman", serif;"><br /></span>
<span style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">Bermula dari mimpi samar James dalam tidurnya berlanjut dengan kebahagiaan The Gogons atas pernikahan salah satu anggota geng mereka, Adi dengan Made. Kekompakan dan keseruan persahabatan ala The Gogons pun mewarnai kisah mereka. Sampai suatu ketika, James yang playboy tak sengaja bertemu dengan teman masa kecilnya. Setelah itu kejadian demi kejadian tak mengenakkan menimpa The Gogons. Diar dengan goresan luka masa lalu dan kesukaannya pada yang manis-manis yang ternyata kemudian membawanya pergi dari The Gogons. Dito, anak Betawi yang jatuh cinta pada Savanna, gadis bule asal Australia. Cinta yang sedemikian besar terhadap Savanna membuatnya melupakan teman-temannya dan membuatnya terpenjara. Azhar yang akhirnya mengungkapkan cintanya pada Dahlia setelah kejadian yang hampir merenggut nyawanya. Adi yang ternyata diam-diam memiliki masalah serius dengan pernikahannya. Tak terkecuali Ari yang ternyata merasa sangat terpukul dengan semua rentetan kejadian yang menimpa The Gogons hingga mengalami hal yang tidak pernah mereka bayangkan. Serta James yang resah hingga memutuskan mencari jejak teman masa kecilnya. Uniknya masalah yang menimpa The Gogons ini saling berkaitan satu sama lain, mengantarkan mereka pada jalan yang selama ini dicari James.</span><br />
<span style="font-family: georgia, "times new roman", serif;"><br /></span>
<span style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">Membaca halaman demi halaman novel ini membuat saya deg-degan sendiri saking luar biasanya masalah-masalah The Gogons. Genre novel metropop yang identik dengan cerita yang ringan, tidak berlaku untuk novel satu ini. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kisah persahabatan The Gogons sangat menyentuh. Bahasa yang dipakai Tere Liye membuat saya ikut berada di antara keseharian The Gogons. Celetukan, candaan, dan kekonyolan yang khas Sahabat banget. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Jadi membuat saya ingin bertemu dengan sahabat-sahabat sekolah saya dulu :D </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Namun tidak hanya kekonyolan dan keseruan khas Sahabat yang dibahas di sini, ada juga banyak kesedihan yang diceritakan. Yang paling menyedihkan dan tidak terduga adalah perginya salah satu anggota The Gogons. Pikiran saya yang mainstream mengatakan bahwa The Gogons pasti masih akan lengkap berenam sampai akhir seri berikutnya, ternyata tidak demikian. Hiks....</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Oiya, bicara tentang makna yang ingin ditanamkan Tere Liye, saya menemukannya di bagian ini.</span><br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pernahkah ada yang bilang kepada kalian bahwa hidup di dunia ini tidak ada yang tidak penting -sekecil apapun kejadian itu? Semua kejadian yang ada membentuk rantai penjelasan yang melingkar, saling melilit. Sayangnya kita baru tahu dan menyadarinya setelah semuanya selesai dan sempurna membentuk lingkaran tersebut. Atau bahkan kita sama sekali tidak mengerti penjelasannya, meskipun keseluruhan kejadian tersebut sudah terangkai lengkap. -hal.50 </span></blockquote>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pas banget dengan apa yang sedang saya rasakan pertama kali membaca novel ini. Kadang kita acuh dengan kejadian-kejadian kecil nan remeh, padahal bisa jadi kejadian tersebut menjadi salah satu alasan terjadinya kejadian yang besar dalam hidup kita. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hal tersebut dipertegas pada bagian <i>ending-</i>nya.</span></div>
<div style="margin: 0px;">
<div style="color: #312c21;">
</div>
<blockquote class="tr_bq" style="color: #312c21;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">James menatap bingung. Ari persis menunjuk wajahnya. Ari menatap teramat dalam. Gerakan merontanya mendadak terhenti. Dia mencengkeram jeruji besi hingga tulang-tulang jemarinya kelihatan. Kemudian berbisik lemah sekali. <i>"James! Lihatlah, demi masa lalumu, kami semua harus mengalami semua ini!" -</i>hal. 285</span></blockquote>
<div style="color: #312c21;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hayooo, penasaran ceritanya kan?</span></div>
<div style="color: #312c21;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="color: #312c21;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Dengan segala kelebihannya, pasti ada juga kekurangannya. Hal yang paling bikin saya males dengan novel ini sebenarnya kisah cinta Azhar-Dahlia yang drama banget seperti kisah cinta kebanyakan. Mungkin karena ekspektasi saya yang begitu tinggi kepada Tere Liye membuat saya berpikir harusnya ceritanya beda nih, hehehehe.... *dasar, pembaca tukang protes!* Tapi kekurangannya sedikit tertutupi dengan cara Tere Liye menggali emosi pembaca melalui dialog hati antara Azhar dan Dahlia. </span></div>
<div style="color: #312c21;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<span style="color: #312c21; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hal lain yang bikin nggak sreg adalah, "Bang Tere, kapan dimunculin lanjutannya???" Hehe, pengen baca lanjutannya nih. Tetapi nampaknya -menurut tebakan saya- Tere Liye tidak akan membuat lanjutannya sebelum merevisi seri pertama The Gogons. Pertanyaan berikutnya, apakah Tere Liye akan merevisi seri pertama The Gogons? Saya rasa tidak.<br /><br /><i>Overall, </i></span><span style="color: #312c21; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">saya rasa novel ini cukup layak untuk dibaca. K</span><span style="color: #312c21; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">alau ada kesempatan membacanya, <i>sok atuh </i>dibaca :) Buku ini lumayan menghilangkan penat setelah lama berpikir di kantor maupun di sekolah. Empat dari lima bintang saya persembahkan untuk The Gogons: </span><span style="color: #312c21; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">James & The Incredible Incidents. Sebelum membaca, saya ucapkan selamat penasaran dan selamat berburu bukunya! :D</span><br />
<div style="color: #312c21;">
</div>
</div>
<div style="color: #312c21; font-family: "patrick hand", cursive; font-size: 16px;">
</div>
</div>
</div>
Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-72579608052149932582016-01-16T22:57:00.000+07:002016-08-02T23:45:11.875+07:00Tentang Pilihan Kata KitaBelakangan ini saya belajar banyak sekali tentang bagaimana memilih kata...<br />
<br />
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat posting di <a href="http://renyhenriyani.blogspot.co.id/2015/10/markinul.html">sini</a> dan menuliskan bahwa jangan-jangan saya menulis di blog itu cuma sekali, yaitu tiap tahun baru. Dan -hampir- benarlah tulisan saya itu. Setahun kemarin hanya 2x menulis di blog. Itu pun tulisan yang menurut saya kurang bermutu.<br />
<br />
Bulan lalu, saya juga sempat bercerita kepada salah seorang guru saya tentang mimpi punya karyawan. Saya khawatir tidak bisa membayar jika punya karyawan. Lalu perkataan saya diralat, "Coba ganti kalimatnya jadi begini : Saya khawatir rekening saya berlimpah untuk menggaji karyawan." Efeknya, memang beda! Selain itu saya juga sempat cerita dengan beliau tentang beberapa mimpi yang akhirnya jadi kenyataan padahal saya sudah lupa kalau saya pernah menuliskannya. Beliau pun bercerita hal yang sama, mimpi yang kemudian terwujud setelah beberapa tahun dituliskan dan tidak sengaja dilupakan.<br />
