Pages

Tuesday, September 13, 2016

The Gogons: James & The Incredible Incidents


Judul                       : The Gogons, James & The Incredible Incidents
No. ISBN                 : 979-22-1977-3
Penulis                     : Tere Liye
Penerbit                  : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit           : 2006 
Halaman                  : 287 

***
Holaaaaaa, i'm coming back! Kali ini saya mau meresensi buku pertama dari salah satu novel berserinya Tere Liye, The Gogons: James & The Incredible Incidents. Tidak seperti buku-buku Tere Liye lainnya yang membanjiri toko buku karena selalu cetak ulang, buku ini mungkin hanya satu kali cetak karena sudah tidak beredar lagi di toko buku manapun. Kalau mau baca mungkin bisa cari second-nya atau seperti saya, yang baca karena pinjam, hehehe :D 

Buku ini bergenre novel metropop. Secara sederhana, novel metropop adalah novel-novel bertema kehidupan masyarakat urban atau masyarakat kota besar. Kalau pada suka baca novel chicklit, novel metropop ini bisa dibilang masih tetanggaan dengan chicklit. Bedanya, chicklit ditulis oleh penulis asing, sedangkan metropop ditulis oleh penulis lokal. Saya pribadi termasuk jarang baca novel jenis begini, baik chicklit maupun metropop. Faktor apalagi yang membuat saya membaca novel beginian kalau bukan karena penulisnyaaa, hahayyy :D Yes, saya memang doyan banget baca novel-novelnya Tere Liye. Alasan saya suka banget sama novel Tere Liye adalah karena di setiap novel yang ditulisnya pasti ada minimal satu prinsip atau satu makna yang ingin ditanamkan Tere Liye kepada pembacanya. 

Okeee, langsung aja kita bedah-bedah novel ini yaaaa. Awalnya saya bingung ngapalin tokohnya yang lumayan banyak. Padahal kan ngga wajib dihapal yak?!
Mereka awalnya berenam! Dipertemukan tak sengaja oleh takdir huruf pertama. Bertabiat laksana bumi dan langit. Berperangai bagai saputan pelangi. Bersahabat sejak sekujur tubuh kotor bau keringat, digebuki senior kampus kala Ospek enam tahun silam.
Ada James (tentu!), Ari, Azhar, Adi, Diar, dan Dito. Aslinya nama mereka semua berawalan A. Mereka menamai diri mereka The Gogons. Keseluruhan cerita menggambarkan persahabatan The Gogons dengan masalah mereka masing-masing. Masalah yang bisa dibilang tidak biasa. 

Bermula dari mimpi samar James dalam tidurnya berlanjut dengan kebahagiaan The Gogons atas pernikahan salah satu anggota geng mereka, Adi dengan Made. Kekompakan dan keseruan persahabatan ala The Gogons pun mewarnai kisah mereka. Sampai suatu ketika, James yang playboy tak sengaja bertemu dengan teman masa kecilnya. Setelah itu kejadian demi kejadian tak mengenakkan menimpa The Gogons. Diar dengan goresan luka masa lalu dan kesukaannya pada yang manis-manis yang ternyata kemudian membawanya pergi dari The Gogons. Dito, anak Betawi yang jatuh cinta pada Savanna, gadis bule asal Australia. Cinta yang sedemikian besar terhadap Savanna membuatnya melupakan teman-temannya dan membuatnya terpenjara. Azhar yang akhirnya mengungkapkan cintanya pada Dahlia setelah kejadian yang hampir merenggut nyawanya. Adi yang ternyata diam-diam memiliki masalah serius dengan pernikahannya. Tak terkecuali Ari yang ternyata merasa sangat terpukul dengan semua rentetan kejadian yang menimpa The Gogons hingga mengalami hal yang tidak pernah mereka bayangkan. Serta James yang resah hingga memutuskan mencari jejak teman masa kecilnya. Uniknya masalah yang menimpa The Gogons ini saling berkaitan satu sama lain, mengantarkan mereka pada jalan yang selama ini dicari James.

