Terlalu banyak merasa kadang bisa menyusahkan diri kita sendiri. Tetapi menjadi perasa tetaplah diperlukan untuk membedakan kita sebagai manusia dengan makhluk lainnya. Bisa merasa, adalah anugerah terbesar yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan pada diri kita. Mudah merasa, adalah sebuah pertanda bahwa sebenarnya hati kita masih memiliki cahaya. Tidak padam, gelap, dan menghitam, yang lama kelamaan beku-membatu-lalu mati. Untuk itu, yang kita butuhkan adalah kemampuan mengelola rasa. Agar rasa itu sendiri tak terlalu menyulitkan kita atau membuat kita berpikir lebih baik tidak merasa.
Salah satu rasa yang suka mengganggu adalah terlalu merasa bersalah. Rasa yang sering muncul ketika tidak bisa memenuhi ekspektasi dari orang lain. Ketika melakukan beberapa kesalahan kecil yang seolah tampak besar dan tentu saja ketika melakukan kesalahan besar itu sendiri. Atau rasa yang sesekali muncul apabila kesempatan yang ada terluput dari hadapan, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Sehingga terucaplah kata-kata "seandainya-kalau saja-apabila-seharusnya-andaikata-dan kawan-kawannya". Padahal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
“Bersemangatlah
untuk meraih segala hal yang bermanfaat bagimu. Mintalah pertolongan
Alloh dan jangan lemah. Apabila engkau tertimpa sesuatu (yang tidak
menyenangkan) janganlah berkata, ‘Seandainya aku dulu berbuat begini
niscaya akan menjadi begini dan begitu’ Akan tetapi katakanlah,
‘Qaddarallahu wa maa syaa’a fa’ala, Allah telah menakdirkan, terserah
apa yang diputuskan-Nya’. Karena perkataan seandainya dapat membuka
celah perbuatan syaitan.” (HR. Muslim)
Kalau sudah dilanda galau -kata anak muda zaman sekarang- karena terlalu merasa bersalah, maka ini dia racikan penawar yang biasanya saya konsumsi, siapa tahu bisa dipraktikkan:
Pertama, berhenti dari segala aktifitas untuk sejenak.
Kalau masih dipaksain beraktifitas juga biasanya malah jadi merasa serba salah. Oleh karena itu, sebaiknya berhenti beraktifitas dan memberikan waktu sebentar untuk berdamai dengan perasaan sendiri.
Kedua, tilawah Quran.
Kalau pas lagi bawa Al Quran terjemahan, usahakan baca terjemahannya juga. Satu atau dua halaman cukup untuk sedikit menenangkan hati, tapi semakin banyak bacanya insyaAllah hati jadi semakin tenang insyaAllah. Bukankah Allah sendiri yang bilang, dengan banyak mengingat Allah hati akan menjadi tenang? Siapa tahu juga dari ayat-ayat yang kita baca itulah, Allah memberikan petunjuk-Nya. Dan hal inilah yang sering terjadi pada saya. Kalau tidak ada Al Quran terjemah? Tetap baca saja Al Qurannya! InsyaAllah bacaan tersebut akan tetap memberikan pengaruh yang baik pada kita, asal dijaga adab-adab dalam membacanya.
Ketiga, pejamkan mata, tarik nafas dalam-dalam dan mendengar lagunya Edcoustic yang judulnya "Menjadi Dirimu" untuk mengembalikan kepercayaan diri dan optimistis (emang siapa yang minjem yak? :p)
Ini nih liriknya...
Tak seperti bintang di langit
Tak seperti indah pelangi
Karena diriku bukanlah mereka
Ku apa adanya
Wajahku kan memang begini
Sikapku jelas tak sempurna
Kuakui kubukanlah mereka
Ku apa adanya
Menjadi diriku dengan segala kekurangan
Menjadi diriku atas kelebihanku
Terimalah aku seperti apa adanya
Aku hanya insan biasa
Tak mungkin sempurna
Tetap kubangga atas apa yang kupunya
Setiap waktu kunikmati
Anugerah hidup yang kumiliki
Untuk saya pribadi, lirik lagu ini ngena banget makanya lagu ini masuk dalam jajaran lagu favorit versi saya, hehe :D. Ada energi tersendiri di dalam liriknya yang bisa membangkitkan optimistis.
Berbuat kesalahan itu wajar kok, yang tidak wajar adalah kalau kita tidak berniat memperbaiki apa-apa yang salah. Jadi, tidak usah terlalu berlebihan menyesali -entah itu kesalahan atau kekurangan- diri.
Nach, yang keempat...
rumuskan langkah-langkah untuk membuat keadaan lebih baik daaaannn.... ACTION!!!
Galau adalah sahabat baikku selama ini :D
ReplyDelete