<br />
Hari ini rupanya saya belajar lagi hal yang sama. Seharian ikut training dan mendapat cerita yang sama. Mimpi yang pernah dituliskan, kemudian terwujud di saat sudah sibuk berusaha sampai-sampai terlupa mimpinya.<br />
<br />
Ya... kalau ada yang bilang bahwa kata-kata itu adalah doa, sangat benar menurut saya. Apa yang kita ucapkan, apa yang kita tuliskan itu adalah doa. Tanpa sadar, memori kita menyimpannya lalu pikiran, tangan, dan kaki kita diperintahnya memanggil sebab-sebab dikabulkannya doa yang tidak kita sadari itu. Tak lepas dari itu, campur tangan Allah pasti ada di sana. Allah mendengarkan doa kita, lewat kata. Kata yang kita ucap, juga kata yang kita tulis. Kemudian, Allah jadikan doa-tanpa-sadar-kita tadi sebagai hadiah tak terduga.<br />
<br />
Hari ini, secara tak sengaja saya mengambil salah satu majalah koleksi saya secara acak. Majalah Tarbawi. Kangen sekali dengan majalah ini, sudah lama tidak terbit lagi. Temanya "Di Balik Kebiasaan Kita Memilih Kata".<br />
<br />
Ada salah satu kisah yang diceritakan di situ...<br />
<br />
Ketika istri Harun Arrasyid mengeluhkan bahwa suaminya nampak lebih menyayangi salah satu anaknya dibanding anaknya yang lain. Lalu untuk menjawab keluhan istrinya, Harun Arrasyid memanggil salah satu anaknya, Al Amin. Ketika Al Amin) datang, Harun Arrasyid menunjuk beberapa <i>siwak </i>-batang kecil yang sunnah dipakai membersihkan gigi-<i> </i>yang telah disiapkan sebelumnya sambil menanyakan, "Wahai Anakku, apakah ini?" Anaknya kemudian menjawab,<i> 'Masawik' </i>yang artinya adalah kata jamak dari kata <i>siwak.</i><br />
Setelah itu Harun Arrasyid memanggil anaknya yang lain, Al Ma'mun. Setelah sampai di depannya, ia pun menanyakan hal yang sama, "Wahai Anakku, apakah ini?" Maka Al Ma'mun menjawab, "Itu adalah lawan kata dari <i>mahasinik, </i>lawan dari kebaikan-kebaikan engkau."<br />
Al Ma'mun tidak menjawab dengan kata '<i>masawik', </i>karena selain berarti jamak dari kata <i>siwak, masawik</i> juga berarti 'keburukan-keburukanmu'.Al Ma'mun menjawab dengan sangat halus dan sopan, ia tidak mau memilih kata yang punya makna ganda dan tidak menyenangkan untuk didengar. Ia dengan cerdas berhasil menemukan kata tidak langsung dan menyusunnya di dalam kalimat yang halus, "Itu adalah lawan kata dari <i>mahasinik, </i>lawan dari kebaikan-kebaikan engkau."<br />
Melihat kejadian itu, istri Harun Arrasyid pun mengerti kenapa suaminya sangat menyayangi Al Ma'mun. <br />
<br />
Pilihan kata kita, seperti doa-tanpa-sadar yang kadang kita ungkap melalui ucapan ataupun tulisan. Pilihan kata yang baik, selain memberikan efek yang positif untuk yang mendengar juga memberikan efek yang positif untuk yang mengucap. Kalau dulu sempat heboh benar tidaknya penelitian Masaru Emoto tentang pengaruh kata-kata baik dan kata-kata buruk terhadap air (air digambarkan sebagai manusia karena 70% tubuh manusia terdiri dari air, lengkapnya silakan <i>googling </i>sendiri), meski saya tidak punya alasan yang bisa dibuktikan secara ilmiah tapi saya rasa penelitian itu bisa jadi ada benarnya. Kata-kata yang baik akan menarik dan mengumpulkan energi-energi positif di sekitarnya sehingga kata-kata baik yang kita gunakan tadi menjadi terwujud. Dan begitu pula sebaliknya, kata-kata buruk akan menarik dan mengumpulkan energi-energi negatif di sekitarnya dan membuat pilihan kata kita tadi juga terwujud meski sebenarnya hal itu sangat tidak kita inginkan.<br />
<br />
Tidak percaya? Silakan coba saja, sebaiknya coba dengan kata-kata baik ya :DReny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-55937747102544959402015-10-03T00:05:00.003+07:002016-08-02T23:45:11.872+07:00Markinul<div dir="ltr">
Hello...helloo... Apa kabar dunia???<br />
Demi mematahkan dugaan saya pada postingan sebelumnya (jangan-jangan saya nulis blog hanya setahun sekali, yaitu tiap tahun baru), maka saya menguatkan niat dan tekad untuk menulis kembali di blog ini :)<br />
Semenjak jarang posting tulisan di blog, saya juga jarang menulis di laptop, diary, notes, bahkan jarang juga menulis catatan materi kuliah. Jangankan menulis yang panjang, menulis sekadar ucapan selamat di kado yang saya kirim saja, ampun malesnya! Padahal semenjak berhenti menulis itu, saya merasakan kehilangan manfaat yang sangat banyak. Jadi dililit banyak kebiasaan negatif. Salah satunya adalah saya jadi gampang banyak pikiran, tapi yang dipikirkan nggak selesai-selesai dikerjakan karena memang hanya dipikirkan saja. Salah duanya, gampang merasa bosan. Salah tiganya, rasa percaya diri saya menurun drastis. Salah empat dan seterusnya, masih ada lagi. Seumpama itu jumlah soal ujian, berapapun soal ujiannya jawaban saya selalu salah semua.</div>
<div dir="ltr">
<br />Untuk itu... Bismillah...<br />
MARKINUL! Mari kita nulis!!!</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilOuZkfL03jSs3WujAB-ZF1606C8eyrxQCYKraxDXXrho4zTHoJcg0-2vfmq7b6Rtkjav4sMpouxOYfuE7QS9YXSfUs8PcH71HjiX2WbJvYPSRvRptI5wvREl3_5ChzcSXvivNt5DsM6Yi/s1600/markinul-3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilOuZkfL03jSs3WujAB-ZF1606C8eyrxQCYKraxDXXrho4zTHoJcg0-2vfmq7b6Rtkjav4sMpouxOYfuE7QS9YXSfUs8PcH71HjiX2WbJvYPSRvRptI5wvREl3_5ChzcSXvivNt5DsM6Yi/s400/markinul-3.jpg" width="400" /></a></div>
<div dir="ltr">
Saat ini, bagi saya...<br />
Menulis adalah belajar, <br />
Menulis adalah introspeksi, dan<br />
Menulis adalah self healing.<br />
Menghalau penyakit-penyakit psikosomatis yang mudah datang serta kebiasaan-kebiasaan negatif yang banyak bersarang.</div>
<div dir="ltr">
<br />Semoga kelak suatu saat ini Allah mengabulkan doa saya, agar menjadikan bagi saya...<br />
Menulis adalah menginspirasi.</div>
<div dir="ltr">
<br />Mohon dimaafkan dan dimaklumi ya kalau tulisan di blog ini mungkin masih agak aneh atau acak adul.</div>
<div dir="ltr">
<br />Oh ya, untuk mendukung program markinul ini, saya sudah menyiapkan beberapa amunisi. Ini dia....<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuqQeY1XVO6SfmfLLTmQ0akInMMwHl2kFnU6K695S80-26SqHXOKyZOIZFulBPPwz6TLZwpUKv1vq4GNCORgkJ7r5NDOqf4qa3EGUGO8qAnWXQkkCUEqU77QH37IbLO0ze3UXq8MrMIYLd/s1600/markinul-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuqQeY1XVO6SfmfLLTmQ0akInMMwHl2kFnU6K695S80-26SqHXOKyZOIZFulBPPwz6TLZwpUKv1vq4GNCORgkJ7r5NDOqf4qa3EGUGO8qAnWXQkkCUEqU77QH37IbLO0ze3UXq8MrMIYLd/s320/markinul-2.jpg" width="320" /></a></div>
<div dir="ltr">
<br />Ada dua macam amunisi sebenarnya. Yang di gambar ini adalah amunisi pertama berupa buku tulis, notes, diary, dan sebangsanya. Fungsinya buat apa? Buat latihan saya menuangkan pikiran. Jadi pikiran yang banyak itu ditulis di buku-buku ini supaya selesai dengan caranya masing-masing. Ada buku diary untuk menulis cerita sehari-hari yang cukup dikonsumsi diri sendiri, ada buku catatan keuangan keluarga (selama ini saya pakai aplikasi di android saja, kalau bulannya sudah lewat langsung hapus) biar ada jejaknya kalau suatu saat dibutuhkan, ada buku latihan Bahasa Arab dan buku latihan Bahasa Inggris untuk tempat mengerjakan soal-soal latihan belajar bahasa, ada dua buku pencatatan keuangan untuk dua toko onlen saya (yang paling tebal, biar nggak cepat habis), ada buku kumpulan quotes atau kata-kata mutiara dari Al Quran, hadis, dan sumber lain yang menurut saya ngena banget, ada juga notes untuk mencatat segala rupa, ada buku khusus untuk meringkas kajian-kajian yang saya ikuti, ada buku stok barang dagangan, macem-macem lah pokoknya. Nah, kalau saya sudah rajin menuangkan pikiran ke buku-buku itu, harapannya jadi lebih mudah menuangkan gagasan di blog ini.<br /></div>