Membaca halaman demi halaman novel ini membuat saya deg-degan sendiri saking luar biasanya masalah-masalah The Gogons. Genre novel metropop yang identik dengan cerita yang ringan, tidak berlaku untuk novel satu ini. Kisah persahabatan The Gogons sangat menyentuh. Bahasa yang dipakai Tere Liye membuat saya ikut berada di antara keseharian The Gogons. Celetukan, candaan, dan kekonyolan yang khas Sahabat banget. Jadi membuat saya ingin bertemu dengan sahabat-sahabat sekolah saya dulu :D 

Namun tidak hanya kekonyolan dan keseruan khas Sahabat yang dibahas di sini, ada juga banyak kesedihan yang diceritakan. Yang paling menyedihkan dan tidak terduga adalah perginya salah satu anggota The Gogons. Pikiran saya yang mainstream mengatakan bahwa The Gogons pasti masih akan lengkap berenam sampai akhir seri berikutnya, ternyata tidak demikian. Hiks....

Oiya, bicara tentang makna yang ingin ditanamkan Tere Liye, saya menemukannya di bagian ini.

Pernahkah ada yang bilang kepada kalian bahwa hidup di dunia ini tidak ada yang tidak penting -sekecil apapun kejadian itu? Semua kejadian yang ada membentuk rantai penjelasan yang melingkar, saling melilit. Sayangnya kita baru tahu dan menyadarinya setelah semuanya selesai dan sempurna membentuk lingkaran tersebut. Atau bahkan kita sama sekali tidak mengerti penjelasannya, meskipun keseluruhan kejadian tersebut sudah terangkai lengkap. -hal.50 
Pas banget dengan apa yang sedang saya rasakan pertama kali membaca novel ini. Kadang kita acuh dengan kejadian-kejadian kecil nan remeh, padahal bisa jadi kejadian tersebut menjadi salah satu alasan terjadinya kejadian yang besar dalam hidup kita. Hal tersebut dipertegas pada bagian ending-nya.
James menatap bingung. Ari persis menunjuk wajahnya. Ari menatap teramat dalam. Gerakan merontanya mendadak terhenti. Dia mencengkeram jeruji besi hingga tulang-tulang jemarinya kelihatan. Kemudian berbisik lemah sekali. "James! Lihatlah, demi masa lalumu, kami semua harus mengalami semua ini!" -hal. 285
Hayooo, penasaran ceritanya kan?

Dengan segala kelebihannya, pasti ada juga kekurangannya. Hal yang paling bikin saya males dengan novel ini sebenarnya kisah cinta Azhar-Dahlia yang drama banget seperti kisah cinta kebanyakan. Mungkin karena ekspektasi saya yang begitu tinggi kepada Tere Liye membuat saya berpikir harusnya ceritanya beda nih, hehehehe.... *dasar, pembaca tukang protes!* Tapi kekurangannya sedikit tertutupi dengan cara Tere Liye menggali emosi pembaca melalui dialog hati antara  Azhar dan Dahlia. 

Hal lain yang bikin nggak sreg adalah, "Bang Tere, kapan dimunculin lanjutannya???" Hehe, pengen baca lanjutannya nih. Tetapi nampaknya -menurut tebakan saya- Tere Liye tidak akan membuat lanjutannya sebelum merevisi seri pertama The Gogons. Pertanyaan berikutnya, apakah Tere Liye akan merevisi seri pertama The Gogons? Saya rasa tidak.

Overall, 
saya rasa novel ini cukup layak untuk dibaca. Kalau ada kesempatan membacanya, sok atuh dibaca :) Buku ini lumayan menghilangkan penat setelah lama berpikir di kantor maupun di sekolah. Empat dari lima bintang saya persembahkan untuk The Gogons: James & The Incredible Incidents. Sebelum membaca, saya ucapkan selamat penasaran dan selamat berburu bukunya! :D

Saturday, January 16, 2016

Tentang Pilihan Kata Kita

Belakangan ini saya belajar banyak sekali tentang bagaimana memilih kata...

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat posting di sini dan menuliskan bahwa jangan-jangan saya menulis di blog itu cuma sekali, yaitu tiap tahun baru. Dan -hampir- benarlah tulisan saya itu. Setahun kemarin hanya 2x menulis di blog. Itu pun tulisan yang menurut saya kurang bermutu.

Bulan lalu, saya juga sempat bercerita kepada salah seorang guru saya tentang mimpi punya karyawan. Saya khawatir tidak bisa membayar jika punya karyawan. Lalu perkataan saya diralat, "Coba ganti kalimatnya jadi begini : Saya khawatir rekening saya berlimpah untuk menggaji karyawan." Efeknya, memang beda! Selain itu saya juga sempat cerita dengan beliau tentang beberapa mimpi yang akhirnya jadi kenyataan padahal saya sudah lupa kalau saya pernah menuliskannya. Beliau pun bercerita hal yang sama, mimpi yang kemudian terwujud setelah beberapa tahun dituliskan dan tidak sengaja dilupakan.

