Pages

Saturday, January 16, 2016

Tentang Pilihan Kata Kita

Belakangan ini saya belajar banyak sekali tentang bagaimana memilih kata...

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat posting di sini dan menuliskan bahwa jangan-jangan saya menulis di blog itu cuma sekali, yaitu tiap tahun baru. Dan -hampir- benarlah tulisan saya itu. Setahun kemarin hanya 2x menulis di blog. Itu pun tulisan yang menurut saya kurang bermutu.

Bulan lalu, saya juga sempat bercerita kepada salah seorang guru saya tentang mimpi punya karyawan. Saya khawatir tidak bisa membayar jika punya karyawan. Lalu perkataan saya diralat, "Coba ganti kalimatnya jadi begini : Saya khawatir rekening saya berlimpah untuk menggaji karyawan." Efeknya, memang beda! Selain itu saya juga sempat cerita dengan beliau tentang beberapa mimpi yang akhirnya jadi kenyataan padahal saya sudah lupa kalau saya pernah menuliskannya. Beliau pun bercerita hal yang sama, mimpi yang kemudian terwujud setelah beberapa tahun dituliskan dan tidak sengaja dilupakan.

Hari ini rupanya saya belajar lagi hal yang sama. Seharian ikut training dan mendapat cerita yang sama. Mimpi yang pernah dituliskan, kemudian terwujud di saat sudah sibuk berusaha sampai-sampai terlupa mimpinya.

Ya... kalau ada yang bilang bahwa kata-kata itu adalah doa, sangat benar menurut saya. Apa yang kita ucapkan, apa yang kita tuliskan itu adalah doa. Tanpa sadar, memori kita menyimpannya lalu pikiran, tangan, dan kaki kita diperintahnya memanggil sebab-sebab dikabulkannya doa yang tidak kita sadari itu. Tak lepas dari itu, campur tangan Allah pasti ada di sana. Allah mendengarkan doa kita, lewat kata. Kata yang kita ucap, juga kata yang kita tulis. Kemudian, Allah jadikan doa-tanpa-sadar-kita tadi sebagai hadiah tak terduga.

Hari ini, secara tak sengaja saya mengambil salah satu majalah koleksi saya secara acak. Majalah Tarbawi. Kangen sekali dengan majalah ini, sudah lama tidak terbit lagi. Temanya "Di Balik Kebiasaan Kita Memilih Kata".

Ada salah satu kisah yang diceritakan di situ...

Ketika istri Harun Arrasyid mengeluhkan bahwa suaminya nampak lebih menyayangi salah satu anaknya dibanding anaknya yang lain. Lalu untuk menjawab keluhan istrinya, Harun Arrasyid memanggil salah satu anaknya, Al Amin. Ketika Al Amin) datang, Harun Arrasyid menunjuk beberapa siwak -batang kecil yang sunnah dipakai membersihkan gigi- yang telah disiapkan sebelumnya sambil menanyakan, "Wahai Anakku, apakah ini?" Anaknya kemudian menjawab, 'Masawik' yang artinya adalah kata jamak dari kata siwak.
Setelah itu Harun Arrasyid memanggil anaknya yang lain, Al Ma'mun. Setelah sampai di depannya, ia pun menanyakan hal yang sama, "Wahai Anakku, apakah ini?" Maka Al Ma'mun menjawab, "Itu adalah lawan kata dari mahasinik, lawan dari kebaikan-kebaikan engkau."
Al Ma'mun tidak menjawab dengan kata 'masawik', karena selain berarti jamak dari kata siwak, masawik juga berarti 'keburukan-keburukanmu'.Al Ma'mun menjawab dengan sangat halus dan sopan, ia tidak mau memilih kata yang punya makna ganda dan tidak menyenangkan untuk didengar. Ia dengan cerdas berhasil menemukan kata tidak langsung dan menyusunnya di dalam kalimat yang halus,  "Itu adalah lawan kata dari mahasinik, lawan dari kebaikan-kebaikan engkau."
Melihat kejadian itu, istri Harun Arrasyid pun mengerti kenapa suaminya sangat menyayangi Al Ma'mun. 

Pilihan kata kita, seperti doa-tanpa-sadar yang kadang kita ungkap melalui ucapan ataupun tulisan. Pilihan kata yang baik, selain memberikan efek yang positif untuk yang mendengar juga memberikan efek yang positif untuk yang mengucap. Kalau dulu sempat heboh benar tidaknya penelitian Masaru Emoto tentang pengaruh kata-kata baik dan kata-kata buruk terhadap air (air digambarkan sebagai manusia karena 70% tubuh manusia terdiri dari air, lengkapnya silakan googling sendiri), meski saya tidak punya alasan yang bisa dibuktikan secara ilmiah tapi saya rasa penelitian itu bisa jadi ada benarnya. Kata-kata yang baik akan menarik dan mengumpulkan energi-energi positif di sekitarnya sehingga kata-kata baik yang kita gunakan tadi menjadi terwujud. Dan begitu pula sebaliknya, kata-kata buruk akan menarik dan mengumpulkan energi-energi negatif di sekitarnya dan membuat pilihan kata kita tadi juga terwujud meski sebenarnya hal itu sangat tidak kita inginkan.

Tidak percaya? Silakan coba saja, sebaiknya coba dengan kata-kata baik ya :D

2 comments:

  1. Masyaa Allah, baru denger kisahnya.
    Nice sharing mbak Ren :D

    ReplyDelete
  2. Makanya Nabi Muhammad senantiasa mengajarkan untuk selalu berkata baik dan sopan. Jika tidak bisa berkata baik ,lebih baik diam.

    ReplyDelete