<div dir="ltr">
Amunisi yang kedua... adalah buku-buku bacaan saya. Gambarnya kapan-kapan aja ya kalo saya buat posting tentang perpustakaan di rumah. Sejujurnya, sudah lama sekali antusiasme saya membaca buku menurun. Kalau dulu, satu bulan bisa melahap 5-10 buku, sekarang paling-paling hanya 1 buku dalam 1 bulan, itupun selalu dan selalu berupa novel. Majalah bulanan langganan pun, hanya dibaca bagian tertentu. Banyak buku bacaan yang saya beli, belum saya buka plastiknya dalam beberapa bulan, bahkan ada buku yang lebih dari setahun masih setia dengan segel plastiknya nangkring di rak buku saya.<br />
Padahal ya... padahal nih... kalau beberapa waktu kemudian saya menyelesaikan baca buku tersebut, pasti ada sesal berkepanjangan, "Kok bisa-bisanya... buku ini... berbulan-bulan (atau bertahun-tahun) ada di rak bukuku, hampir setiap hari kulihat meski cuma sekilas, baru sekarang aku tahu isinya sebagus ini. Tahu gitu, kenapa enggak kubaca langsung setelah kubeli?!" Ya mana ada sih, bisa menilai bagus enggaknya buku tanpa membacanya... Bisa dibilang ini arti harfiahnya dari pepatah "Don't Judge A Book by Its Cover!"</div>
<div dir="ltr">
<br />Oke, semoga pemanasannya cukup. Markinul!</div>
<div dir="ltr">
<br />*****</div>
<div dir="ltr">
<br />Depok, suatu malam menyambut kegalauan skripsi.<br /><i>*Jadi makin tahu kan kenapa mulai mau nulis lagi?</i><br />
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-74429117763600017402015-04-29T11:55:00.000+07:002016-12-19T16:47:49.670+07:00Blog Credit<div style="text-align: center;">
FLOWER PATTERN: from fotolia.com by Oksancia (taken random by Google)</div>
<br />Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-16077113404599736322015-01-22T10:12:00.000+07:002016-08-02T23:50:06.404+07:003 Fokus di 2015!Hello 2015!!!<br /><br />Padahal 2015 sudah kelewat 21 hari dan baru sekarang <i>say hello...</i> *tepokjidat*<br />Dan parahnya, selama 2014 tidak ada satu tulisan pun yang saya hasilkan dari blog ini. Hmmm... Jadi curiga ke diri sendiri, jangan-jangan saya posting di blog hanya 1 tahun sekali pas pergantian tahun masehi. Reny, <i>please back on the track!</i> Sejujurnya saya merindukan masa-masa dulu di mana saya rajin menulis. Rasanya saat-saat rajin menulis, banyak hal sia-sia yang bisa saya redam untuk tidak dilakukan.<br />
<br />
<br />
<br />
Lagi-lagi saya akan mulai mencoba kembali menulis dengan apa adanya kemampuan saya. Semoga ada hikmah terserak dalam tulisan ini yang bisa diambil, sekecil apapun. Semoga tulisan ini tidak menjadi kesia-siaan belaka bagi sahabat yang sudah berkenan membaca.<br /><br />Yak, <i>here we go</i>! <br />Tahun 2015 ini diawali dengan tugas kuliah yang menumpuk dan banyak impian -entah obsesi entah ambisi lebih tepatnya- yang belum tercapai. Tidak terasa hampir setahun saya kembali duduk di bangku kuliah. Menyenangkan, semangat, bosan, lelah, dan libur silih berganti. *random* Di luar itu semua, tentu luar biasa bersyukur mendapat kesempatan untuk bisa kuliah lagi, gratis pulak :D Setelah kuliah, ternyata persepsi saya tentang tugas belajar agak berubah, hehe. Tadinya saya pikir saya bisa mulai jadi istri dan ibu <i>wanna be- </i>rumah tangga yang baik dengan lebih sering ada di rumah. Kenyataannya, saya malah jarang ada di rumah karena saya ngekos. Frekuensi bertemu dengan suami juga hampir sama kecuali jika saya sedang libur. Malah belakangan ini lebih banyak di kos, sementara suami di rumah (Depok). Pupus sudah bayangan mengantar (baca : melambaikan tangan dari pintu rumah) dan menyambut suami saat berangkat dan pulang kerja. Mungkin perlu dimunculkan istilah baru SDR alias <i>Short Distance Relationship</i> untuk mewakili kondisi saya dan suami saat ini :)<br /><br />Bagaimanapun, besarnya impian yang hendak kita wujudkan memang menuntut pengorbanan yang besar. Beda dengan impian yang biasa saja, misal impiannya mau minum jus alpukat... :p ya tinggal beli aja jus alpukatnya di tukang jualan jus, cuma 8rebu. Paling ditambah capek jalan untuk sampai ke sana. Akhirnya memang harus menganggap ini adalah salah satu harga yang harus dibayar supaya saya bisa tambah pinter. Jadi, ngga boleh mengeluh yaa ketika memang harus berkorban untuk mendapatkan apa yang kita impikan :)<br /><br />Oiya, sebenarnya yang ingin saya bicarakan di postingan kali ini adalah tentang tema kultumnya Febriyanti Almeera. Kalo belum tahu siapa dia, silakan <i>googling </i>yaa... Salah satu kultumnya Febriyanti Almeera di yutub ada yang berjudul (kalo ga salah) "Great Muslimah". Nah saya mau sedikit mengulas kultumnya. Di situ dibilang bahwa kadang ketika ada orang-orang yang hebat dan sukses di sekitar kita, kita jadi suka bertanya-tanya... "Kok bisa sih dia begitu? Gimana caranya ya jadi seperti dia?" atau mungkin parahnya ada yang sampai dengki, berharap apa yang didapat saudara/saudarinya dihilangkan oleh Allah, <i>naudzubillahi min dzalik </i>jangan sampai terjerumus dalam perasaan seperti itu.<b> </b>Poin kultumnya, sebenarnya cara untuk menjadi<b> </b>hebat juga adalah dengan melakukan 3 langkah ini secara berurutan:<b><br /><br />1. Fokus to Allah</b><b></b><br />
Kita fokuskan diri kepada apa-apa yang Allah cintai dan sukai, lalu kerjakan<b>-</b>kerjakan<b> </b>dan kemudian perbanyak mengerjakannya. Kita juga fokus kepada apa-apa yang Allah tidak sukai, lalu tinggalkan-hindari-dan jauhi. Intinya, apa yang bisa membuat Allah ridha kepada kita, kerjakanlah! <b><br /><br />2. Fokus to me</b>Fokus kepada diri sendiri bukan berarti egois. Fokus kepada diri sendiri adalah mengenali diri kita sebaik-baiknya. Tahu apa yang menjadi tujuan hidup kita, kelebihan, kekurangan, bagaimana kondisi kita saat ini, dan lain sebagainya seputar diri kita. Setelah mengenali diri, maka kita bisa mengoptimalkan diri untuk menghebatkan diri.<br /><b><br />3. Fokus to the other</b>s<br />Berikutnya, fokus kepada orang lain. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Bukan kata saya lho itu... Itu kata Rasulullah jauh berabad-abad yang lalu. Cari deh biografi orang besar yang nggak memberi manfaat untuk orang lain, ada nggak?<br /><br />Hebat, seperti halnya enak-murah-mahal-jauh-dekat- adalah hal yang sifatnya relatif. Tidak ada ukuran pasti tentang apa itu yang disebut hebat. Tapi satu yang pasti, yuk rajin menghebatkan diri di hadapan Allah :)<br />Sepakat apa sepakat?!<br /><br />Note:<br />Kultum versi aslinya bisa dilihat di <a href="https://www.youtube.com/watch?v=ieSNOshG3rs">sini</a> ya... Kalo nyang tulisan di atas itu sepemahaman saya aja :DReny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-87976341997015113392013-12-31T17:56:00.001+07:002016-08-02T23:46:22.384+07:00Menyambut 2014<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJm_TxalnzY87cr2pnyaI8jeqK_hSUBqz2ZlnRDmKTbxt5ya8E-EHgcer65iF3qmW4X71vZTAkMFjQ1QMseubJ1CZuuW_m4L3p7SpSSUzRDf-1s9P2BKcgfbpvmOEEjgmeFQK2p4T9ZWZo/s1600/2014-cc.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="144" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJm_TxalnzY87cr2pnyaI8jeqK_hSUBqz2ZlnRDmKTbxt5ya8E-EHgcer65iF3qmW4X71vZTAkMFjQ1QMseubJ1CZuuW_m4L3p7SpSSUzRDf-1s9P2BKcgfbpvmOEEjgmeFQK2p4T9ZWZo/s320/2014-cc.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