Hari ini rupanya saya belajar lagi hal yang sama. Seharian ikut training dan mendapat cerita yang sama. Mimpi yang pernah dituliskan, kemudian terwujud di saat sudah sibuk berusaha sampai-sampai terlupa mimpinya.

Ya... kalau ada yang bilang bahwa kata-kata itu adalah doa, sangat benar menurut saya. Apa yang kita ucapkan, apa yang kita tuliskan itu adalah doa. Tanpa sadar, memori kita menyimpannya lalu pikiran, tangan, dan kaki kita diperintahnya memanggil sebab-sebab dikabulkannya doa yang tidak kita sadari itu. Tak lepas dari itu, campur tangan Allah pasti ada di sana. Allah mendengarkan doa kita, lewat kata. Kata yang kita ucap, juga kata yang kita tulis. Kemudian, Allah jadikan doa-tanpa-sadar-kita tadi sebagai hadiah tak terduga.

Hari ini, secara tak sengaja saya mengambil salah satu majalah koleksi saya secara acak. Majalah Tarbawi. Kangen sekali dengan majalah ini, sudah lama tidak terbit lagi. Temanya "Di Balik Kebiasaan Kita Memilih Kata".

Ada salah satu kisah yang diceritakan di situ...

Ketika istri Harun Arrasyid mengeluhkan bahwa suaminya nampak lebih menyayangi salah satu anaknya dibanding anaknya yang lain. Lalu untuk menjawab keluhan istrinya, Harun Arrasyid memanggil salah satu anaknya, Al Amin. Ketika Al Amin) datang, Harun Arrasyid menunjuk beberapa siwak -batang kecil yang sunnah dipakai membersihkan gigi- yang telah disiapkan sebelumnya sambil menanyakan, "Wahai Anakku, apakah ini?" Anaknya kemudian menjawab, 'Masawik' yang artinya adalah kata jamak dari kata siwak.
Setelah itu Harun Arrasyid memanggil anaknya yang lain, Al Ma'mun. Setelah sampai di depannya, ia pun menanyakan hal yang sama, "Wahai Anakku, apakah ini?" Maka Al Ma'mun menjawab, "Itu adalah lawan kata dari mahasinik, lawan dari kebaikan-kebaikan engkau."
Al Ma'mun tidak menjawab dengan kata 'masawik', karena selain berarti jamak dari kata siwak, masawik juga berarti 'keburukan-keburukanmu'.Al Ma'mun menjawab dengan sangat halus dan sopan, ia tidak mau memilih kata yang punya makna ganda dan tidak menyenangkan untuk didengar. Ia dengan cerdas berhasil menemukan kata tidak langsung dan menyusunnya di dalam kalimat yang halus,  "Itu adalah lawan kata dari mahasinik, lawan dari kebaikan-kebaikan engkau."
Melihat kejadian itu, istri Harun Arrasyid pun mengerti kenapa suaminya sangat menyayangi Al Ma'mun. 

Pilihan kata kita, seperti doa-tanpa-sadar yang kadang kita ungkap melalui ucapan ataupun tulisan. Pilihan kata yang baik, selain memberikan efek yang positif untuk yang mendengar juga memberikan efek yang positif untuk yang mengucap. Kalau dulu sempat heboh benar tidaknya penelitian Masaru Emoto tentang pengaruh kata-kata baik dan kata-kata buruk terhadap air (air digambarkan sebagai manusia karena 70% tubuh manusia terdiri dari air, lengkapnya silakan googling sendiri), meski saya tidak punya alasan yang bisa dibuktikan secara ilmiah tapi saya rasa penelitian itu bisa jadi ada benarnya. Kata-kata yang baik akan menarik dan mengumpulkan energi-energi positif di sekitarnya sehingga kata-kata baik yang kita gunakan tadi menjadi terwujud. Dan begitu pula sebaliknya, kata-kata buruk akan menarik dan mengumpulkan energi-energi negatif di sekitarnya dan membuat pilihan kata kita tadi juga terwujud meski sebenarnya hal itu sangat tidak kita inginkan.

Tidak percaya? Silakan coba saja, sebaiknya coba dengan kata-kata baik ya :D