gambar dari <a href="http://www.niemanlab.org/2013/10/the-newsonomics-of-10-ways-well-judge-2014/">sini</a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Tahun sebentar lagi akan berganti, masing-masing orang sudah menyiapkan agendanya sendiri-sendiri. Nah kalau saya, juga sudah ada agenda pribadi. Apa itu? Jreng... jreng... agendanya biasa saja sebenarnya. Di akhir tahun ini, saya akan membuat catatan mengenai harapan di tahun yang akan datang sekaligus pencapaian-pencapaian kecil yang alhamdulillah bisa saya lakukan di tahun ini. <br /><br />Mungkin ada yang bertanya ya... Kenapa harus pas pergantian tahun masehi? Kenapa evaluasi dan pencanangan resolusinya nggak dilakukan di pergantian tahun hijriyah? Biar sekaligus bisa memaknai hijrah gituh... Hehe... :D Pengennya begitu sih ya, tapi berhubung saya masih belum terbiasa menggunakan kalender hijriayah pada kegiatan sehari-hari saya, untuk mudahnya saya pake kalender masehi dulu lah. Bukan soal perayaan tahun barunya, tapi hanya menggunakan momennya saja. Setiap resolusi yang dicanangkan harus ada time limitnya, pergantian tahun bisa jadi momen yang lebih mudah diingat sebagai batas waktu pencapaian resolusi-resolusi saya. Oiya, di sini saya mau menuliskan sekelumit aja ya... Alias mau numpang buat konsep doang. Kalo detailnya cukup saya dan Allah yang tau aja untuk saat ini, hehe :D<br /><br />Nah, langsung aja yah... apa kabar 2013?<br />Di 2013, ada beberapa harapan yang tercapai dan ada juga yang tidak. Yang tercapai, meski tidak begitu banyak, tapi cukup membuat saya puas. Ada dua hal. <br /><br />Pertama, kesempatan kuliah lagi! Yeiy... Ceritanya, tahun lalu adalah kesempatan pertama saya mendaftar dan ikut tes untuk kuliah D4 STAN, tapi ternyata gagal, Saudara-Saudara! Alhamdulillah, pada kesempatan kedua di tahun ini, saya dapat juga tiketnya. Rasanya lulus tes masuk D4 STAN itu, ruar biasa... Awalnya sempat pesimis, dengan persiapan yang sedikit tentu saja betul-betul membuat saya kehilangan pede sampai titik yang cukup rendah. Setelah melalui serangkaian perenungan panjang, satu hari menjelang tes saya berhasil mengembalikan keoptimisan pada tempatnya. Kalau Allah bilang jadi, ya jadi kan... Toh, saya bukannya tidak melakukan apa-apa. Justru usaha di tahun ini lebih keras dari yang sebelumnya. Begitu tes berakhir saya juga nggak ambil pusing. Yang penting saya yakin bahwa tidak akan menyesal apapun hasilnya. Dan... entah dari doa siapa Allah kabulkan juga harapan saya :D Kuliah D4 ini, insyaAllah menjadi salah satu jalan pembuka bagi impian-impian saya yang lain. Doakan yaaa... Maret tahun depan saya mulai kuliah insyaAllah.<br /><br />Kedua, bisnis! Setelah sekian lama mempercayai bahwa saya tidak punya kemampuan untuk berbisnis, akhirnya tahun ini saya berhasil mematahkan anggapan saya sendiri. Biarpun masih kecil-kecilan, tapi lumayan lah... buat saya bisa berbisnis merupakan suatu prestasi yang membanggakan. Mulai dari jualan bros batu khas Kalimantan, baju anak, cokelat dan kacang mede aneka rasa. Sampai sekarang yang rutin berjalan hanya jualan baju anak saja karena yang lain memang musiman. Oiya, untuk jualan baju anak, saya bermitra dengan teman sekantor saya. Hasilnya kalau ada ya ada saja tiap bulannya, tapi karena modal awal kami kecil dan belum punya networking yang luas, ya hasilnya masih segitu-segitu saja :D Alhamdulillah 'ala kulli hal :)<br /><br />Yang belum tercapai apa? Banyak juga sih, salah satunya harapan untuk punya dedek bayi. Tapi untuk yang satu ini saya dan suami memang kurang berikhtiar untuk program kehamilan. Setiap kali berencana ke dokter kandungan, ditunda lagi ditunda lagi, hehe :D Saya juga masih belum belajar banyak dari sekian banyak ilmu tentang parenting. Jadi ya begitulah.... Alhamdulillah 'ala kulli hal :)<br /><br />Resolusi lain, hapalan Quran nambah, tapi realisasinya cuma pindah -__-"<br />Resolusi lainnya lagi, rajin nulis. Ini yang belum terealisasi sama sekali. Sempat ikut lomba resensi buku selama sebulan. Tapi sayangnya cuma memenuhi 5 dari 30 hari. Nggak banget deh ini...<br />Resolusi lainnya lagi yang lain-lain, sepertinya tidak usah disebutkan yaa...hehehe...belum tercapai sih :P<br /><br />'n... 2014... here we go!<br /><br />Secara umum, ada 3 hal yang saya prioritaskan dalam kehidupan saya di tahun depan.<br />1. Keluarga<br />2. Pendidikan<br />3. Bisnis (teteup :p)<br /><br />Bisa kuliah D4 tahun depan ternyata membuka banyak jalan harapan-harapan saya untuk dapat diwujudkan, termasuk dalam 3 hal di atas.<br /><b><i>1. Keluarga... </i></b>Selama ini, saya masih merasa belum mampu menjadi seorang istri yang baik. Sering saya berpikir, mungkin karena itulah, Allah belum akan menambah amanah sekaligus karunia kepada saya, menjadi ibu. Repotnya jadi wanita bekerja, sangat berdampak kepada keseharian dan waktu yang tersisa di rumah. Setelah nanti mulai tugas belajar, waktu saya memang tetap akan banyak dilakukan untuk hal-hal di luar rumah, tetapi setidaknya waktu yang habis di jalan jauh berkurang karena saya dan suami berencana mengontrak dekat kampus. Membayangkan jadi istri -yg hampir- <i>full time </i>di rumah sungguh menyenangkan. Paling tidak saya bisa memasak setiap hari, melepas suami berangkat kerja sampai di pintu rumah, dan menyambut suami yang pulang dari kantor. Waaaahhhhh, senaaannggg.... Hidup sehat, mengikuti program kehamilan dari dokter, akupuntur, banyak-banyak berdoa, dan lebih banyak bersabar menjadi jalan-jalan yang akan saya tempuh untuk bisa punya dedek bayi. Di samping itu, sebagian besar porsi waktu akan saya isi dengan fokus menambah ilmu agama dan ilmu seputar parenting. <i>Tagline</i>-nya...</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
"Menjadi istri penyejuk hati, mempersiapkan diri mendidik generasi!"</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>2. Pendidikan (dan Keterampilan)...</i></b> Tahun 2014 akan menjadi tahun yang penuh perjuangan buat saya... untuk belajar, dan belajar. Karena kuliah nanti merupakan amanah dari kantor, yang juga menentukan status impian-impian saya pada step berikutnya. Saya bercita-cita untuk menjadi dosen di suatu ketika. Tidak bisa tidak, saya harus banyak belajar. Sebisa mungkin tidak hanya dari mata kuliah-mata kuliah yang diajarkan di kampus. Di sisi lain, saya juga ingin bisa menguasai beberapa jenis keterampilan. Menjahit, menyulam, beading, patchwork & quilting, bahasa asing, banyak banget yaa... hehehe :D Dua keterampilan yang akan saya prioritaskan adalah menjahit dan ber-Bahasa Inggris. Kalau Bahasa Inggris, mungkin lebih banyak belajar pede <i>cas-cis-cus</i>-nya, dan sepertinya belum prioritas untuk ikut kursus kelas <i>conversation</i>. Menjahitnya ini... yang saya pertimbangkan untuk ikut kursus :D Beberapa waktu yang lalu saya bahkan sudah mengontak pihak penyelenggara kursus menjahit di dekat kampus untuk mengorek-ngorek info. Tapi masih ketar-ketir.... cukup ga ya tabungannya? Secara yaa... akan banyak rencana kegiatan di list saya yang ingin saya lakukan di masa-masa kuliah, hihihi.... *mumpung nih. Tapi satu hal yang insyaAllah akan terus berlanjut, ikut program tahsin-tahfidz. Doakan yaah, supaya bisa nambah hapalan Quran :) <i>Tagline</i>-nya....</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
"Bersama ilmu, bermanfaat dan berbagi sepanjang waktu!"</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /><b><i>3. Bisnis...</i></b> Kalau kita sering mendengar istilah mata duitan, mungkin ada juga istilah mata bisnisan. Bisnis itu ternyata nagih, hehehe :D Rencananya saya akan membuka bisnis baru. Masih seputar <i>online shop </i>juga sih. Tapi ke depannya, saya tidak hanya akan berjualan baju anak, tetapi juga barang-barang lainnya. <i>Online shop</i> baju anak, insyaAllah masih bermitra dengan teman sekantor saya yang juga dapat kesempatan D4 tahun 2014. Untuk barang-barang lainnya ini, rencananya proyek sendiri saja. Sebagian jualan saya (biidznillah) akan saya <i>launching </i>di awal tahun nanti. Apaan sih? Rahasia lah... Tunggu saja tanggal mainnya. Yang ini mohon doanya juga ya... Setahun ke depan, mengoptimalkan <i>online shop. </i>Setahun berikutnya lagi targetnya sudah pada rencana toko <i>offline.</i> Oiya, yang ini <i>tagline</i>-nya...</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
"Kreatif, berdaya dan mandiri dengan bisnis sendiri!"</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Udah deh... sekian aja. Kira-kira, dari <i>tagline-tagline </i>yang tersebut di atas, bisa sedikit tergambar juga detail-detail target dan langkah-langkah pencapaiannya. Semoga bisa menginspirasi ya, Sobat blogger :)<br /><br />Ini rencanaku, apa rencanamu? :D</div>
<blockquote class="tr_bq">
<br /></blockquote>
Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-89331285754519930892013-10-23T23:51:00.001+07:002016-08-02T23:43:20.254+07:00Mata Ketiga Cinta<div style="background-color: white; color: #312c21; font-family: 'Patrick Hand', cursive; font-size: 16px; line-height: 25.59375px; text-align: justify;">
<div style="margin: 0px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpY0sTZLMj4IdxNzzQ9mXf11UpQX_WqZgVDc_yM5TlC_6uxi_PB3j7qahsBb-OqT8deiRh1hKLNSZQttrYcyZJ9VB3a-JZULKDPZEuEGplcJeAWgUbaUtfeCu-iKyyW96Gw49wFxGiMyPK/s1600/Mata_Ketiga_Cinta.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpY0sTZLMj4IdxNzzQ9mXf11UpQX_WqZgVDc_yM5TlC_6uxi_PB3j7qahsBb-OqT8deiRh1hKLNSZQttrYcyZJ9VB3a-JZULKDPZEuEGplcJeAWgUbaUtfeCu-iKyyW96Gw49wFxGiMyPK/s1600/Mata_Ketiga_Cinta.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Judul</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : Mata Ketiga Cinta</span><br />
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">No. ISBN</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : 978-602-9055-12-2</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; color: #312c21; font-family: 'Patrick Hand', cursive; font-size: 16px; line-height: 25.59375px; text-align: justify;">
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penulis</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : Helvy Tiana Rosa</span></div>
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penerbit</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : Asma Nadia Publishing House</span></div>
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tanggal terbit : 2012</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; color: #312c21; font-size: 16px; line-height: 25.59375px; text-align: justify;">
<div style="margin: 0px;">
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive; margin: 0px;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Halaman : 96</span></div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive; margin: 0px;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0px;">
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">***<br /></span></div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Saya jatuh cinta! Yup, buku ini membuat saya <i>absolutely</i> <i>falling in love.</i> Sudah agak lama sebenarnya saya ingin membaca buku ini, tetapi karena belum sempat membeli, maka ketika ada teman yang bersedia meminjamkan, saya pun dengan senang hati membawanya pulang. Untuk dibaca tentu saja. Buku yang hanya setebal 96 halaman ini saya baca sepanjang perjalanan pulang kantor dengan kereta. Sepanjang Stasiun Juanda sampai rumah saya di daerah Depok, habislah buku cantik ini saya nikmati. Ya, saya benar-benar menikmati membaca buku ini. Bagi Anda yang sudah sering naik komuter line di jam pulang kantor, bisa membayangkan dong bagaimana ramai dan melelahkannya bahkan untuk sekedar berdiri. Tapi dengan buku ini sebagai teman, perjalanan yang biasanya melelahkan sama sekali tidak terasa. Naik kereta, baca sambil berdiri, tahu-tahu sudah sampai di stasiun tujuan. Dan bukunya belum tamat! Padahal kan tidak sampai seratus halaman?!<br /><br />Tentu saja, saking menikmatinya, satu halaman sampai saya baca berulang-ulang. Mirip ABG yang dapat surat cinta dari orang yang ditaksir, lalu dibaca terus-terusan sampai lecek. Haha... Tapi saya bacanya ga sampai lecek lho ya... Secara, pinjem gitu... </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Akhirnya saya memutuskan untuk membeli sendiri buku ini, sayang kalau sampai tidak punya buku sebagus ini! Kalau punya sendiri kan saya bisa baca berulang-ulang, hehe :D<br /><br />Lalu, kenapakah saya sampai jatuh cinta sedemikian rupa pada buku ini? Baca saja sendiri puisi-puisinya Mba Helvy Tiana Rosa ini. Untaian katanya begitu hidup. Biarpun kata-kata yang digunakan sederhana, tapi saya merasa maknanya begitu dalam. Ada juga beberapa puisi yang saya sendiri tidak bisa menginterpretasikan maknanya sesuai dengan versi saya. Tapi toh hal itu tidak mengurangi kenikmatan saya membaca bait demi bait puisinya.<br /><br />Saya ambilkan satu bait dari salah satu puisinya:</span></div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Ketika wajahmu tak lagi menampakkan</i> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">kening, mata, hidung, dan mulut</i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">apakah yang masih bisa kukecup?</i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">:doa</i></blockquote>
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br />Membaca ini membuat saya merinding, betapa indahnya seseorang yang mampu mengecup doa. Membayangkan bagaimana proses mengecup doa, di tengah-tengah kerinduan.</span><div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
</div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Atau yang ini...<br /><i><br /></i></span></div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
</div>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>Aku mencintaimu sejak waktu, sejak bumi, sejak sukma, sejak bayi</i></span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Aku mencintaimu sampai laut, sampai langit, sampai darah, sampai mati</i></blockquote>
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br />Mencintainya seperti apa coba? Kesannya, cintaaaaaaa bangeeeettt gitu ya? Tapi diungkapkan dengan sesuatu yang tak biasa. Dan di situlah letak keindahannya.<br /><br />Juga yang paling saya favoritkan, judulnya "Sajak Februari"</span><blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Seperti gelombang yang setia pada lautan</i></span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Aku telah lama kau campakkan</i></span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>ke pantai paling rindu itu</i></span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>tapi sebagai ombak aku memang harus kembali</i></span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>meski dengan luka yang paling badai</i></span></blockquote>
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Membayangkan luka yang paling badai itu kayaknya sakiiiiiiitttttttt sekali :(<br />Ya, tiap halamannya membuat saya berhenti sejenak, meresapi keindahan katanya dan mencari-cari apa sebenarnya maksud puisi ini. Saya seolah membaca karya-karya sastra sekelas milik Hamka. Penuh makna, dan ketulusan hati. Karya yang ditulis dengan perenungan mendalam yang mengikutsertakan hati, tentu saja akan sampai ke hati juga dan membuat pembacanya ikut merenungkan. Tidak sabar menunggu puisi-puisi Mba HTR yang berikutnya :)<br /><br />Lima bintang untuk buku kumpulan puisi ini!!!!!</span><br />
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
</div>
</div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
</div>
</div>
</div>
Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-74818138660625998622013-10-17T20:22:00.002+07:002016-08-02T23:48:41.989+07:00Catatan Hati Ibunda<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXNwgdt2LgfzE3bdFS4m7FPcT2zRTpbGSfOOsysEw3mLKcUtkhDWGh4ofnKaU6S_Q7Myl9wtXy5Bcq4O5OrAr_9YHeCZKVdtKhqp_I38vuDYgUaLesaeubTG2K6fiWzbf8sKQ7_pLwrwGl/s1600/catatan+hati+ibunda.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXNwgdt2LgfzE3bdFS4m7FPcT2zRTpbGSfOOsysEw3mLKcUtkhDWGh4ofnKaU6S_Q7Myl9wtXy5Bcq4O5OrAr_9YHeCZKVdtKhqp_I38vuDYgUaLesaeubTG2K6fiWzbf8sKQ7_pLwrwGl/s1600/catatan+hati+ibunda.jpg" /></a></div>
<br />
<div style="background-color: white; color: #312c21; font-family: 'Patrick Hand', cursive; font-size: 16px; line-height: 25.59375px; text-align: justify;">
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Judul</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : Catatan Hati Ibunda </span></div>
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">No. ISBN</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : 978-602-9055-19-1</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; color: #312c21; font-family: 'Patrick Hand', cursive; font-size: 16px; line-height: 25.59375px; text-align: justify;">
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penulis</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : Asma Nadia, dkk</span></div>
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penerbit</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : Asma Nadia Publishing House</span></div>
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tanggal terbit : 2013 </span></div>
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #312c21; font-size: 16px; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25.59375px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive; font-style: normal; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Halaman : 293</span></div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive; font-style: normal; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive; font-style: normal; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">***<br /><br />Buku ini sengaja saya beli dalam rangka persiapan belajar menjadi seorang ibu, dalam rangka #31hariberbagibacaan juga sih... Dua tahun lebih pernikahan saya dan suami, sampai saat ini kami belum dikarunia bayi kecil yang suara tawa-teriakan-tangisannya memenuhi penjuru rumah. Jadi, saya pikir ada baiknya memulai banyak belajar sebagai persiapan menjadi orang tua sebelum yang dinanti-nanti tiba :)<br /><br />Dulu sebelum tahu dan merencanakan akan menikah pun, saya memulai banyak membaca buku-buku pernikahan, tentang kehidupan rumah tangga, dan sejenisnya -yang beberapa di antaranya ditulis oleh Asma Nadia. Barulah ketika persiapan saya sudah cukup memadai, Allah memercayakan kepada saya untuk menjadi seorang istri. Tiba-tiba saja si calon suami datang tak dijemput pulang tak diantar, hehe.... Berharap dengan persiapan yang matang pula, nanti Allah juga mempercayai saya untuk menjadi seorang ibu.<br /><br />Buku ini, memenuhi ekspektasi saya atasnya. Tujuan saya membeli buku ini karena memang ingin mengetahui gambaran menjadi seorang ibu. Dan saya sukses dibuat terharu-menangis-dan tertawa oleh buku ini! Bener-bener catatan hati para ibu deh...</span></div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive; font-style: normal; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Ada cerita para ibu saat anak tercinta sakit, ada pula cerita mengenai perjuangan melahirkan bayi yang dinanti, cerita saat si ibu sedang kelelahan tapi si anak menguji emosi, jauh dari anak, ibu yang <i>single parent, </i></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">sampai kisah ibu yang kehilangan buah hati. Entah saya yang terlalu cengeng atau kebanyakan kisahnya yang memang mengharukan, berderai-derailah air mata saya seperti hujan yang tumpah dari langit. *lebay.com. Kapan sih saya nggak menangis kalo lagi baca buku? Jarang kayaknya! Tapi yang membuat berbeda adalah, kalo biasanya nangis hanya di satu atau beberapa bagian, buku ini membuat tangis haru saya hampir nggak berhenti di setiap bab baru. Dari 19 kisah, mungkin 3 atau 4 kisah yang tidak berhasil membuat saya menangis.</span></div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Cerita yang paling membuat saya penasaran adalah kisahnya Mba Sinta Yudisia. Kenapa? Karena judulnya "Demonstran!" Apa hubungannya coba? Anak dengan demonstran? Coba baca bagian ini...</span></div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
</div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
</div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
</div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
</div>
</div>
<blockquote class="tr_bq" style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">... Jangan berharap mereka akan senantiasa menurut, patuh, dan taat pada setiap perintah yang kita ucapkan. Mereka dan kita adalah pribadi yang berbeda. Lazimnya sebuah pemerintahan yang otoriter, akan lahir para demonstran yang menyerukan keadilan. Bersuara lantang memprotes kebijakan yang dianggap berat sebelah.</span></blockquote>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
Deg! Huahahahahahaha... *ketawa guling-guling. Terbayang para balita demo bawa papan yang isinya penuh dengan kalimat protes.</div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
Dibandingkan dengan buku keroyokan lainnya, buku ini bisa dibilang lebih menyenangkan. Perbedaan gaya bahasa antara penulis yang satu dengan yang lainnya tidak terlalu mencolok sehingga pembaca bisa sangat menikmati lembar demi lembar cerita dalam buku ini. Bahasa cukup ringan dan mengalir. Layout yang cantik dan tidak terlalu padat membuat saya mampu menghabiskan buku ini dengan kilat.</div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
Namun dari berbagai kelebihannya ada beberapa bagian kisah dalam buku ini yang membuat saya berusaha keras untuk menemukan sisi menariknya, mungkin karena bahasa yang digunakan oleh beberapa penulis kurang hidup.</div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
Overall, empat dari lima bintang untuk buku ini. Kisah penutupnya itu lho... Terlalu indah untuk dikenang. Baca deh! </div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
:-) </div>
<div style="font-family: 'Patrick Hand', cursive;">
<br /></div>
</div>
</div>
Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-84117740068671614042013-10-11T22:25:00.000+07:002016-08-02T23:43:20.251+07:00Rumah Tanpa Jendela<span style="background-color: white; color: #312c21; font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 25.59375px; text-align: justify;">Hari Ahad lalu saya melihat salah satu channel televisi swasta menayangkan tentang kehidupan muslim Rohingnya yang dimusuhi karena iman mereka. Akibatnya sampai saat ini mereka masih hidup di pengungsian yang tidak bisa dikatakan layak untuk ditinggali, dan mereka hidup di sana sudah lebih dari satu tahun!</span><br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: medium; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;">
<div style="background-color: white; color: #312c21; font-family: 'Patrick Hand', cursive; font-size: 16px; line-height: 25.59375px; text-align: justify;">
<div style="font-style: normal; margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br />Seperti yang sudah-sudah, saya mewek-mewek sendiri hampir sepanjang acara. Langsung bersyukur sesyukur-syukurnya, keluarga kecil saya sudah tinggal di rumah sendiri walau produk BTN alias Beli Tapi Nyicil :p Dan menyesalnya, kenapa kemarin-kemarin saya masih sempat mengeluh banyak tentang rumah yang ditempati saat ini. Semoga saja keluhan-keluhan kemarin itu tidak dicatat malaikat sebagai perbuatan kufur nikmat, melainkan unsur khilaf saja.</span></div>
<div style="font-style: normal; margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Gegara itulah saya jadi punya ide untuk tema #31hariberbagibacaan, </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">mengubek-ubek </i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">rak buku dan ketemulah...... Taraaaaaa..... buku ini :D</span></div>
<div style="font-style: normal; margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3d1LpNHsUzAuJy-8P7mtjtvxRYZHMbBnBUoKe_cRH1-llJATauxb7DJtk3zRgfUzZW_AYiQya0k4yxG8PKjTPRb18ek4BKdqAvmWdHEH12XJUHSKkAAyOxxA1NkAtEeqHQF7UqPm2nX7b/s1600/rumah_tanpa_jendela.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3d1LpNHsUzAuJy-8P7mtjtvxRYZHMbBnBUoKe_cRH1-llJATauxb7DJtk3zRgfUzZW_AYiQya0k4yxG8PKjTPRb18ek4BKdqAvmWdHEH12XJUHSKkAAyOxxA1NkAtEeqHQF7UqPm2nX7b/s320/rumah_tanpa_jendela.jpg" width="226" /></a></div>
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div>
<div style="font-style: normal; margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Judul</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : Rumah Tanpa Jendela (Novel)</span></div>
<div style="font-style: normal; margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">No. ISBN</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : 978-979-709-546-8</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; color: #312c21; font-family: 'Patrick Hand', cursive; font-size: 16px; font-style: normal; line-height: 25.59375px; text-align: justify;">
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penulis</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : Asma Nadia</span></div>
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penerbit</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : Kompas</span></div>
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tanggal terbit : 2011 </span></div>
</div>
<div style="background-color: white; color: #312c21; font-family: 'Patrick Hand', cursive; font-size: 16px; font-style: normal; line-height: 25.59375px; text-align: justify;">
<div style="margin: 0px;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Halaman : 180</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; color: #312c21; font-size: 16px; line-height: 25.59375px; text-align: justify;">
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br />Yang akan saya resensikan kali ini hanya novelnya saja ya, skenarionya tidak. Karena dari pertama beli tahun 2011 lalu sampai dengan sekarang, saya memang tidak hendak berencana membaca skenarionya. Naskah skenarionya ikutan dibeli hanya karena satu paket dengan novelnya saja.<br /><br />Untuk membaca novel ini sampai habis, saya membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama. Hampir semalaman. Hampir semua buku-buku Asma Nadia yang saya baca mampu membuat mata saya menganak-sungai. Hiks...<br /><br />Rara, alkisah adalah seorang bocah perempuan piatu penghuni sebuah rumah tak berjendela di perkampungan kumuh di pinggiran Jakarta. Mimpinya sederhana, ia ingin memiliki jendela untuk rumah tripleksnya. Satu saja, agar dari dalam rumah bisa dilihatnya keindahan bulan tiap malam... atau kupu-kupu dan yang beterbangan di siang harinya, dan juga untuk melihat ramainya rintik hujan dari dalam rumahnya.<br /><br />Dalam novel ini dibahas keseharian Rara bersama teman-temannya di perkampungan kumuh tersebut. Keluguan mereka, karakter-karakter mereka yang unik dan sering membuat saya tertawa di kala membaca, salah satunya Akbar yang gagap sehingga teman-temannya suka menjahili.<br /><br />Pertemuan anak-anak kampung kumuh dengan Aldo dan keluarganya. Aldo, adalah seorang penderita <i>down syndrome </i>yang lahir di tengah keluarga kaya. Kehidupan mereka yang diwarnai oleh Bu Alia di rumah baca. Sungguh-sungguh kisah yang sangat menyentuh. <br /><br />Dari kesemuanya, ada dua bagian di novel ini yang membuat isak saya makin menjadi. Yang pertama adalah ketika Bapak Rara berhasil membeli kusen jendela bekas. <i>Subhanallah, </i>merinding rasanya. Cinta yang begitu besar dari orang tua untuk anaknya. Bagaimanapun susah-payahnya, orang tua pasti akan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya, termasuk mewujudkan impian sang anak meski harus membanting tulang. Lalu yang kedua, bagian setelah itu. Saat Bapak Rara pulang membawa kusen jendela bekas di tangannya dan menemukan rumahnya dikepung oleh si jago merah bersamaan dengan rumah-rumah lain di perkampungan itu. Dengan heroiknya, sang bapak menerobos kobaran api demi menyelamatkan keluarganya. Saya benar-benar terharu. Mengingat sewaktu masih menjadi mahasiswa dulu sering bermain ke perkampungan kumuh dekat kampus. Kebanyakan saya dapati anak-anak kecil yang tidak dididik orang tuanya dengan baik, anak-anak polos yang kentara sekali kalau kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Seringkali mereka memeragakan cara orang tua mereka memperlakukan mereka kepada teman-teman mereka. Yang orang tuanya biasa marah-marah dengan berkata kasar, maka anak-anaknya dengan mudah membentak temannya dengan kata-kata kasar yang bahkan mereka sendiri tidak tau apa itu artinya. Yang orang tuanya biasa "menggerakan tangan" dengan ringan untuk menyampaikan sesuatu pada anak-anaknya, maka anak-anaknya pun suka main tangan. Salah sedikit saja berimbas pada bunyi "plak!". Ah, andai tiap orang tua di sana punya jiwa kasih sayang seperti Bapaknya Rara.</span></div>
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Di tengah cerita, saya merasa terganggu dengan cerita antara Bu Alia dengan Kak Adam dan Andini dengan pacarnya Billy. Pengennya saya skip saja dari buku ini, hehe. Hal lain yang menjadi catatan saya untuk buku ini adalah ekspektasi saya yang cukup besar pada bagian penutup tidak terjadi. Kisah Aldo dan keluarganya yang kaya cukup mudah ditebak kelanjutannya. Buat saya sebagai pembaca, kisah keluarga Aldo ini sering berulang dalam cerita-cerita televisi seperti sinetron. Meski begitu, saya berpikir bagian ini tidak harus dihilangkan, saya hanya berharap mendapatkan sesuatu yang lain entah dari cara atau bahasa penulis menceritakannya. </span></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Di luar kisah itu, yang saya tidak habis pikir, bagaimana proses kreatif Asma Nadia dalam menangkap hal yang sederhana lalu mampu mengolahnya menjadi karya indah. Tidak banyak orang yang berpikir bahwa jendela bisa dijadikan sebuah cerita, apalagi cerita yang menginspirasi. Tapi lain halnya dengan penulis satu ini, dari sebuah jendela milik Asma Nadia, kita mampu menangkap berbagai hikmah.</span></div>
<div style="margin: 0px;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Setelah panjang lebar, akhirnya saya harus kembali mengaku pada realita, bahwa berkomentar sangatlah mudah, dan tidak mudah membuat kisah inspiratif yang semacam ini. Membuat kita berpikir dan ingin selalu mendekat kepada-Nya. Simaklah <i>quote</i> indah yang menutup kisah ini. Nasihat seorang ibu kepada anaknya.</span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Allah pasti mengabulkan setiap doa, Ra. Tapi kadang ada doa-doa lebih penting yang harus didahulukan.</span></blockquote>
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Empat dari lima bintang saya persembahkan untuk novel ini. </span></div>
</div>
</div>
Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7252389593681984896.post-3546568719125666192013-10-08T22:36:00.001+07:002016-08-02T23:43:20.241+07:00Spiritual Reading, Hidup Lebih Bermakna dengan Membaca<div style="background-color: white; color: #312c21; font-family: 'Patrick Hand', cursive; font-size: 16px; line-height: 25.59375px; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHz-p3iy_5llkmSdb6h7oQGlNuRvRdjjGL_7hpMRYAmw4RNXxDTCdn9xj-e4cKuegqYmh5yJBoOYNK3zbwVcFTQysNzdxiK1M5stFjIrpTmy1fwJnHbuh2w_LO_JKiSZJhqimx6d1wbAjJ/s1600/spiritual+reading.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHz-p3iy_5llkmSdb6h7oQGlNuRvRdjjGL_7hpMRYAmw4RNXxDTCdn9xj-e4cKuegqYmh5yJBoOYNK3zbwVcFTQysNzdxiK1M5stFjIrpTmy1fwJnHbuh2w_LO_JKiSZJhqimx6d1wbAjJ/s1600/spiritual+reading.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /><br />Judul</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : Spiritual Reading, Hidup Lebih Bermakna dengan Membaca</span></div>
<div style="background-color: white; color: #312c21; font-family: 'Patrick Hand', cursive; font-size: 16px; line-height: 25.59375px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">No. ISBN</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : 978-979-3653-39-6</span></div>
<div style="background-color: white; color: #312c21; font-family: 'Patrick Hand', cursive; font-size: 16px; line-height: 25.59375px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penulis</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : Dr. Raghib As Sirjani & Amir Al Madari</span><br />
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penerjemah : H. Sarwedi MA Hasibuan, Lc<br />Penerbit</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> : Aqwam</span><br />
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tanggal terbit : Mei-2007 (Cetakan II) </span></div>
<div style="background-color: white; color: #312c21; font-family: 'Patrick Hand', cursive; font-size: 16px; line-height: 25.59375px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Halaman : 207</span></div>
<div style="background-color: white; color: #312c21; font-size: 16px; line-height: 25.59375px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br />***<br /><br />Sewaktu bingung mencari-cari buku apa yang mau saya resensi, holaaa... ketemulah buku yang satu ini. Buku favorit saya dari zaman dahulu kala. Senangnya... bisa bernostalgia dengan buku yang satu ini :)<br /><br />Buku ini tidak sengaja saya temukan pas <i>event </i>pameran buku Islam terbesar, Islamic Book Fair! Kalau saya tidak salah ketemunya pas IBF 2008 di mana pada tahun itu saya untuk kali kedua datang memborong buku di IBF.<br /><br />Begitu selesai membaca buku ini, saya berasa seperti orang miskin level 10 yang tiba-tiba menemukan gunungan harta karun yang melimpah ruah dan tersembunyi dari penglihatan banyak orang! *lebaydotcom. Sebenarnya memang nggak ada salahnya ungkapan yang saya sampaikan itu. Pasalnya, saya membeli buku ini dengan harga tidak lebih dari 20k (cuma belasan ribu rupiah!) tetapi yang saya dapatkan banyaaaaaaakkkk buangeeeetttttt.<br /><br />Secara umum isinya sesuai dengan judulnya, yakni tentang membaca. Yang berbeda, buku ini membahas secara detail segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan membaca, namun dengan sudut pandang seorang muslim. Di toko buku, biasanya saya temukan buku dengan tema seperti ini banyak didominasi oleh penulis-penulis dari Barat. Kalaupun ada penulis dari Indonesia yang menulis tema ini pun, -yang saya tahu sejauh ini- tulisannya kurang nendang. Buku ini, biarpun yang nulis dari luar juga alias buku terjemahan, mengusung cita rasa yang cocok untuk dikonsumsi muslim Indonesia. Recommended lah pokoknya...<br /><br />Mulai dari mengapa kita harus membaca, mengatasi kebosanan saat membaca, menentukan prioritas bacaan, sampai tips-tips membaca yang efektif, semuanya dikupas tuntas-tas-tas-tas oleh penulis dalam buku tipis yang padat gizi ini. Apalagi diselipkan pula kisah-kisah salafus shalih yang cinta sampai mati terhadap ilmu dan buku, seperti kisah Al Hasan Al Lu'lu'i yang selama 40 tahun tak pernah istirahat siang, tidur malam ataupun berbaring melainkan terdapat buku di atas dadanya atau Ibnul Jahm yang mengusir kantuk dengan membaca buku. Kalo kita mah kebalikannya... Mengundang kantuk dengan membaca buku. (Kita? Saya aja kali ya? *sebelum datang gelombang protes dari yang baca).<br /><br />Kekurangan buku ini apa? Kekurangannya adalah, saya sulit sekali menemukan kekurangannya! Mungkin di sini ada sedikit kebenaran dari kata-kata orang bahwa cinta itu membutakan. Saya sudah terlanjur cinta buku ini, jadi saya tidak melihat adanya kekurangan pada buku ini. Tetapi bagaimanapun, bacaan itu adalah soal selera. Kalau tidak selera, ya bisa saja buku ini tidak menarik untuk dibaca. Seperti saya yang suka membatin 1-2 tahun sebelum menemukan buku ini, kenapa sih orang perlu membaca buku tentang "membaca". Bukankah tinggal dibaca saja? Hehe...<br /><br />Sebagai penutup resensi saya kali ini, saya ambilkan secuil syair dari buku ini yang dibuat oleh salah seorang salafus shalih pecinta buku dan ilmu:<br /><br /><i>Sebaik-baik kekasih dan teman adalah buku<br />Engkau bisa berduaan dengannya saat semua kawan mengkhianati<br />Ia takkan membongkar rahasiamu, tak pula menjelek-jelekkanmu<br />Yang kau dapat darinya hanyalah kebijaksanaan dan kebenaran<br /><br />*</i>)Ini kalo kita pilih buku yang benar yaaa... karena saat ini setiap orang sudah bisa menerbitkan buku sendiri dengan mudahnya<br /><br />Oiya, saya jadi ingat satu hal yang mungkin jadi kekurangan buku ini. Sebagaimana buku terjemahan kebanyakan, kalau ada puisi atau syair yang memiliki rima di buku aslinya, maka puisi atau syair yang diterjemahkan biasanya tidak seindah aslinya. Tapi, kesimpulan ini masih berupa kemungkinan lho yaa... Maka dari itu, boleh dong kalau saya beri bintang 5 -dari 5 bintang- untuk buku ini :)</span></div>
Reny Henriyanihttp://www.blogger.com/profile/05551556001955022093noreply@blogger.com9